Jumat, 23 Desember 2011

Menyongsong Pra-Armageddon



Sebagaimana telah kami sampaikan pada posting “Akan SEGERA Kembalinya Khilafah Islam,” kaum Muslimin akan mengalami dua perang besar - walaupun ini bukan berarti hanya akan ada dua perang saja di masa depan, wallahua’lam, melainkan karena dua perang besar yang berurutan tersebut dengan mudah dapat kita identifikasi berdasarkan hadits-hadits yang absah - yaitu perang antara persekutuan kaum Muslimin dan bangsa Barat melawan musuh bersama, dan dilanjutkan dengan perang antara kaum Muslimin melawan bangsa Barat. Perang besar pertama kami sebut sebagai Pra-Armageddon karena ia secara tegas merupakan pembuka bagi perang besar yang sebenarnya, yaitu yang dikenal sebagai Armageddon di dunia Barat atau al-Malhamah al-Kubro bagi kaum Muslimin. Pada posting kali ini kami akan membahas perkembangan terkini yang telah semakin jelas mengarah pada Pra-Armageddon, wallahua’lam.

Kondisi Dunia Barat

Kondisi Eropa

Kami memilih Martin Weiss’ dalam “7 Major Advance Warnings” (7 Peringatan Dini Utama)-nya yang dimuat dalam artikel Paul B. Farrel berjudul, “EU bank failures will crash Wall Street - again,” situs Marketwatch, 18 Oktober 2011untuk mewakili analisis terhadap situasi Eropa secara umum. Ia menyebutkan:

1. Yunani akan mengalami default dengan sangat segera…
Bank-bank harus menelan pil pahit dan pukulan yang sangat keras terkait dengan surat-surat utang pemerintah Yunani yang mereka pegang….Apakah bank-bank menerima ‘solusi’ ini secara sukarela atau pun tidak, tetap saja berarti Yunani mengalami default.
2. Kekhawatiran akan menyebar…
Investor global mengetahui jika satu pemerintahan negara Barat dapat mengalami default, yang lain tentu juga bisa default. Para investor itu akan menolak meminjamkan uang kepada pemerintahan yang telah ditimbuni utang atau mereka akan meminta bunga pinjaman yang mencekik leher.
3. Bank-bank raksasa Eropa akan runtuh…
Beberapa bank terbesar akan runtuh karena surat utang pemerintah yang mengalami default dan penarikan tabungan seara massal oleh masyarakat…bank-bank Spanyol…Perancis…dampaknya akan menjalar ke J.P. Morgan Chase, Bank of America dan Citigroup…Ketiganya berada dalam bahaya.
4. Pemerintahan negara-negara Uni Eropa menderita penurunan peringkat kredit…
Perancis dan Jerman akan mati-matian menyelamatkan bank-bank mereka yang kolaps. Akan tetapi menalangi bank jelas merupakan kesalahan yang serius karena akan sangat merusak keseimbangan anggaran mereka yang berakibat pada penurunan peringkat kreditnya, atau harus membayar bunga pinjaman yang mencekik leher.
5. Spanyol dan Italia adalah negara berikutnya yang akan mengalami default atas utang mereka yang menggunung…
Dengan jumlah utang $3,4 trilyun, atau kira-kira 10 kali Yunani, mereka juga beresiko mengalami default.
6. Pasar utang global akan menyusut drastis…
Mengantisipasi default oleh negara-negara sebesar Spanyol atau Italia, akan membuat hampir semua pasar utang dunia membeku. Penarikan investasi dan kepanikan bukan hanya menghancurkan kemampuan meminjam oleh negara-negara PIIGS, melainkan juga mengancam negara-negara Perancis, Jerman, Jepang, Inggris dan Amerika.
7. Lingkaran setan: defaultnya negara-negara, keruntuhan bank, depresi global…
Defautnya pemerintahan akan memicu semakin banyak keruntuhan bank, menghentikan aliran kredit ke dunia bisnis dan rumah tangga, membenamkan ekonomi global ke dalam depresi besar, dan semakin memperpanjang lingkaran setan.

Weiss tidak berlebihan. Nada yang sama kita terima dari Mervyn King, Gubernur Bank Sentral Inggris. Ia mengatakan, “Ini adalah krisis keuangan yang paling serius yang pernah kita saksikan sekurang-kurangnya sejak 1930-an, kalau bukan selama-lamanya.”

Kondisi Amerika

Amerika memang luar biasa….luar biasa sintingnya…
Situs Zero Hedge (4 Oktober 2011) melaporkan bahwa pemerintah Amerika memulai tahun anggaran baru Oktober 2011-September 2012 dengan mencetak tambahan utang sebesar $142 milyar dalam dua hari!!!

Dengan sinis Zero Hedge mengulas bahwa terkadang dibutuhkan waktu setahun untuk mencetak utang sebesar itu, lalu berkurang menjadi sebulan, sekarang cukup dua hari saja! Total utang pada hari kedua tahun anggaran baru (2 Oktober 2011) adalah $14,837 trilyun. Pada hari ini utang itu telah berjumlah…(perhatikan jam utang di pojok kanan blog ini!), telah melewati 100% dari Produk Domestik Brutonya, telah mencapai “point of no return” alias tidak mungkin diselesaikan kecuali dengan menyatakan bangkrut, lalu meminta pengampunan utang dari para kreditornya.

Situs Zero Hedge (24 Oktober 2011) kembali menampilkan berita yang menimbulkan rasa miris, berjudul, “Dalio: ‘There Are No More Tools In The Tool Kit’ – Complete Charlie Rose Transcript With The Head Of The World’s Biggest Hedge Fund. Diulas, “Bila menyangkut prediksi masa depan dunia, hanya sedikit orang yang mampu seperti Ray Dalio, kepala hedge fund (makro) terbesar di dunia, Bridgewater Associates. Jadi ketika Ray menyatakan kepada Charlie Rose dari PBS bahwa ‘tidak ada lagi perkakas yang tersisa di dalam kotak perkakas’ kebijakan fiskal dan moneter untuk menolong Amerika meneruskan kebijakannya yang berlangsung saat ini, barangkali akan lebih tepat dan perlu bagi para pemegang otoritas untuk duduk dan mendengar omongannya…”

Agaknya cukup logis untuk mengatakan bahwa Amerika dapat mengalami default pada 2012, barangkali pada pertengahan atau akhir 2012. Wallahua’lam.

Kesimpulan akhir dari situasi negara-negara Barat (Eropa dan Amerika) diwakili oleh George Soros, salah seorang pendekar dunia Kapitalis yang kesohor, dimuat pada situs Bloomberg edisi 6 Oktober 2011 berjudul “Reminds Him of Soviet Collapse” (Mengingatkannya pada Keruntuhan Uni Soviet). Dilaporkan, “Investor bilyuner George Soros mengatakan bahwa kekacauan di pasar keuangan global sejak 2008 mempunyai implikasi bagi Eropa dan Amerika Serikat yang mengingatkannya pada tahun-tahun terakhir Uni Soviet.

“‘Sesuatu yang mirip tengah terjadi di negara-negara Barat,’ Soros, 81 tahun, mengatakan dalam suatu wawancara ‘Eye to Eye’ bersama Francine Lacqua di Televisi Bloomberg, yang ditayangkan hari ini. ‘Anda mengalami krisis keuangan di mana pasar sebenarnya telah runtuh, tetapi dipertahankan tetap hidup oleh para pemegang otoritas. Orang-orang tidak menyadari bahwa sistem (Kapitalisme) sebenarnya telah runtuh.’”

Respons masyarakat Barat

Tentu semua orang telah mengetahui perihal gerakan “Occupy Wall Street” yang di mulai di New York dan kini telah merambah ke kota-kota negara-negara kapitalis lainnya di seluruh dunia Barat. Makna dari gerakan tersebut dituangkan dalam sebuah manifesto oleh salah seorang aktivisnya, “A Manifesto for the Impending Second American Revolution by Carmen Yarrusso (Manifesto bagi Revolusi Amerika Kedua yang Segera Pecah), 19 Oktober 2011.

“Kebijakan-kebijakan domestik pemerintah kita yang tak asuk akal menyebabkan penderitaan yang luar biasa dari tak terhitung jutaan rakyat Amerika. Kebijakan-kebijakan luar negeri pemerintah kita yang tak masuk akal menyebabkan penderitaan yang luar biasa dari tak terhitung jutaan orang di seluruh dunia. Pemerintahan yang paling jahat di atas bumi ini harus diruntuhkan sebelum ia menghancurkan kita semua.
Kita rakyat Amerika tidak lagi bisa sekedar berdiri seperti domba siap untuk disembelih. Amerika telah matang untuk revolusi.”

Amerika telah matang untuk revolusi, apalagi Yunani, Itali, Spanyol, Portugis, Irlandia, Inggris, Hongaria, Belgia……..praktis semua negara-negara Barat kapitalis.

Jalan Keluar

Semua jalan telah buntu… Akan tetapi, sebenarnya masih tersisa satu jalan keluar, jalan darurat: menciptakan perang. Dengan perang berskala besar akan dapat dihimpun segenap sumber daya dunia Barat yang tersisa guna memberikan stimulus bagi bangkitnya ekonomi mereka. Bukankah Depresi Besar 1930-1939 juga berakhir dengan dimulainya Perang Dunia II?

Bahkan ide ini muncul dari kalangan cendekiawannya. Situs National Journal edisi 11 November 2010 memuat berita berjudul “Feldstein, Krugman Agree: Another War Would Help” (Feldstein dan Krugman Setuju: Menciptakan Perang Dapat Membantu Ekonomi):

“Dua perang (dunia) belum cukup. Ekonomi Amerika terlihat sangat suram, sementara solusi politis tidak tersedia, sehingga peperangan lain berskala besar mungkin akan cukup untuk mengentaskan negeri ini dari tingkat pengangguran yang tinggi dan kronis serta pertumbuhan ekonomi yang rendah, demikian dua ahli ekonomi terkemuka, seorang dari kalangan konservatif dan seorang lagi liberal, mengatakannya hari ini. Pemenang hadiah Nobel Paul Krugman, seorang kolumnis harian The New York Times, dan Martin Feldstein, profesor di Universitas Harvard, mantan ketua Dewan Penasihat Ekonomi Presiden Reagen, mencapai konsensus mengenai masa depan (ekonomi) pada suatu forum ekonomi di Washington. Pandangan keduanya selaras dengan ahli ekonomi ketiga, Jan Hatzius dari Goldman Sachs…”

Krugman mengulanginya lagi pada acara di CNN, 15 Agustus 2011. Situs infowars edisi 15 Agustus 2011 mengulasnya dengan berita berjudul “Krugman Calls On Government To Manufacture War To Save Economy” (Krugman Meminta Pemerintah Untuk Menciptakan Perang Guna Menyelamatkan Ekonomi).

