Jumat, 10 September 2010

Tragedi WTC 11/9 dan Perang Afghanistan (I)


Pada 11 September 2001 terjadi sebuah tragedi, dua pesawat sipil yang dibajak secara berurutan menabrak gedung kembar WTC, New York, meruntuhkan kedua gedung kembar tersebut, dan…..satu gedung lainnya, Gedung 7. Juga terjadi upaya penabrakan terhadap markas hankam Amerika, Pentagon. Laporan resmi menyatakan bahwa timbul korban lebih dari 3000 orang. Tragedi WTC 11/9 lalu dijadikan alasan bagi Amerika, setelah mendapat persetujuan PBB, untuk melakukan pembalasan, memerangi Afghanistan, sebuah negeri Muslim yang lemah dan miskin, dengan tuduhan telah menyembunyikan Usamah bin Ladin beserta kelompok Al-Qaida, dalang dari tragedi WTC 11/9.

Kita menyaksikan betapa geramnya rakyat Amerika terhadap ulah para "teroris" itu. Mereka terprovokasi oleh gambar runtuhnya gedung kembar itu yang secara terus-menerus ditayangkan oleh media-media elektronik Amerika. Oleh karena itu pemerintah Amerika tidak mengalami kesulitan untuk memobilisasi rakyatnya agar mendaftarkan diri menjadi sukarelawan Perang Afghanistan.

Amerika mengatakan bahwa mereka telah diserang. Dengan demikian ia berhak mendapat bantuan dari para sekutunya yang tergabung dalam Pakta Pertahanan Atlantik Utara, NATO. Tak dapat menghindar, masing-masing negara anggota NATO pun menyumbang tentaranya guna mendukung misi balas dendam Amerika tersebut. Maka misi “Perang Melawan Teror” pun dikumandangkan.

Tetapi, tak urung, muncul suara-suara kritis dari sejumlah tokoh Amerika sendiri yang mempertanyakan validitas dari tuduhan pemerintah Amerika tersebut. Mereka melihat terdapat sejumlah kejanggalan yang sangat nyata pada momen demi momen dari kejadian tragis tersebut. Di luar Amerika sendiri tak kurang banyaknya pengamat yang menyatakan bahwa itu cuma sebuah muslihat yang dirancang oleh kalangan dalam intelejen Amerika sendiri guna memberikan dalih bagi Amerika untuk melancarkan perang yang telah lama mereka rencanakan, dengan cara menunggangi kelompok kaum Muslimin yang ekstrim dan naïf.

Pemerintah Amerika pun akhirnya membentuk sebuah komisi penyelidik guna mengetahui duduk persoalan yang sebenarnya. Akan tetapi laporan yang disusun oleh komisi penyelidik tersebut tidak memuaskan para kritikus, karena telah mengesampingkan sejumlah indikasi dan bukti yang bertolak-belakang dengan kesimpulan laporan tersebut, yang tentu sejalan dengan suara pemerintah. Akhirnya terjadi perang opini yang tak berkesudahan antara pihak yang pro pemerintah Amerika dan pihak yang menganggap telah terjadi konspirasi dalam tragedi ini. Yang patut dicatat di sini adalah banyaknya kalangan liberal Amerika yang biasanya kritis terhadap pemerintah Amerika, justru bersikap kritis, menolak, bahkan menertawakan teori konspirasi, seperti Prof. Noam Chomsky, Alexander Cockburn, Matt Taibbi, Matthew Rothschild, dan lain-lainnya. Mereka menganggap bermain dengan teori konspirasi itu tidak didasarkan pada argumentasi yang kuat, hanya menghabiskan waktu secara sia-sia belaka. Sementara itu, di pihak pembela teori konspirasi adalah Prof. David Ray Griffin yang bertindak sebagai koordinator.

Bertahun-tahun perang opini ini berlangsung dan akhirnya para pembela teori konspirasi memutuskan untuk memfokuskan strateginya dengan hanya mengekspos satu kejanggalan besar yang nampak pada peristiwa tersebut, lalu menjadikan sains sebagai hakim. Mereka memilih runtuhnya Gedung 7, yang sama sekali tak tersentuh pesawat sebagai sebuah kejanggalan besar, lalu meminta opini profesional dari sejumlah ilmuwan, arsitek, dan insinyur yang ternama di dalam dan di luar Amerika. Di antaranya adalah:

Sejumlah ilmuwan di antaranya:

  • Dr. A. K. Dewdney, profesor emeritus dalam bidang matematika dan fisika dari Universitas Western Ontario, Kanada.

  • Dr. Timothy E. Eastman, Konsultan, Plasmas International, Silver Spring, Maryland, Amerika Serikat.