Semuanya seakan tak sabar untuk memulai perang. Akan tetapi Obama dan sekutu Baratnya mesti berhitung cermat kali ini. Iran tidak seperti Irak yang loyo setelah dipukul oleh pasukan koalisi dalam perang 1991 dan diembargo selama lebih dari satu dekade, lalu hanya dengan satu pukulan ringan langsung tumbang. Kekuatan Iran beberapa kali lipat daripada Irak. Dengan jumlah penduduk 70 juta jiwa, Iran dapat memobilisasi kekuatan tentara yang sangat besar. Selain itu, sebagai pusat agama Syi’ah di dunia, Iran juga dapat memobilisir segenap kaum Syi’ah di seluruh dunia, khususnya sejumlah negara di Timur Tengah, untuk membela tanah sucinya. Iran juga telah memiliki kemampuan teknologi perang yang lumayan canggih, terbukti dari kemampuannya secara mandiri dalam merancang, memproduksi dan terus mengembangkan rudal-rudal jarak dekat, jarak menengah, dan jarak jauh. Iran juga telah menunjukkan kemampuannnya dalam cyber war dengan membajak, melalui jamming technology, pesawat mata-mata tak berawak Amerika. Iran juga mempunyai kapasitas untuk “menyumbat” Selat Hormuz, yang membuat kapal-kapal tanker pembawa minyak dari Uni Emirat Arab, Irak, Kuwait, dan Qatar tidak dapat lewat. Yang tak dapat diremehkan pula, Iran sendiri adalah pengekspor minyak bumi ke-4 terbesar di dunia dengan tingkat produksi di atas 4 juta barrel/hari (bandingkan dengan Indonesia yang bahkan tidak sampai 0,95 juta barrel/hari). Berperang dengan Iran tanpa persiapan yang memadai berarti bunuh diri. Oleh karena itu perlu dibuat pentahapan untuk melemahkannya sebelum genderang perang ditabuh.

Tahap pertama adalah menghilangkan “wild-card” semacam Khadafi. Jadi, tujuan menumbangkan Khadafi bagi dunia Barat bukan sekedar menendang perusahaan-perusahaan minyak Cina dari Libya dan merebut konsesi ladang minyaknya, melainkan yang lebih penting adalah menetralisir reaksi yang tidak dapat diprediksi dari Khadafi ketika perang melawan Iran telah digelar. Misalnya, perang melawan Iran niscaya akan membuat harga minyak melambung tinggi. Bagi Khadafi, situasi ini justru sangat menyenangkan, tanpa peduli hal itu akan menyiksa negara-negara Barat pengimpor minyak; ia tidak mau didikte untuk memompa minyak lebih banyak guna meredam melejitnya harga minyak. Oleh karena itu tidak penting bagi pemerintahan negara-negara Barat tentang cara Khadafi menemui ajalnya. HAM? Ha ha ha…mmm…Yang penting adalah satu “milestone” dalam proyek melawan Iran telah dilampaui, lalu segera beranjak ke “milestone” berikutnya.

Tahap kedua adalah menetralisir sekutu penting Iran di Timur Tengah, yaitu Suriah. Formula dasarnya tetap sama seperti yang digunakan di Libya: Mengagitasi kelompok perlawanan, mengembargo secara militer dan ekonomi, membentuk dewan transisi nasional, dan membantu kelompok perlawanan secara militer di lapangan. Hanya saja, pada kasus Suriah ada hal yang bersifat khusus, yaitu rezim al-Assad yang memimpin Suriah dengan tangan besi adalah berasal dari kalangan alawi, salah satu sekte di dalam agama Syi’ah, di tengah penduduk Suriah yang mayoritas Muslim. Kaum Muslimin Suriah tidak menganggap sekte alawi sebagai bagian dari agama Islam, bahkan sangat membencinya.

Di lain pihak, Turki secara khusus memiliki hubungan emosional yang sangat kuat dengan mayoritas rakyat Suriah, karena Suriah hingga 1924 adalah bagian dari Khilafah Islam Turki Utsmaniyyah sebelum khilafah itu bubar dan Suriah dicaplok Perancis. Maka ketika terjadi pembantaian atas kaum Muslimin oleh rezim al-Assad, apa pun alasannya, Turki menjadi sangat marah. Turki secara proaktif memfasilitasi dan mendukung upaya untuk meruntuhkan rezim al-Assad dengan mendukung sepenuhnya kelompok tentara yang membelot dari rezim al-Assad. Bahkan Turki telah secara terbuka mengancam akan menyatakan perang kepada Suriah jika tidak berhenti membunuhi kaum Muslimin. Dalam kasus Suriah, Amerika dan sekutu NATOnya merasa Turki telah mewakili kepentingan mereka.

Selain menghadapi Turki, rezim al-Assad juga menghadapi tekanan dari Liga Arab yang secara tegas meminta rezim al-Assad untuk tidak menyakiti kelompok oposisi, yang tak lain adalah kaum Sunni, kaum Muslimin. Bagaimana pun, pernyataan Liga Arab ini adalah bagian dari operasi terselubung untuk meruntuhkan rezim al-Assad. Arab Saudi yang masih sibuk menyangga Raja Muslim di tengah mayoritas kaum Syi’ah di Bahrain, merupakan motor utama di belakang kekuatan Liga Arab. Persoalannya kini tinggal pada target waktu penjungkalan rezim al-Assad saja, sementara mereka berlomba dengan waktu.

Tahap ketiga, yang dapat berlangsung secara paralel dengan tahap kedua, adalah melemahkan Iran secara sistematis, yaitu melalui embargo militer dan ekonomi. Metode ini terlihat dari upaya mengeksploitasi “rencana pembunuhan duta besar Arab Saudi di Amerika oleh kaki tangan Iran” agar dapat dijadikan alasan untuk mengembargo Iran yang akan dikoordinir melalui PBB. Sialnya, bahkan para analisis Barat sendiri skeptis dengan cerita “ala film Hollywood” ini, terlalu nampak dibuat-buat.

Melengkapi pentahapan di atas adalah upaya pelemahan Iran melalui Badan Energi Atom Internasional, IAEA, yang menghasilkan laporan-laporan guna menjustifikasi dijatuhkannya sanksi politik dan ekonomi yang lebih keras kepada Iran; juga upaya pembunuhan para ahli nuklir Iran, serta upaya pengrusakan reaktor nuklir Iran melalui penularan virus stuxnet worm pada sistem komputer pengendali reaktor nuklirnya. Taktik lainnya, pemberian dukungan kepada kelompok oposisi seperti Mujahiddin Khalq dan kelompok separatis Kurdi.

Bersamaan dengan itu, Obama telah memutuskan untuk menarik pasukan Amerika dari Irak sebelum akhir 2011. Obama mengatakan bahwa penarikan pasukan ini merupakan bagian dari pemenuhan janji politiknya yang diucapkannya semasa kampanye pemilihan presiden. Hmm…selugu itukah Obama? Kita mengetahui bahwa pada Perang Teluk 1991, Saddam Hussein telah tertipu dengan memakan umpan berupa “kata-kata bersayap” dalam surat yang ia terima dari pemerintah Amerika, seakan-akan mempersilahkannya menginvasi Kuwait. Ketika umpan itu dimakan, lalu pasukan Irak masuk ke Kuwait, Amerika dengan penuh kemunafikan menyatakan amarahnya, lalu memimpin pasukan koalisi untuk mengusir pasukan Irak dari Kuwait. Semua itu terjadi di tengah resesi yang melanda Amerika di bawah Presiden Bush Sr. Nampaknya resep yang sama akan kembali dicoba.

Bagaimanapun juga, perang tidak dapat dimulai tanpa ada bukti telah terjadi pelanggaran hukum internasional oleh suatu negara. Oleh karena itu, barangkali kita akan menyaksikan situasi di Irak direkayasa sedemikian rupa, seperti perang antara kaum Muslimin dan kaum Syi’ah yang tak dapat diatasi oleh pemerintah Irak, sehingga Iran terpancing masuk ke Irak. Ini adalah pelanggaran hukum internasional, lalu terjadilah perang sesuai yang direncanakan. Wallahua’lam.

Jika ternyata metode di atas gagal untuk mengagitasi Iran, tersedia satu jalan pamungkas: memancing peperangan dengan terlebih dahulu menghancurkan reaktor nuklirnya berdasarkan bukti-bukti, entah palsu maupun absah, bahwa Iran berencana membuat bom atom. Iran yang marah akan menjadi kalap, lalu melancarkan serangan balasan dengan berupaya menyumbat selat Hormuz yang memancing reaksi masyarakat internasional.

Di tengah pentahapan perencanaan perang melawan Iran ini, negara-negara Barat merasa cemas dengan kemungkinan Israel keluar dari koordinasi dengan melakukan serangan prematur ke kompleks reaktor nuklir Iran. Perdana Menteri Israel percaya, bahwa Iran saat ini dipimpin oleh orang-orang yang mempunyai keyakinan membawa “misi akhir zaman,” yang di antara tugasnya adalah “memusnahkan” bangsa Yahudi! Oleh karena itu Israel menjadi sangat gelisah. Jika pengeboman oleh Israel ini terjadi, perang akan pecah dalam kondisi awal yang tidak menguntungkan negara-negara Barat. Mereka belum sempat menimbun minyak sebelum harga minyak melambung tinggi, yang justru dapat membuat negara-negara Barat semakin tenggelam ke dalam depresi ekonomi yang akut. Respons Arab Saudi dengan membanjiri dunia dengan minyak dapat menjadi kurang efektif ketika harga telah terlanjur melambung tinggi, di mana spekulan telah mengambil peranan utama dalam mempermainkan harga minyak.

Jika perang ini benar-benar pecah, Iran tentu akan melibatkan semua kekuatan kaum Syi’ah di Timur Tengah, bahkan dunia. Maka api peperangan akan berkobar dengan dahsyat di tempat-tempat di mana terdapat komunitas Syi’ah yang signifikan, seperti di Arab Saudi, Yaman, Bahrain, Lebanon, Suriah, Irak, dan Iran. Bahkan mungkin juga menjalar ke sejumlah negeri Muslim lainnya seperti Pakistan dan lain-lainnya. Wallahua’lam.

Kemudian cermatilah pernyataan dua petinggi pertahanan Amerika (dimuat di harian Inggris The Telegraph edisi 22 Desember 2011).
“Jendral Martin Dempsey, Ketua Kastaf Gabungan AB: ‘Militer AS telah mencapai titik yang siap untuk mengeksekusi kekuatan guna melawan Iran jika dibutuhkan....Kekhawatiran terbesar saya adalah bahwa ia (Iran) mungkin salah dalam memperhitungkan penyelesaian kita. Setiap kesalahan perhitungan dapat membuat kita terjerumus ke dalam konflik dan yang akan menjadi tragedi untuk wilayah itu dan dunia.
Leon Panetta, Menteri Pertahanan, mengatakan minggu ini bahwa AS bersiap untuk mencegah Teheran merealisasikan ambisi nuklirnya. Ia memperkirakan bahwa negara itu (Iran) hanya tinggal setahun lagi guna mencapai tujuannya…”

Pernyataan kedua petinggi pertahanan Amerika di atas didukung oleh analisis yang disusun oleh Matthew Kroenig dalam artikel berjudul “Time to Attack Iran” (Waktunya untuk Menyerang Iran) muncul di jurnal kaum neokonservatif Amerika, Foreign Affair – edisi Januari/Februari 2012. Ia menganalisis, bahwa semua resiko perang sudah dapat diantisipasi dengan baik, dan waktunya untuk menyerang adalah “sekarang,” ketimbang melakukannya di masa yang akan datang dengan resiko yang lebih besar.

Jadi, sebenarnya kita telah dapat menduga, wallahua’lam, serangan akan dimulai sebelum tahun 2012 berakhir, kira-kira sebelum pemilihan presiden Amerika pada November 2012 berlangsung. Obama adalah presiden Amerika yang paling cerdas. Ia akan mengambil momentum perang agar dapat terpilih kembali sebagai presiden untuk keduakalinya. Orang-orang Amerika tentu akan berpikir, mengubah kepemimpinan nasional di tengah-tengah perang yang sedang berkecamuk tidaklah bijaksana.

Apa pun jalan yang ditempuh, hasil dari perang ini telah kita ketahui, bahwa Iran akan dikalahkan, dan pemerintahan Syi’ah akan runtuh di Iran; mereka akan dilucuti dan harta pampasan perang akan dibagi. Demikian pula hasil perang ini bagi dunia Barat pun telah dapat kita ketahui, bahwa harapan untuk menjadikan perang ini sebagai stimulus raksasa bagi kebangkitan ekonominya ternyata hanya ilusi belaka. Bahkan sebagaimana dapat kita simpulkan dari analisis terhadap hadits-hadits yang menceritakan perang ini, keruntuhan ekonomi dunia Barat akan berlanjut hingga membawa implikasi meletusnya revolusi dan terpecah-belahnya sejumlah negara di dunia Barat. Itulah sebabnya tak ada pilihan lain bagi negara-negara Barat selain mengkhianati perjanjian damai dengan kaum Muslimin dan melanjutkan permainan ke babak selanjutnya, Armageddon, sebagai perjudian terakhir mereka. Wallahua’lam.

Dunia Islam

Di buku kami, kami memperkirakan bahwa pada periode ini Imam Mahdi telah muncul. Apakah realitanya sejauh ini selaras dengan prediksi kami? Marilah kita periksa.

Raja Abdullah dari Arab Saudi telah mengalami dua kali operasi pada November 2010 di sebuah rumah sakit di Amerika atas penyakit yang dideritanya. Setelah itu ia beristirahat selama tiga bulan di istana peristirahatannya di Maroko sebelum kembali ke Arab Saudi karena revolusi telah dimulai di negeri-negeri Arab. Sekembalinya ke Arab Saudi, karena keterbatasan fisiknya, ia hanya bekerja dua hingga tiga jam dalam sehari. Pada 17 Oktober 2011 ia kembali harus menjalani operasi di rumah sakit di Arab Saudi karena penyakit punggungnya. Nampaknya ia semakin melemah. Wallahua’lam.

Di sisi lain, Putera Mahkota Pangeran Sultan yang memang juga telah lama menderita sakit, wafat pada 22 Oktober 2011 di sebuah rumah sakit di New York, Amerika Serikat. Raja Abdullah lalu mengangkat Pangeran Nayif sebagai Putera Mahkota, dan Pangeran Salman sebagai Menteri Pertahanan. Akan tetapi, pada 2006 Raja Abdullah telah membentuk sebuah dewan yang terdiri dari sejumlah pangeran untuk memilih calon raja secara rahasia jika dirinya wafat. Jadi, Pangeran Nayif tidak otomatis menjadi raja jika Raja Abdullah wafat kelak. Jika dewan ini memilih pengeran lain untuk menjadi raja, ini dapat memicu perselisihan dengan Pangeran Nayif yang merasa haknya dirampas. Kemungkinan terjadinya perselisihan cukup besar, karena sejumlah pengeran yang beraliran liberal telah secara terbuka menolak kemungkinan Pangeran Nayif, pangeran yang dianggap konservatif di Arab Saudi, naik menjadi raja. Ketika perselisihan itu meledak menjadi pertumpahan darah, maka kami mengira sesuai hadits yang memberitakan kemunculan Imam Mahdi, itulah momen kemunculan Imam Mahdi. Wallahua’lam.

Lalu perhatikanlah hadits Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berikut ini (artinya),

“Kalian akan mengadakan perdamaian dengan bangsa Romawi, kemudian kalian dan mereka memerangi musuh bersama kalian, dan akhirnya kalian menang sekaligus memperoleh ghanimah dan selamat, kemudian kalian pulang. Pada saat kalian singgah di Dzi Talul, seorang lelaki Kristen mengangkat salib dan berteriak, “Hidup salib!” Seorang Muslim marah, lalu memukulnya. Ketika itu, bangsa Romawi berkhianat dan berkumpul guna mempersiapkan perang besar.” (HR. Abu Dawud, Ahmad, Ibnu Majjah)

Pergantian kekuasaan di pusat dunia Islam, dengan munculnya Imam Mahdi, membuat negara-negara Barat terpana. Mereka bertanya-tanya: Siapakah Imam Mahdi? Imam Mahdi bukan dari lingkaran kekuasaan dinasti al-Saud yang sudah sangat mereka kenal; mereka sama sekali tidak mengetahui orientasi politik Imam Mahdi. Oleh karena itu menjadi sangat wajar jika perlu diadakan penjanjian damai. Sebagaimana tertera pada hadits di atas, kejadian itu diperkirakan belangsung sebelum perang melawan musuh bersama, Iran, dikumandangkan. Wallahua’lam

Pada periode tersebut kami mengira, sekedar perkiraan, “gunung emas” telah muncul di Sungai Eufrat.



Wallahua'lam

Jumat, 30 September 2011

Antara Ru’yah dan Hisab



Hari Raya Idul Fitri telah berlalu dengan membawa kesan (baca: kepedihan) yang sangat mendalam, dan ini kerap terjadi. Bagaimana mungkin untuk hari yang demikian mulia ini kaum Muslimin berselisih, bertengkar, bahkan berpecah-belah? Tidakkah para tokoh ormas itu mempunyai sedikit rasa takut kepada Allah dan rasa sayang kepada kaum Muslimin, yang akan membuat mereka membuang fanatisme buta yang merusak itu? Tidakkah mereka sadar, bahwa di hari yang mulia itu mereka hanya memberi kegembiraan kepada orang-orang kafir dan munafik?

Kepedihan dirasakan oleh segenap kaum Muslimin dari semua kalangan; mereka membicarakan masalah ini selama berhari-hari. Tak tahan menyimpan kegundahan hatinya sendirian, sebagiannya melepaskannya ke surat-surat kabar. Berikut di antaranya, dimuat di dalam rubrik Suarapublika Harian Republika 5 September 2011.

“Umat Islam Harus Bersatu; Jangan Tonjolkan Kebodohan
Indonesia memiliki pakar astronomi yang mendunia, yang keilmuannya sudah tak diragukan lagi. Jadi, untuk menentukaan Idul Fitri, sebetulnya tidak sulit. Dan sangat kecil kemungkinan terjadi perbedaan antara astronom satu dengan yang lain.

Yang saya lihat, ormas-ormas Islam ini malah mempertotonkan kebodohan dengan masing-masing pihak merasa paling benar dalam menentukan Idul Fitri. Pendapat ahli malah ditolak mentah-mentah. Pemerintah harus tegas. Penentukan Idul Fitri tidak boleh merujuk pada ormas Islam.”

Maka pada posting kali ini, kami mencoba untuk mendiskusikan sebab-musabab perpecahan itu dan berupaya memberikan usulan pemecahannya, insya Allah.

Larangan berpecah-belah

Pertama-tama kita perlu mengetahui dalil-dalil tentang perselisihan dan perpecahan di dalam urusan agama. Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala telah melarang kaum Muslimin berselisih dan berpecah-belah, dengan ancaman siksa yang berat bagi mereka yang membuat kaum Muslimin terpecah-belah, di dalam firman-Nya (artinya),

“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.” (QS. Ali ‘Imran: 105)

“Jikalau Rabbmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Rabbmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat Rabbmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan; Sesungguhnya Aku akan memenuhi Neraka Jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya.” (QS. Huud: 118-119)

dan Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pun telah bersabda (artinya),

“Sesungguhnya ada tiga hal yang Allah senangi dari kalian dan ada tiga hal yang Allah benci dari kalian. Allah Subhanahu wa Ta'ala sangat senang kepada kalian jika kalian beribadah dan menyembah hanya kepada Allah, tidak menyekutukannya dengan sesuatu apa pun, dan selalu berpegang teguh kepada tali agama Allah serta tidak berpecah-belah. Allah Subhanahu wa Ta’ala sangat benci kepada kalian jika kalian banyak bicara, banyak bertanya dan meminta, dan menghambur-hamburkan harta.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah)

“Pada suatu hari saya pernah datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Ketika itu beliau mendengar suara dua orang yang berselisih pendapat mengenai satu ayat Al-Qur’an. Kemudian beliau keluar menemui kami sedangkan di wajah beliau tampak tanda-tanda kemarahan. Setelah itu beliau bersabda, ‘Sungguh telah binasa orang-orang sebelum kalian hanya karena mereka berselisih tentang kitab Allah.’” (HR. Muslim dari Abdullah bin Amr)

Sedangkan konsekuensi dari tindakan yang berakibat pada terpecah-belahnya kaum Muslimin dijelaskan pada dalil-dalil berikut ini.