  • Dr. Mark F. Fitzsimmons, dosen senior dalam bidang kimia organik, Universitas Plymouth, Inggris.

  • Dr. David L. Griscom, mantan ilmuwan peneliti bidang fisika pada Laboratorium Penelitian Angkatan Laut Amerika; penulis utama pada 100 makalah pada jurnal-jurnal ilmiah; anggota Masyarakat Fisika Amerika dan Asosiasi bagi Kemajuan Sains Amerika.

  • Dr. Jan Kjellman, ilmuwan peneliti dalam bidang fisika nuklir dan nanoteknologi, École Polytechnique Federale, Lausanne, Swiss.

  • Dr. Herbert G. Lebherz, profesor emeritus, Departmen Kimia, Universitas Negeri San Diego, California, Amerika Serikat.

  • Dr. Eric Leichtnam, profesor matematika dan fisika Universitas Paris, Perancis.

  • Dr. Terry Morrone, profesor emeritus, Departmen Fisika, Universitas Adelphi, New York, Amerika Serikat.

  • Dr. John D. Wyndham, mantan peneliti pada Institut Teknologi California.

Pada Januari 2007, arsitek Richard Gage, anggota American Institute of Architects (AIA) mempertanyakan keabsahan hasil penyelidikan komisi yang dibentuk pemerintah, lalu memulai gerakan pencarian kebenaran ‘Architects and Engineers for 9/11 Truth’ (Arsitek dan Insinyur bagi Kebenaran 9/11). Kini anggotanya yang mendukung gerakan tersebut telah melebihi 1200 orang. Di antaranya adalah:

Dari kalangan arsitek:

  • Daniel B. Barnum, anggota AIA ; pendiri Houston AIA Residential Architecture Committee.

  • Bertie McKinney Bonner, M. Arch; anggota AIA member; arsitek berlisensi di Pennsylvania.

  • David Paul Helpern, anggota AIA ; pendiri Helpern Architects.

  • Cynthia Howard, M. Arch; arsitek berlisensi di Maine dan Massachusetts; presiden terdahulu, AIA’s New England Chapter.

  • David A. Johnson, PhD, arsitek dan perencana kota yang dikenal luas secara internasional; mengetuai Departemen Perencanaan di Universitas Syracuse dan Universitas Ball; mantan presiden the Fulbright Association of the United States.

  • Kevin A. Kelly, anggota AIA; penulis buku “Problem Seeking: An Architectural Programming Primer,” yang telah menjadi buku teks standar.

  • Anne Lee, M. Arch, anggota AIA; arsitek berlisensi di Massachusetts.

  • Dr. David Leifer, koordinator Program Pasca Sarjana bidang Manajemen Fasilitas, Universitas Sydney, mantan profesor di Sekolah Arsitektur Mackintosh.

  • Paul Stevenson Oles, anggota AIA, di mana pada 1989 menyebutnya “dekan ilustrator arsitektural di Amerika”; di antara pendiri Masyarakat Perspektivis Arsitektural Amerika.

  • David A. Techau, B. Arch., MS; anggota AIA member; arsitek berlisensi di Hawaii.

Dari para insinyur:

  • John Edward Anderson, PhD; profesor emiritus, Teknik Mesin, Universitas Minnesota, Insinyur Profesional berlisensi (PE).

  • Robert Bowman, PhD; mantan kepala, Departemen Teknik Aeronautika, Institut Teknologi Angkatan Udara Amerika Serikat; direktur Pengembangan Program-program Ruang Angkasa Maju (“Star Wars”) di bawah Presiden Ford dan Carter.

  • Ronald H. Brookman, MS Eng; Insinyur Profesional Teknik Sipil dan Struktur berlisensi (PE) di California.

  • Dwain Deets, mantan Direktur Rekayasa Penelitian dan Proyek-proyek Ruang Angkasa, Pusat Penelitian Penerbangan Dryden NASA, yang memberinya penghargaan ‘Hadiah atas Pelaksanaan Tugas yang Luar Biasa. ‘

  • Joel Hirschhorn, PhD; mantan profesor, Teknik Metalurgi, Universitas Wisconsin, Madison; mantan anggota staf, Kantor Pengkajian Teknologi Kongres.

  • Richard F. Humenn, Insinyur Profesional berlisensi (pensiun); Insinyur Perencana Proyek senior, sistem kelistrikan World Trade Center.

  • Fadhil Al-Kazily, PhD; Insinyur Profesional Sipil berlisensi (PE).