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman (artinya),

“Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.” (QS. Ar-Ruum: 1-2)
Sesungguhnya orang-orang yang memecah-belah agamanya dan mereka (terpecah) menjadi beberapa golongan, tidak ada sedikit pun tanggung jawabmu terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah (terserah) kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.” (QS. Al-An’aam: 159)

dan Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam telah bersabda (artinya),

“Sesungguhnya akan muncul berbagai fitnah dan hal-hal yang baru. Oleh karena itu, barang siapa memecah-belah persatuan umat Islam, maka tebaslah ia dengan pedang (bunuhlah), siapa pun dia orangnya.’” (HR. Muslim dari ‘Arfajah)

“Apabila dua orang khalifah dibai’at, maka bunuhlah yang terakhir dari keduanya.” (HR. Muslim dari Abu Sa’id Al-Khudri)

Selain menunjukkan larangan berpecah-belah serta konsekuensi bagi pelakunya, dalil-dalil di atas juga memberikan petunjuk penyebab dari perpecahan itu, yaitu karena dilakukannya hal-hal baru di dalam agama. Karena kerasnya ancaman berpecah-belah itu, maka Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang pun memberikan jalan keluar yang sangat gamblang dan mudah.

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman (artinya),

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisaa’: 59)

Perlu diketahui bahwa tidaklah dikatakan berselisih dan memecah-belah jika ia menyangkut penafsiran terhadap suatu dalil dalam agama yang memang belum diketahui tafsirnya yang jelas dan tegas, karena tidak mungkin setiap ulama (bukan orang awam) akan mempunyai tafsir yang sama atas suatu dalil yang belum ditafsirkan oleh Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sendiri. Perbedaan dalam penafsiran pun telah terjadi pada masa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, di mana sebagian sahabat berbeda pendapat dalam memahami petunjuk beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, dan beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pun ternyata tidak menyalahkan tafsir yang berbeda-beda itu. Demikian pula ijtihad oleh para ulama untuk hal-hal yang belum diperinci di dalam agama, dapat berbeda-beda. Ini diperbolehkan karena Allah telah memberikan keleluasaan kepada para ulama untuk berijtihad.

Persoalan muncul ketika suatu praktek keagamaan yang telah secara mapan dan terang-benderang dilaksanakan pada masa Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan para Sahabat diselisihi oleh generasi sesudahnya dan nyata-nyata membawa perpecahan. Lebih buruk lagi, argumentasi yang mendasari penyelisihan ini ternyata amatlah lemah. Maka inilah yang dilarang keras di dalam agama. Inilah yang terjadi pada kasus metoda hisab yang diusung kaum rasionalis di dalam menentukan waktu-waktu sholat.

Menentukan Awal Puasa Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri

Praktek melihat hilal (ru’yah hilal) guna menentukan datangnya bulan-bulan, khususnya bulan Ramadhan, telah secara nyata dilaksanakan pada masa Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berdasarkan dalil-dalil berikut ini.

Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman (artinya),

“Barangsiapa di antara kalian yang menyaksikan bulan tersebut, maka hendaklah berpuasa” (QS. Al-Baqarah: 185)

dan Rasul-Nya
Shallallahu 'Alaihi wa Sallam telah menerangkan di dalam sabdanya (artinya),


“Berpuasalah kalian dengan melihat hilal, dan berbukalah dengan melihatnya” (HR. Muslim dari Abu Hurairah)
Dari abu Umair ibn Anas Radhiallahu ‘anhu, dari paman-pamannya yang dari kaum Anshar, mereka berkata: “Pernah terjadi awal Syawal tertutup mendung, sehingga hilal tidak terlihat, maka kami puasa pada pagi harinya. Di sore hari ada rombongan yang datang dan bersaksi di hadapan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwa mereka telah melihat hilal kemarin sore, maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan orang-orang agar membatalkan puasanya dan pergi ke lapangan sholat ‘Ied pada keesokan harinya.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Nasa’i, Ibn Majah, Ahmad)
Dari Abu Bakhtari RA, dia berkata, “Kami pernah keluar melaksanakan umrah. Tatkala kami sampai ke Nakhlah, kami melihat hilal (bulan sabit). Sebagian orang mengatakan, ‘Hilal sudah tiga hari terlihat.’ Sebagian lain mengatakan, ‘Hilal sudah (terlihat) dua hari.’ Kemudian kami menemui Ibnu Abbas dan kami mengatakan, ‘Kami telah melihat hilal dan sebagian orang mengatakan bulan sudah nampak tiga hari, sebagian lain mengatakan bulan sudah nampak dua hari.’ Ibnu Abbas bertanya, ‘Hari apa kamu melihatnya?’ Kami menjawab, ‘Malam ini dan malam ini.’ Lalu Ibnu Abbas mengatakan, ‘Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah bersabda, ‘Allah membentangkan bulan agar dapat dilihat (menjadi tanda), maka mulailah hitungan pada malam kalian melihatnya.’” (HR. Muslim)
Jelas bagi kita, bahwa hisab adalah metoda yang secara nyata telah menyelisihi metoda yang telah dipraktekkan pada masa Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Seandainya pun metoda hisab tersebut bersifat ilmiah, akan tetapi ia telah nyata-nyata membawa perpecahan bagi kaum Muslimin, siapakah yang dengan berbesar hati layak untuk mundur? Berdasarkan dalil-dalil di atas, jelas sekali, pembawa hal-hal baru, praktisi metode hisab, adalah pihak yang harus mundur! Jika mereka menolak, maka kami khawatir mereka terkena ancaman sesuai dalil-dalil yang telah disampaikan di atas.

Kini argumentasi mereka hanya bertumpu pada kekuatan akalnya. Maka, marilah kita periksa dengan mengajukan pertanyaan: apakah metoda hisab tersebut benar-benar merupakan metoda ilmiah? Sebagaimana diketahui, suatu metoda dianggap absah secara ilmiah jika ia telah diuji di lapangan, dicatat dengan baik, dianalisis, lalu dipaparkan kepada komunitas ilmiah untuk dilakukan pengujian banding oleh sejawat ilmuwan lainnya. Metode ilmiah benar-benar membutuhkan sikap jujur, adil dan rendah hati.

Jadi, akurasi metoda hisab ini akan terlihat dari catatan pengujian: selama puluhan tahun menggunakan metoda ini, para pelakunya tentu mempunyai catatan tentang akurasinya serta riwayat perubahan-perubahan (baca: perbaikan) metoda ini jika ada. Persisnya, mereka wajib memiliki catatan tentang perbandingan antara perhitungan (hisab) yang mereka lakukan dengan pengamatan di lapangan (ru’yah). Mereka tetap wajib melakukan ru’yah karena metoda ru’yah ini merupakan batu uji atas metoda hisab mereka. Bagaimana pun juga, metoda ru’yah tetaplah merupakan metoda yang paling andal, persis sebagaimana pepatah Inggris, “seeing is believing,” dengan melihat maka kita menjadi yakin.

Akan tetapi kita tidak pernah mendengar mereka melakukan hal ini. Jadi, jika mereka mengabaikan sejumlah prosedur baku di dalam aktivitas ilmiah mereka, maka metoda hisab tersebut bukanlah merupakan metode ilmiah; metode hisab tersebut hanya layak dikategorikan sebagai “permainan asah otak.”

Di lain pihak, karena praktisi metode hisab tetap wajib untuk selalu menguji perhitungannya dengan realita di lapangan, maka metode tersebut sebenarnya hanya bermanfaat bagi prediksi kemunculan hilal agar metode penglihatan (ru’yah) menjadi lebih efektif dan efisien, sebagaimana yang dilakukan di Observatorium Bosscha. Dengan kata lain, agar mereka tidak dimasukkan ke dalam kategori “ahli permainan asah otak,” maka mereka wajib bergabung dengan tim yang dibentuk Depag guna memantau munculnya hilal pada lokasi-lokasi yang telah ditentukan. Jadi, pendekatan yang perlu dilakukan oleh Depag maupun MUI bukannya dengan menyamakan kriteria hilal, melainkan cukup dengan meminta agar setiap ormas Islam bergabung dalam tim pemantau hilal. Bukankah ormas-ormas itu mempunyai jutaan anggota yang tersebar di seluruh propinsi di Indonesia? Tentu bukan hal yang sulit untuk menyumbang satu atau dua orang per ormas untuk setiap lokasi pemantauan.

Kesediaan untuk bergabung ke dalam tim pemantau hilal benar-benar akan menjadi ujian yang berat, kecuali bagi mereka yang memahami tujuan penciptaan mereka di dunia ini. Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman (artinya),

“Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS. Al-Mulk: 1-2)

Jika mereka bersedia bergabung dan menjadi saksi terbitnya hilal, dan itulah yang sangat diharapkan kaum Muslimin di negeri ini, maka hilanglah perbedaan yang memecah-belah itu. Jika mereka menolak, maka gelar “ahli permainan asah otak” akan menjadi gelar resmi. Dan ini akan sangat mengherankan, seakan-akan mereka tidak khawatir dengan “hisab” yang berat di akhirat kelak. Wallahua’lam.

Selain itu, pemilihan lokasi-lokasi tempat melihat hilal selayaknya juga mencakup lokasi-lokasi di mana kerap terjadi sebagian kaum Muslimin “nyelonong” sendiri dalam mengumumkan hasil pengamatan mereka, yang membuat kaum Muslimin lainnya bertambah bingung. Maka masukkanlah lokasi-lokasi seperti Cakung ke dalam perencanaan, dan masukkan pula orang-orang yang biasa memantau hilal di tempat tersebut ke dalam tim.

Akan tetapi, ternyata sebagian dari praktisi metode hisab itu mempunyai alasan lain yang terkesan lebih keren, yaitu cita-cita untuk membuat kalender Islam yang berlaku untuk seluruh dunia! Sedangkan menurut mereka, metoda ru’yah mempunyai kelemahan, hanya dapat digunakan secara efektif pada geografis tertentu saja.

Terdapat sekurang-kurangnya tujuh alasan utama yang akan menyanggah ide ini. Pertama, secara geografis populasi kaum Muslimin lebih terkonsentrasi pada wilayah barat-timur bumi daripada utara-selatan. Perhatikanlah hadits berikut ini (artinya),

“Sesungguhnya Allah telah menarik ujung bumi untukku, sehingga aku dapat melihat bagian timur dan baratnya. Dan kelak kekuasaan umatku akan mencapai bagian bumi yang telah didekatkan kepadaku itu.” (HR. Muslim dari Tsauban)

Lebih dari empat belas abad yang lalu, Allah Yang Maha Mengetahui telah memberitahu Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bahwa umat beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam akan terkonsentrasi pada arah barat-timur bumi, bukannya pada arah utara-selatannya. Demikianlah yang terjadi, dan ini akan berlaku hingga Hari Kiamat. Jadi, betapa pun pertumbuhan populasi kaum Muslimin terlihat sangat pesat di negeri-negeri Barat, jumlahnya akan tetap sangat marjinal dibandingkan dengan penduduk non-Muslim di sana hingga Hari Kiamat, lebih-lebih lagi jika dibandingkan dengan populasi Muslim di negeri-negeri leluhurnya. Maka, akal yang sehat tentu akan mengatakan, bahwa metode-metode yang dibawakan oleh Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, di antaranya metode ru’yah, adalah metode yang paling efektif dan efisien bagi umat beliau yang telah beliau ketahui akan terkonsentrasi pada arah barat-timur bumi hingga Hari Kiamat.

Sedangkan bagi umat Islam yang berdiam di negeri-negeri yang diklaim tidak dapat melakukan metoda ru’yah, maka para ulama mereka mendapat keleluasan untuk melakukan ijtihad, termasuk kemungkinan menggunakan metode hisab. Tentu tidak adil, dan dengan demikian tidak benar, bahwa populasi Muslim yang mayoritas, berada pada geografis dengan populasi yang terkonsentrasi, dan telah mapan mengikuti metode ru’yah, harus mengikuti suatu metode yang muncul lebih belakangan, oleh populasi minoritas, dan berada jauh dari pusat Islam, dan berpotensi memecah-belah. Sebagai contoh, Islam tidak mengatur waktu-waktu sholat di ruang angkasa. Maka ketika Pangeran Sultan bin Salman dari Arab Saudi berangkat ke luar angkasa selama berhari-hari sebagai astronot pesawat ulang alik, ulama Saudi membekalinya dengan tuntunan waktu-waktu sholat yang merupakan hasil ijtihad, yang tidak harus sama dengan waktu-waktu sholat yang berlaku di bumi. Ijtihad ulama Saudi ini tentu saja hanya berlaku di ruang angkasa, bukan untuk kaum Muslimin yang bergerak di atas muka bumi, dan Allah tidak membebani manusia melebihi kemampuannya.

Kedua menyangkut prioritas. Kalender adalah perkakas keduniawian. Sebagian dari mereka mengatakan, bahwa dengan metode ru’yah seseorang tidak dapat mengatakan dengan tepat kepada rekan bisnisnya, misalnya, tanggal 1 Dzulhijjah pada tahun sekian itu akan jatuh pada hari apa? Harapan kami: Sebelum mereka mengganti kelender Masehi dengan kalender Islam universal, mereka mesti membuktikan bahwa mereka mampu melepaskan dasi-dasi khas pakaian orang-orang kafir yang telah menjerat leher-leher mereka sekian lama, yang mereka merasa bangga memakainya, dan menggantinya dengan baju khas kaum Muslimin!

Lebih dari itu, cara-cara penentuan waktu di dalam Islam selalu terkait dengan masalah agama, di mana metoda penentuan waktu-waktunya telah di atur dari atas langit, dan segalanya telah amat jelas dan mapan bagi kaum Muslimin. Maka mengunggulkan kepentingan duniawi sebagai tujuan di atas kepentingan agama merupakan indikasi dari kesesatan.

Ketiga, bersifat paradoks. Alangkah mulianya niat hendak mempersatukan kaum Muslimin sedunia dengan kalender Islam universal itu. Akan tetapi, sayangnya, ketika persatuan internasional itu belum dapat diraih, persatuan pada tingkat negeri Muslim justru terkoyak-koyak. Ibarat kata pepatah, mengharapkan balam yang terbang di udara, punai di tangan terlepaskan. Betapa sia-sianya perbuatan itu.

Jadi, kaum Muslimin mesti memprioritaskan persatuan pada level yang lebih rendah sebelum berbicara pada level yang lebih tinggi! Dan persatuan pada level yang lebih tinggi tidak boleh dengan mengorbankan persatuan pada level yang lebih rendah. Sedangkan faktor, satu-satunya faktor, yang dapat mempersatukan mereka pun sudah jelas: Sunnah Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Maka perjuangkanlah Sunnah ini pada setiap level.

Keempat, menyangkut waktu. Karena sebagian kaum Muslimin mengira usia dunia ini masih panjang, bahkan ada yang mengira milyaran tahun, maka mereka berangan-angan hendak membangun “Peradaban Islam.” Kalender Islam Universal adalah di antara buah yang diharapkan dari peradaban itu. Kami membantah angan-angan seperti ini melalui tulisan yang kami hibahkan “Hari Kiamat Masih Milyaran Tahun?” Jika seseorang menyadari di zaman apa ia hidup kini, tentu ia tidak akan panjang angan-angan, dan akan lebih memusatkan perhatiannya pada persiapan menghadapi hari-hari berat di depan yang diperkirakan telah sangat dekat. Maka sikap yang bijak adalah segera melupakan soal kalender itu!

Kelima, keliru dalam membuat asumsi. Kaum rasionalis itu mengira bahwa benda-benda langit akan selalu bergerak mengikuti garis edarnya secara teratur. Dengan demikian cukup valid jika ia dijadikan dasar bagi penyusunan kalender universal ini.

Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam membantah pendapat yang demikian dengan sabda beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam (artinya),

“Kami (para Sahabat Nabi) bertanya, ‘Wahai Rasulullah, berapa lamakah Dajjal tinggal di bumi?’ Rasulullah SAW menjawab, ‘Salama empat puluh hari. Hari pertama sama dengan satu tahun. Hari kedua sama dengan satu bulan. Hari ketiga sama dengan satu pecan. Sedangkan sisa harinya semisal hari pada umumnya.’ Kami (para Sahabat) bertanya, ‘Wahai Rasulullah, satu hari yang seperti satu tahun, apakah cukup shalat lima kali dalam sehari, sebagaimana pada umumnya?’ Rasulullah menjawab, ‘Tidak, namun kira-kiralah secukupnya.’” (HR. Muslim dari an-Nawwas bin Sam’an)

Bagi yang menganggap hadits di atas absurd, maka kami persilahkan mereka untuk berwisata ke Kutub Utara. Di sana mereka akan menikmati situasi di mana matahari berada di atas horizon selama enam bulan, dan berada di bawah horizon selama enam bulan. Bagaimana persisnya situasi benda-benda langit saat menjelang kemunculan Dajjal itu, maka kembali berlaku pepatah Inggris, “seeing is believing.” Setelah menyaksikannya, baru para ulama dapat memperkirakan waktu-waktu sholat yang pantas. Dan barangkali waktunya sudah sangat dekat. Wallahua’lam.

Keenam, tidak dipahaminya siklus kehidupan kaum Muslimin. Sesungguhnya Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam telah bersabda (artinya),

“Masa kenabian telah terwujud di antara kalian sesuai dengen kehendak Allah. Kemudian Dia akan menghilangkannya sesuai dengan kehendak-Nya. Setelah itu ada khilafah yang berdiri di atas manhaj kenabian tersebut sesuai kehendak-Nya pula. Kemudian Dia akan menghapusnya juga sesuai dengan kehendak-Nya. Lalu ada kerajaan sesuai dengan kehendak-Nya. Setelah itu ada kerajaan/pemerintahan diktator yang berjalan sesuai dengan kehendak-Nya pula. Lalu Dia akan menghapusnya jika menghendaki untuk menghapusnya. Kemudian ada khilafah yang berdiri di atas manhaj kenabian. Kemudian Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam diam.” (HR. Ahmad dari Hudzaifah)

Pertanyaan: pada masa khilafah Islam yang berbasis manhaj kenabian kelak, yang insya Allah tak akan lama lagi kembalinya, apakah Khalifah akan memerintahkan kaum Muslimin untuk menggunakan metoda ru’yah atau hisab? Namanya juga berbasis manhaj kenabian, tentu saja mereka akan menggunakan metoda yang sama persis dengan metode yang dipraktekkan pada masa Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan para Sahabat beliau, yaitu metode ru’yah!

Ketujuh, para penggagas metode hisab ini mengakui bahwa metode ini masih perlu terus disempurnakan, dengan demikian ia dapat disebut sebagai sebuah "eksperimen." Maka adakah orang-orang yang lebih tidak bertanggung jawab, dengan demikian ia wajib ditolak, daripada orang-orang yang telah melibatkan berjuta-juta, puluhan juta, bahkan mungkin ratusan juta, kaum Muslimin di seluruh dunia sebagai "kelinci percobaan" dalam eksperimen mereka bahkan ketika mereka sendiri mengakui bahwa eksperimen tersebut belum tuntas dan belum teruji dengan benar?


Menentukan waktu Hari Raya Idul Adha

Perbedaan pendapat juga terjadi pada apakah ru’yah hilal di suatu tempat, katakanlah di Mekkah, akan berlaku bagi negeri-negeri Muslim lainnya yang mengetahuinya? Hal yang sama juga terjadi dalam penentuan Hari Raya Idul Adha. Terdapat sejumlah dalil yang relevan, di antaranya (artinya),

“Bahwa hari Arafah (yaitu tanggal 9 Dzulhijjah) itu adalah hari yang telah ditetapkan oleh Imam (Khalifah), dan hari berkorban itu adalah masa Imam (Khalifah) menyembelih kurban.” (HR. Thabrani).

“Bahwasanya Amir Mekkah (Wali Mekkah) berkhutbah dan menyatakan: ‘Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam memerintahkan kita agar memulai manasik (haji) berdasarkan ru`yah. Apabila kita tidak melihatnya, sementara dua orang yang adil menyaksikan (munculnya hilal) maka kita harus memulai manasik dengan kesaksian dua orang tersebut.’” (HR. Abu Dawud dari Husain bin Harits Al Jadali)

Ringkasnya, timbul pertanyaan: apakah prosesi haji yang berlangsung di Arab Saudi mengikat waktu-waktu ibadah (puasa dan qurban) di tempat-tempat lain di negeri-negeri Muslim? Hal ini semakin menjadi perhatian segenap kaum Muslimin berkat kemajuan teknologi yang membuat setiap orang mampu memantau tahapan-tahapan prosesi haji di Arab Saudi, lalu tiba-tiba bertanya-tanya: mengapa tidak sinkron antara apa yang terjadi di Arab Saudi dengan di negeri kita?


Agaknya, persoalan ini lebih karena telah diraihnya kemampuan untuk memantau setiap perkembangan dunia secara sesaat (real time), yang akhirnya membuat para pelakunya menjadi kebingungan sendiri. Jika kita telah mengetahui penyebab utama dari fenomena ini, maka jawabannya pun insya Allah akan sangat sederhana.