  • Jack Keller, PhD; profesor emeritus, Teknik Sipil, Universitas Negeri Uta, Akademi Rekayasa Nasional; salah satu dari 50 nama paling terkemuka di dunia yang berkontribusi bagi sains dan teknologi yang memberi manfaat kepada masyarakat oleh majalah Scientific American.

  • Heikki Kurttila, PhD; Insinyur Keselamatan dan Analis Kecelakaan bagi Otoritas Teknologi Keselamatan Nasional Finlandia.

  • Ali Mojahid, PhD, Teknik Sipil dan Arsitektur; Insinyur Profesional berlisensi (PE).

  • Edward Munyak, Insinyur Teknik Mesin dan Perlindungan Kebakaran; mantan Insinyur Perlindungan Kebakaran untuk California dan Departemen Energi dan Pertahanan Amerika Serikat.

  • Kamal S. Obeid, MS, Insinyur Profesional Teknik Struktur dan Sipil berlisensi (PE).

Selain itu juga bermunculan gerakan-gerakan mencari kebenaran dari sejumlah bidang yang terkait, seperti “Petugas Pemadam Kebakaran bagi Kebenaran 11/9,” “Perwira Intelejen bagi Kebenaran 11/9,” “Tenaga Medis Profesional bagi Kebenaran 11/9,” “Pilot bagi Kebenaran 11/9,” “Panel Ilmiah Menyelidiki Sebelas-Sembilan,” dan “Veteran bagi Kebenaran 11/9.” Kesemua gerakan ini muncul sebagai reaksi atas hasil penyelidikan komisi bentukan pemerintah yang penuh kejanggalan.

Di antara hal yang paling menentukan, pendukung teori konspirasi meminta para pakar untuk melakukan penelitian di laboratorium-laboratoriumnya guna memastikan kandungan zat-zat di dalam serpihan Gedung 7. Para pakar itu lalu mengajukan laporan-laporan hasil penelitian mereka ke jurnal-jurnal sains yang terkemuka, di mana dimuat atau tidaknya hasil penelitian tersebut akan menentukan kredibilitas penelitian mereka. Kini laporan-laporan tersebut telah dapat dibaca pada jurnal-jurnal utama seperti The Open Civil Engineering Journal, The Environmentalist, The Open Chemical Physics Journal, American Society of Civil Engineers, dan Journal of Engineering Mechanics pada periode 2008 s/d 2010.

Segenap opini para ilmuwan dan profesional serta hasil penelitian di laboratorium mendukung kesimpulan bahwa runtuhnya Gedung 7 adalah akibat “controlled demolition” (peruntuhan terkendali). Konsekuensinya, kedua gedung kembar itu juga runtuh karena proses peruntuhan terkendali.

Sebagaimana diketahui, dalam jajak pendapat oleh Zogby pada 2006, diketahui bahwa 43% rakyat Amerika sama sekali tidak mengetahui bahwa Gedung 7 juga ikut runtuh bersama runtuhnya gedung kembar. Kini kubu pendukung teori konspirasi itu maju selangkah lagi: mereka ingin menggugah kesadaran bangsa Amerika akan kejahatan yang dilakukan sekelompok oknum pejabat Amerika atas rakyat Amerika. Mereka berkampanye melalui televisi dengan sebuah tema “Building what.” Maksudnya, mereka menyindir para pejabat pemerintah Amerika dan orang-orang yang memiliki otoritas dalam penyelidikan WTC 11/9 yang seringkali berpura-pura tidak paham jika ada yang menanyakan perihal Gedung 7. Mereka akan mengatakan, “Building what?” (Gedung apa?) Seolah-olah mereka baru mendengar keberadaan gedung tersebut!




Tragedi WTC 11/9 adalah sebuah konspirasi, tak ada urusannya dengan orang-orang naif semacam Usamah bin Ladin! Maka tak heran jika humas FBI mengatakan, “FBI tidak memiliki bukti kuat yang menghubungkan Usamah bin Ladin dengan 11/9.”

Sementara itu, Bill Cristison, mantan Direktur Kantor Regional dan Analisa Politik CIA, pada Agustus 2006 menulis dalam sebuah artikel berjudul “Stop Belittling the Theories About September 11” (Hentikan Meremehkan Teori-teori Tentang 11 September): “Setelah menghabiskan waktu selama lima tahun untuk meneliti teori konspirasi 11/9, saya menjadi percaya bahwa sebagian besar dari teori konspirasi 11/9 adalah benar, dan oleh karenanya sebagian besar dari ‘cerita resmi’ yang dikeluarkan oleh pemerintah Amerika dan Komisi Penyelidik 11/9 adalah tidak benar.”

Wallahu’alam