Pertama-tama kita perlu menyadari, bahwa dalam sejarah Islam, Khalifah tidak berkedudukan di Mekkah. Khalifah pernah berkedudukan di Madinah, Damaskus, Kufah, Bagdad, dan Istambul, tetapi tidak di Mekkah. Maka ketika Gubernur Mekkah mengumumkan rincian waktu pelaksanaan ibadah haji, berita ini harus segera disampaikan kepada Khalifah yang berkedudukan jauh dari Mekkah, agar Khalifah dapat segera mengumumkan kepada segenap kaum Muslimin untuk menyelaraskan kegiatan keagamaan mereka di negeri-negeri mereka. Sementara itu, pada periode hingga beberapa abad yang lalu, teknologi transportasi/komunikasi yang tercanggih adalah kuda. Pertanyaannya: apakah mungkin pengumuman Khalifah ini akan menjangkau segenap negeri-negeri Muslim dari Maroko hingga Azerbaijan, bahkan Kerajaan Samudra Pasai, dalam waktu yang tersisa sebelum pelaksanaan Idul Adha? Menurut hemat kami, praktek ini tidak pernah terjadi, karena secara teknis tidak mungkin terjadi. Dengan kata lain, setiap wilayah pemerintahan/gubernur mempunyai pengaturannya sendiri, tidak terikat dengan prosesi haji di Mekkah. Inilah pemahaman yang paling logis dari segenap dalil yang berkaitan dengan pelaksaan ibadah di bulan Ramadhan dan Haji, yang tercermin pada hadits berikut ini (artinya),

Dari Kuraib, bahwa Ummul Fadhl binti Harits mengutusnya kepada Mu’awiyah RA ke negeri Syam. Kuraib berkata, “Maka aku berangkat menuju Syam, aku pun telah memenuhi permintaannya. Lalu tibalah bulan Ramadhan sementara aku masih berada di Syam. Aku melihat hilal pada malam Jumat, kemudian aku tiba di Madinah pada penghujung bulan (Ramadhan). Abdullah bin Abbas bertanya kepadaku sambil menyebut hilal dan berkata, ‘Kapan kalian melihat hilal?’ Aku menjawab, ‘Kami melihatnya pada malam Jumat.’ Ia bertanya, ‘Apakah kamu melihatnya?’ Aku menjawab, ‘Ya, dan orang-orang juga melihatnya. Mereka (penduduk Syam) berpuasa dan Mu’awiyah juga berpuasa bersama mereka.’ Lalu Ibnu Abbas berkata, ‘Akan tetapi kami (di Madinah) melihatnya pada malam Sabtu, dan kami masih berpuasa hingga melengkapi 30 hari atau sampai melihatnya lagi.’ Lalu aku bertanya, ‘Apakah tidak cukup bagimu dengan ru’yah Mu’awiyah beserta puasanya?’ Ia menjawab, ‘Tidak, demikianlah Rasulullah memerintahkan kami.’” (HR. Muslim)

Mu’awiyah adalah Khalifah kaum Muslimin yang berkedudukan di Syam. Ternyata ru’yah Syam tidak berlaku bagi Mekkah, demikian pula sebaliknya!

Maka jika hal ini adalah sah pada masa lalu, tentu ia pun sah untuk masa kini dan masa mendatang! Wallahua’lam.

Sebagian orang akan berpendapat, bahwa kemajuan tekologi (baca: kekuatan akal) telah mengubah paradigma dalam beribadah secara mendasar! Hal ini jelas tidak benar, karena Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam telah mengabarkan kepada kita bahwa di masa yang akan datang, barangkali sudah sangat dekat, situasinya akan kembali seperti masa lalu. Perhatikan hadits berikut ini (artinya),

“Dari Yusair bin Jabir, dia berkata, “Angin merah bertiup (telah terjadi kekacauan) di kota Kufah. Setelah itu, seorang laki-laki datang sambil berseru, ‘Hai Abdullah bin Mas’ud, sesungguhnya kiamat telah datang!’
Yusair berkata, “Kemudian laki-laki itu duduk, sedangkan Abdullah bin Mas’ud duduk sambil bersandar. Lalu Abdullah bin Mas’ud berkata, ‘Sesungguhnya kiamat tidak akan terjadi kecuali setelah harta warisan tidak dibagikan dan harta rampasan perang tidak membuat gembira.’
Setelah itu Abdullah bin Mas’ud berkata seraya menunjukkan tangannya ke arah Syam, ‘Di sana ada musuh yang akan menyerang orang-orang Islam dan orang-orang Islam pun akan menyerang dan menghadapi mereka.
Saya bertanya, ‘Apakah yang kamu maksudkan itu adalah orang-orang Romawi?’
           Abdullah bin Mas’ud menjawab, ‘Ya.’
Dalam peperangan tersebut telah terjadi perlawanan yang sangat sengit. Orang-orang Islam mempersiapkan pasukan berani mati yang tidak akan kembali ke garis pertahanan kecuali dengan membawa kemenangan.
Mereka bertempur sampai datang waktu malam. Setelah itu, kedua belah pihak bubar dan kembali ke garis pertahanan semula tanpa ada yang membawa kemenangan. Gugurlah kesepakatan itu.
Kemudian orang-orang Islam mulai mempersiapkan lagi pasukan berani mati yang biasanya tidak akan kembali ke garis pertahanan kecuali dengan membawa kemenangan.
Mereka bertempur sampai datang waktu malam. Setelah itu, kedua belah pihak bubar dan kembali ke garis pertahanan semula tanpa ada yang membawa kemenangan. Gugurlah kesepakatan itu.
Lalu orang-orang Muslim mulai mempersiapkan lagi pasukan berani mati yang biasanya tidak akan kembali ke garis pertahanan kecuali dengan membawa kemenangan.
Mereka bertempur sampai datang waktu malam. Setelah itu, kedua belah pihak bubar dan kembali ke garis pertahana semula tanpa ada yang membawa kemenangan, dan kesepakatan kembali gugur.
Pada hari keempat, pasukan kaum Muslimin yang tersisa mulai menyerang musuh. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala menimpakan kekalahan kepada orang-orang Islam meskipun mereka bertempur dalam pertempura yang tak pernah terlihat pertempuran seperti itu, hingga burung-burung pun turut bertempur mengiringi mereka sampai jatuh dan binasa.
Setelah itu ada seratus orang yang bersaudara yang ikut pertempuran, mereka semuanya binasa kecuali hanya seorang. Maka harta rampasan perang apa yang dapat membuatnya bergembira? Atau harta warisan mana yang akan dibagi-bagikan?
Ketika mereka berada dalam kondisi seperti itu, tiba-tiba mereka mendapat cobaan yang lebih besar lagi. Seorang laki-laki mendatangi mereka seraya berkata, ‘Sesungguhnya Dajjal telah mendatangi anak cucu kalian.’
Akhirnya mereka membuang apa yang ada di tangan mereka. Lalu mereka bersiap-siap dengan menugaskan sepuluh orang pasukan berkuda sebagai pengintai.
Kemudian Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, “Sungguh aku mengetahui nama-nama mereka, nama-nama ayah mereka, dan warna kuda-kuda mereka. Mereka semua adalah pasukan berkuda yang terbaik pada saat itu.” (HR. Muslim)

Di masa depan yang dekat, kuda kembali akan menjadi sarana transportasi yang paling diandalkan. Kami telah mendiskusikan kemungkinan skenario yang dapat membawa ke situasi tersebut di dalam buku kami “Peringatan Terakhir…”

Bagaimana dengan sarana komunikasi? Hmm… para pembaca perlu mengikuti pengumuman yang terus diperbarui dari situs “NASA Science,” situs resmi Badan Aeronautika dan Ruang Angkasa Amerika mengenai perkembangan ilmu pengetahuan, berkenaan dengan perkembangan Badai Matahari (Solar Storm) serta dampaknya pada sistem komunikasi canggih umat manusia. Di masa depan yang dekat, dengan hancur-leburnya sistem ekonomi-keuangan negara-negara Kapitalis, insya Allah, maka segenap persiapan guna menyongsong kehadiran badai tersebut menjadi ikut hancur-lebur pula. Lalu… back to square one…

Penentuan Waktu-waktu Sholat Wajib

Sangat boleh jadi kaum Muslimin mengalami kesulitan dalam upaya membandingkan metoda ru’yah dan hisab pada penentuan dimulainya bulan-bulan baru. Situasi yang jauh berbeda, jauh lebih mudah, akan dijumpai pada upaya membandingkan antara metode ru’yah (bayangan) matahari dan metode hisab dalam menentukan waktu-waktu sholat wajib. Bahkan setiap Muslim dapat melakukannya. Pelajarilah hadits-hadits berkenaan dengan penentuan waktu-waktu sholat, lalu praktekkan guna mengamati waktu-waktu tersebut, lalu bandingkan dengan jadwal sholat abadi hasil metode hisab yang terpampang pada papan pengumuman di masjid-masjid, niscaya kaum Muslimin akan mendapati betapa “belepotannya” jadwal-jadwal tersebut. Perhatian yang lebih khusus perlu diarahkan pada penentuan dimulainya waktu sholat shubuh. Di sini mata kaum Muslimin akan semakin terbelalak dengan perbedaan yang begitu besar. Kami menyisakan masalah ini sebagai PR bagi para pembaca untuk mempelajarinya.

Sesungguhnya Sunnah Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam adalah di antara mukjizat yang Allah turunkan kepada beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Maka Allah tak akan memberi jalan kepada akal-akal mungil manusia untuk merendahkannya, dengan berupaya menggantinya dengan cara-cara / metode yang tidak diridhai-Nya. Mempelajari dan melaksanakan Sunnah Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dalam segenap rinciannya dengan penuh kecintaan akan merupakan suatu kehormatan bagi setiap Muslim.



Wallahua’lam

Jumat, 01 Juli 2011

Adakah UFO?


Sebuah berita memuat gambar dan video yang menuturkan keberadaan UFO, Unidentified Flying Object-benda terbang tak dikenal, bergerak di atas kota London Inggris pada 24 Juni 2011 seperti ditampilkan di bawah ini.

UFO Mothership and Fleet Over London UK 24th June 2011



Video dapat disaksikan pada link beikut ini.

http://www.youtube.com/watch?v=0AouX-nWvv4

Berita-berita semacam ini pada akhirnya menyisakan sejumlah pertanyaan:

  • Apakah eksistensi UFO itu sah?
  • Siapakah mereka sebenarnya?
  • Dari manakah mereka berasal?
  • Apa sesungguhnya misi mereka?

Inilah di antara pertanyaan-pertanyaan yang terus menggelayuti benak banyak manusia, yang tak mampu dijawab secara tuntas oleh akal-akal manusia sekular. Maka posting kali ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas secara tuntas, insya Allah.

Riwayat Penampakan dan Hakekat UFO

Kami terjemahkan dari Wikipedia:

“Walaupun penampakan UFO telah terjadi sepanjang sejarah, ketertarikan dunia modern terhadapnya bermula dari Perang Dunia II, sejak ketika sejumlah pemerintahan telah memeriksa laporan-laporan (penampakan) UFO, seringkali dari sudut pandang militer, dan para peneliti UFO telah memeriksa, menulis mengenainya dan membentuk organisasi-organisasi khusus untuk subyek tersebut.

Studi-studi yang dilakukan telah mengukuhkan bahwa mayoritas (penampakan) UFO adalah pengamatan atas benda-benda nyata tetapi sebenarnya biasa saja – kebanyakan pesawat terbang, balon, awan-awan noktilusen dan nakrius, atau benda-benda astronomis seperti meteor atau planet-planet yang terang benderang – yang telah disalahidentifikasi oleh pengamat sebagai ketidaklaziman, sementara dalam prosentase yang kecil UFO yang dilaporkan ternyata tipuan. Namun demikian, setelah mengesampingkan laporan-laporan yang tidak akurat tersebut, antara 5% dan 20% dari total sisanya tetap tidak dapat dijelaskan, sehingga dapat diklasifikasikan sebagai tidak teridentifikasi dalam batasan yang ketat. Banyak dari laporan-laporan tersebut dibuat oleh pengamat yang terlatih seperti pilot, polisi dan petugas militer; sebagiannya melibatkan jejak radar, jadi tidak semuanya merupakan laporan visual. Pendukung dari hipotesis makhluk angkasa luar percaya bahwa laporan-laporan yang tidak teridentifikadi ini adalah pesawat ruang angkasa dari makhluk luar angkasa, walaupun berbagai hipotesis lainnya juga telah diusulkan.

Sementara UFO telah menjadi subyek penyelidikan yang luas oleh berbagai pemerintahan, serta sebagian ilmuwan yang mendukung hipotesis makhluk luar angkasa, hanya sedikit makalah ilmiah mengenai UFO yang telah dipublikasikan untuk mendapat telaah dari sejawat peneliti. Telah terjadi perdebatan di dalam komunitas ilmiah mengenai apakah bisa dilakukan penyelidikan ilmiah pada penampakan UFO.

UFO telah menjadi tema yang terkenal di dalam budaya modern, dan fenomena budaya ini telah menjadi subyek penelitian akademis.”

Kesimpulannya, sekaligus menjawab pertanyaan pertama, eksistensi UFO itu adalah sah. Akan tetapi metoda ilmiah tidak mampu untuk menjelaskan siapakah sebenarnya mereka itu. Persoalan ini coba dipecahkan oleh ilmuwan sekular dengan mencari jawaban atas pertanyaan berikutnya: dari manakah mereka berasal?

Upaya Mencari Asal-usul UFO

Bukankah cukup logis untuk berspekulasi bahwa di antara puluhan milyar bintang-bintang yang tersebar di galaksi Bima Sakti, tentu ada satu atau beberapa tempat (planet) yang menyediakan lingkungan yang kondusif untuk tumbuh dan berkembangnya makhluk cerdas? Demikianlah sebagian ilmuwan Barat itu berspekulasi, yang dengan mudah dikopi oleh orang-orang awam maupun para ilmuwan di Indonesia.

Guna mencari tanda-tanda kehidupan di jagad raya ini, sejumlah ilmuwan Barat menyusun program-program dengan memanfaatkan segenap fasilitas tercanggih yang mereka miliki. Di antaranya adalah Project Phoenix oleh SETI Institute dengan memanfaatkan teleskop radio raksasa Arecibo di Puerto Rico. Ini adalah teleskop radio terbesar di dunia, dengan diameter piringan antenanya 305 m. Melalui teleskop radio ini dikirim pesan-pesan melalui gelombang radio ke tempat-tempat terpilih, yang kondisinya diperkirakan mirip dengan planet bumi, sehingga patut diduga mempunyai potensi kehidupan. Proyek ini dimulai pada 1995, dan ketika berakhir pada Maret 2004, pimpinan proyek terpaksa menyimpulkan, “Rupanya kita hidup tanpa tetangga.”

Tema cerita makhluk angkasa luar bukan saja menarik buat para ilmuwan, melainkan juga bagi para petualang semacam Erich von Daniken. Ia banyak melakukan perjalanan, mempelajari situs-situs kuno guna mengenali jejak-jejak yang ditinggalkan oleh para “pilot” UFO. Ia banyak menulis dan menerbitkan buku dalam tema ini (dalam orde jutaan kopi), bahkan telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa. Akan tetapi segenap tulisannya itu tidak diakui sebagai tulisan ilmiah oleh para ilmuwan, sementara ia sendiri mempunyai persoalan pada sisi integritasnya.

Akhirnya persolan ini tetap menjadi misteri bagi dunia Barat, dan tentu juga bagi ilmuwan Indonesia yang mengikuti metoda penelitian Barat.

Islam Menjawab Pertanyaan Yang tak Terjawab

Sesungguhnya bagi kaum Muslimin, persoalan UFO ini sangatlah sederhana.

Kita mulai pembahasan ini dengan mematahkan spekulasi semacam, “Masak dari sekian ratus milyar bintang gak ada planet yang punya kehidupan? Malah sangat mungkin tingkat kecanggihan teknologi mereka jauh lebih tinggi daripada kita. Buktinya, mereka bisa mengintip-intip kita sesuka mereka!”

Orang-orang yang suka mengusung ungkapan-ungkapan seperti ini seakan-akan lupa dengan asal-usul mereka sendiri. Cobalah direnungkan: hanya ada satu sel sperma, dari ratusan juta sel sperma yang ada bersamanya, yang boleh membuahi sel telur. Sel-sel sperma lainnya, dalam orde ratusan juta, disisihkan dan akhirnya mati untuk memberi jalan kepada satu-satunya sel sperma yang telah “ditandai” untuk dapat melanjutkan kehidupannya. Ini adalah suatu keistimewaan yang luar biasa. Jika keistimewaan ini terjadi pada manusia, maka ia menjadi hal yang lumrah saja jika terjadi di alam semesta ini; dari sekian “bola-bola” yang ada di alam semesta ini, hanya bumi yang bisa dihuni. Pola-pola istimewa seperti ini menjadi lumrah karena penciptanya adalah Dzat yang sama: Allah Yang Maha Pencipta.

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman (artinya),

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?” (QS. Fushshilat: 53)

Selanjutnya, kami akan menguatkan pandangan kami di atas berdasarkan dalil-dalil di dalam agama Islam, bahwa tidak ada kehidupan cerdas di “bola-bola” lainnya. Caranya adalah dengan membuat asumsi, bahwa seandainya ada kehidupan cerdas di luar sana, tentu komunitas mereka juga mempunyai pembimbing, para nabi dan rasul, karena sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman (artinya),

“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu’," (QS. An-Nahl: 36)

Maka ketika Hari Kiamat tiba, ketika Allah menggulung langit dan menciptakan bumi baru untuk berkumpulnya semua makhluk, tentu akan bertemu semua makhluk yang ada di alam semesta ini. Para nabi-nabi dan rasul-rasul dari bumi yang lain itu tentu akan berinteraksi dengan para rasul bumi kita ini. Adakah momen seperti ini?

Marilah kita mulai dengan memeriksa apakah yang akan menimpa alam semesta ini, pada bumi dan langit, ketika terjadinya Hari Kiamat.

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman (artinya),

“(Yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kami-lah yang akan melaksanakannya.” (QS. Al-Anbiyaa’: 124)

“(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan mereka semuanya (di Padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa. Dan kamu akan melihat orang-orang yang berdosa pada hari itu diikat bersama-sama dengan belenggu. Pakaian mereka adalah dari pelangkin (ter) dan muka mereka ditutup oleh api neraka,” (QS. Ibrahim: 48-50)

“Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup, dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur. Maka pada hari itu terjadilah Hari Kiamat, dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi lemah.” (QS. Al-Haqqah: 13-16)

“Maka apabila mata terbelalak (ketakutan), dan apabila bulan telah hilang cahayanya, dan matahari dan bulan dikumpulkan,” (QS. Al-Qiyamaah: 7-9)

“Apabila matahari digulung, dan apabila bintang-bintang berjatuhan,” (QS. At-Tawiir: 1-2)

“Apabila langit terbelah, dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan,” (QS. Al-Infithar: 1-2)

Berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an di atas, dapatlah kita simpulkan bahwa pada Hari Kiamat langit akan digulung kembali, setiap “bola-bola” akan dikumpulkan kembali, dengan konsekuensi akan mengakhiri segenap kehidupan yang ada di sana, jika ada. Setelah itu akan dibentuk bumi dan langit baru. Bumi baru itu adalah tempat di mana segenap makhluk hidup, baik mereka yang tinggal di bumi maupun yang tinggal di tempat-tempa lainnya, jika ada, akan dihidupkan kembali untuk diminta pertanggungajawabannya atas usia yang telah mereka habiskan.

Lalu apa yang akan terjadi di antara mereka, khususnya di antara para pemimpin mereka, para rasul?

Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah besabda (artinya),

“Hari Kiamat akan terasa sangat panjang bagi manusia. Oleh karena itu sebagian mereka berkata kepada yang lain, ‘Marilah kita pergi menemui Adam, nenek moyang manusia, supaya dia memberi syafaat (memohonkan) untuk kita kepada Tuhan kita, agar Dia memberi keputusan kepada kita.’ Maka datanglah mereka kepada Adam lalu berkata, ‘Mohonlah untuk kami kepada Tuhan-mu supaya Dia memberi keputusan kepada kami.’ Jawab Adam, ‘Sungguh aku tak sanggup menolong kalian, tapi pergilah kalian kepada Nuh, pemimpin para nabi itu.’ Maka mereka pun pergi menemui Nuh, lalu berkata, ‘Hai Nuh, mohonlah untuk kami kepada Tuhan-mu, supaya Dia memberi keputusan kepada kami.’ Ternyata Nuh pun menjawab, ‘Sungguh aku tak sanggup menolong kalian, tapi datanglah kalian kepada Ibrahim, Nabi dan Khalilullah itu.’ Mereka pun pergi menemui Ibrahim, lalu berkata, ‘Hai Ibrahim, mohonlah untuk kami kepada Tuhan-mu supaya Dia memberi keputusan kepada kami.’ Ternyata jawab Ibrahim pun, ‘Sungguh aku tak sanggup menolong kalian, tapi datanglah kalian kepada Musa, Kalimullah yang telah dipilih oleh-Nya untuk menyampaikan risalah-risalah dan firman-firman-Nya.’ Kemudian mereka pun pergi menemui Musa, lalu berkata, ‘Hai Musa, mohonlah untuk kami kepada Tuhan-mu, supaya Dia memberi keputusan kepada kami.’ Dan ternyata jawaban dia pun, ‘Sungguh aku tak sanggup menolong kalian, tapi datanglah kalian kepada Isa Ruh dan Kalimat Allah itu.’ Maka mereka pun pergi menemui Isa dan berkata, ‘Hai Isa, mohonlah untuk kami kepada Tuhan-mu, supaya Dia memberi keputusan kepada kami.’ Dan ternyata jawaban dia pun sama, ‘Sungguh aku tak sanggup menolong kalian, tapi datanglah kalian kepada Muhammad. Sesungguhnya dia adalah penutup para Nabi dan telah diampuni dosa-dosanya yang dahulu maupun yang berlakangan.’ Isa mengatakan pula, ‘Tahukah kalian, kalau suatu barang dimasukkan ke dalam suatu bejana tertutup, dapatkah seseorang mengambil barang yang ada di dalam bejana itu sebelum membuka tutupnya?’ ‘Tidak,’ jawab mereka. Isa alu berkata, ‘Sesungguhnya Muhammad adalah pentup para Nabi.’ Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam melanjutkan sabdanya, ‘Maka mereka pun datang menemui aku lalu berkata, ‘Hai Muhammad. Mohonlah untuk kami kepada Tuhan-mu, supaya Dia memberi keputusan kepada kami.’ ‘Ya,’ kataku, lalu aku pergi ke pintu surga. Gelang-gelang pintunya aku pegang seraya meminta dibukakan. Maka terdengarlah pertanyaan, ‘Siapakah kamu?’ Aku menjawab, ‘Muhammad.’ Maka pintu surga pun dibuka dan aku bersujud memuji Tuhanku dengan pujian yang tidak pernah dipanjatkan oleh siapa pun semisalnya, baik sebelum maupun sesudahnya. Maka Allah berfirman, ‘Angkatlah kepalamu! Katakanlah, niscaya (perkataan) kamu didengar. Mintalah, niscaya kamu diberi. Sampaikan syafaatmu, niscaya syafaatmu diterima!’ Aku berkata, ‘Umatku, umatku.’ Maka Allah berfirman, ‘Keluarkan (dari neraka) siapa pun yang dalam hatinya ada keimanan walau hanya sebesar zarrah sekalipun.’ Sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, ‘Maka aku pun mengeluarkan mereka, kemudian merebahkan diriku bersujud.’” (HR Ahmad dari Anas radhiyallahu ‘anhu)

Jelas sekali, berdasarkan hadits di atas, makhluk hidup ketika itu hanya mengenal Nabi Adam ‘Alaihissalam sebagai nabi pertama dan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai nabi terakhir. Tidak ada nabi-nabi lain dari planet lain yang diharapkan untuk memohon kepada Allah bagi umatnya. Hal ini merupakan petunjuk yang sangat jelas, bahwa kehidupan itu hanya ada di bumi; di planet lain tidak ada kehidupan cerdas seperti manusia.

Jika di luar bumi tidak ada kehidupan semisal kehidupan di bumi, lalu siapakah para pengendara UFO tersebut?

Untuk menjawab pertanyaan ini, kita patut merenungkan kembali bahwa jenis-jenis kehidupan itu meliputi tumbuh-tumbuhan, hewan, manusia, jin dan malaikat. Tidak ada jenis kehidupan di luar kelima kategori ini.

Berdasarkan kemampuan terbang dan rekayasanya, maka boleh jadi ia adalah jin berdasarkan dalil-dalil berikut ini (artinya),

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman (artinya),

“Berkata 'Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: ‘Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya.’” (QS. An-Naml: 39)

“Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). “ (QS. Saba’: 13)

“Kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api, dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya).” (QS. Al-Jinn: 8-9)

Dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah bersabda (artinya),

“Ketika Allah memutuskan sesuatu di langit, para malaikat mengepakkan sayap mereka sebagai sikap patuh terhadap firman-Nya, bagaikan suara rantai besi membentur batu besar. Ketika ketakutan telah lenyap dari hati mereka, sesama mereka saling bertanya, ‘Apa yang telah difirmankan Tuhan kalian?’ Mereka berkata, ‘Kebenaran. Dia-lah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.’ Setan-setan yang mencuri pendengaran mendengarkan berita langit dari para malaikat. Seperti inilah – perawi meregangkan jari-jari tangannya dalam memperagakan apa yang disampaikannya – setan yang satu berdiri di atas setan lainnya. Setan yang paling atas yang bisa mendengar berita langit kadang-kadang tersambar oleh lemparan api sebelum dia sempat menyampaikan berita tersebut kepada setan di bawahnya. Kadang-kadang dia selamat dari lemparan api tersebut sehingga dia bisa menyampaikan berita itu kepada setan di bawahnya, disampaikannya lagi kepada setan di bawahnya dan seterusnya sehingga akhirnya mereka menyampaikannya ke bumi, kemudia berita itu dibisikkan kepada tukang sihir/para peramal dengan disertai seratus kebohongan. Ketika sebagian dari ramalan tersebut terbukti benar, orang-orang akan mengatakan, ‘Bukankah kita sudah diberitahu oleh dia (tukang sihir/juru ramal) pada hari begini dan begini bahwa akan terjadi begini dan begini, lalu ternyata benar?’ Ucapan tukang sihir yang benar tersebut hanyalah yang bersumber dari berita langit (melalui setan yang mencuri pendengaran dari malaikat).” (HR. Bukhari dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu )

Akan tetapi, malaikat juga bergerak turun naik antara bumi dan langit.

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman (artinya),

“Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun.” (QS. Al-Ma’aarij: 4)

“Demi (malaikat-malaikat) yang turun dari langit dengan cepat,” (QS. An-Naazi’aat: 3)

Lalu juga ada sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang menjelaskan adanya malaikat yang tanda-tandanya dapat dilihat oleh manusia, di antaranya di dalam sabda beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam (artinya),

“Pernah ada seorang laki-laki yang sedang membaca Surah Al-Kahfi, sementara di sampingnya ada seekor kuda yang diikat dengan dua tali. Tak lama kemudian ada awan yang menutupinya. Lalu awan tersebut berputar dan mendekatinya, hingga kuda tersebut berusaha lari dan menghindar.

Keesokan harinya laki-laki tersebut datang menemui Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan menceritakan semua peristiwa itu kepada beliau. Setelah mendengar cerita itu Rasulullah pun bersabda, ‘Itu adalah malaikat pembawa kedamaian yang turun karena bacaan Al-Qur’an.’” (HR. Muslim dari Al Barra’ radhiyallahu ‘anhu)

“Pada suatu malam Usaid bin Khudair radhiyallahu ‘anhu sedang membaca Al-Qur’an di dekat penambatan kudanya. Tiba-tiba kudanya itu berputar-putar. Lalu ia membaca Al-Qur’an lagi, maka tiba-tiba kudanya itu berputar-putar lagi. Kemudian ia membaca Al-Qur’an lagi, tiba-tiba kudanya berputar-putar lagi.

Usaid berkata, ‘Karena aku khawatir kalau-kalau kuda itu menginjak Yahya, maka ia pun mendekatinya. Namun tanpa aku sadari sebelumnya, tiba-tiba di atas kepalaku ada awan yang berisi semacam lampu yang bersinar yang naik ke atas hingga akhirnya aku pun tidak dapat melihatnya.’

Usaid berkata, ‘Esok harinya aku pun pergi menemui Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam seraya bertanya, ‘Ya Rasulullah, tadi malam saya sedang membaca Al-Qur’an di dekat penambatan kudaku, tiba-tiba kuda tersebut terus berputar-putar. Ada apakah sebenarnya ya Rasulullah?’

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, ‘Teruskanlah ceritamu itu hai putera Khudair!’

Usaid bin Khudair berkata, ‘Saya pun akhirnya membaca Al-Qur’an lagi, tetapi tiba-tiba kuda saya terus berputar-putar lagi.’

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, ‘Teruskanlah ceritamu itu hai putera Khudair!’

Usaid bin Khudair berkata, ‘Saya pun akhirnya membaca Al-Qur’an lagi, tetapi tiba-tiba kuda saya terus berputar-putar.’

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, ‘Teruskanlah ceritamu itu hai putera Khudair!’

Usaid bin Khudair berkata, ‘Kemudian saya berpaling di mana pada saat itu Yahya ada di dekat kuda tersebut sehingga saya khawatir kalau-kalau kuda itu menginjaknya. Tiba-tiba saya melihat semacam awan yanag berisi cahaya yang naik ke atas hingga akhirnya saya tak dapat melihatnya lagi.’

Lalu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun bersabda, ‘Itu adalah para malaikat yang mendengarkan bacaan Al-Qur’anmu. Seandainya engkau terus membacanya, niscaya orang lain pasti akan dapat melihat para malaikat sebagaimana yang kamu lihat itu.’” (HR. Muslim dari Abu Said Al Khudri radhiyallahu ‘anhu)

Di dalam kedua hadits di atas, awan-awan yang sebagiannya terlihat bercahaya dan dapat dilihat oleh manusia, boleh jadi akan ditafsirkan oleh orang-orang pada masa sekarang ini sebagai UFO. Maka bagaimanakah kita dapat membedakan bahwa UFO itu adalah jin atau malaikat?

Perbedaannya akan jelas terlihat dalam misi mereka. Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjelaskan misi jin kafir di dunia ini di dalam firman-Nya (artinya),

“Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka.“ (QS. Shaad: 82-83)

Sedangkan malaikat, mereka adalah penolong dan pendorong manusia dalam ketaatan kepada Allah. Perhatikanlah berdasarkan hadits di atas, kehadiran malaikat adalah ketika para Sahabat Nabi tengah membaca Al-Qur’an.

Berdasarkan kenyataan bahwa penampakan UFO itu telah hadir sepanjang usia peradaban manusia dalam situasi yang “tidak ada hubungannya” dengan ketaatan kepada Allah, maka dapatlah disimpulkan bahwa UFO itu adalah jin kafir dalam misi mereka guna menyesatkan manusia. Mereka akan senantiasa mengarahkan manusia agar memiliki keyakinan tentang adanya makhluk lain di bumi lain, menimbulkan angan-angan serta melakukan upaya-upaya untuk bertemu mereka, yang pada dasarnya adalah kemubaziran dan kesesatan yang sangat besar, lalu diikuti dengan sejumlah kesesatan lainnya di dalam aqidah/keyakinan.

Wallahua’lam