Kamis, 05 Oktober 2017

Tentang “Peluncur Granat” itu...







Masih ingatkah Anda dengan kasus yang membelit Korps Bhayangkara kebanggaan kita pada sebuah kasus di panggung internasional? Pada Januari 2017 sebuah fitnah menimpa Formed Police Unit 8 di Sudan. Unit Bhayangkara pilihan ini dituduh hendak menyelundupkan sejumlah besar senjata api ketika hendak pulang ke tanah air usai menjalankan tugas di bawah misi PBB, sehingga kepulangannya tertahan di Sudan selama sebulan. Seandainya upaya penyeludupan senjata bekas itu benar-benar melibatkan korps tersebut, maka ia adalah percobaan pertama yang sangat serius untuk menyeludupkan senjata.

Sedangkan jika senjata-senjata bekas itu sama sekali tidak berhubungan dengan korps kebanggaan kita itu, maka ia layak diinterpretasikan sebagai isyarat dari langit bahwa di masa depan korps tersebut akan tertimpa fitnah yang sama. Mengingat jenis senjata yang hendak diseludupkan serta kondisinya yang jelas bukan untuk dipakai sendiri, maka fitnah ini berhubungan dengan gerilyawan atau clandestine.

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman (artinya),

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syura: 30).


Nampaknya fitnah yang menimpa korps kebanggaan kita ini bermula dengan cara yang mirip dengan fitnah yang menimpa lembaga intel. Bagaimana tidak? Apakah melewati sekian banyak senior dan menjadi calon tunggal untuk mencapai kedudukan puncak itu tak memiliki konsekuensi? Pasti ada, dong.

Sebagaimana penciuman mereka yang tajam tentang cara mengeksploitasi bos intel, para kamerad komunis juga tahu persis cara menagih tanda terima kasih atas waktu dan tenaga yang telah mereka curahkan untuk memuluskan jalan bagi bintang kelas ini untuk menjadi orang nomor satu di korps tersebut.  Tak lama-lama menikmati masa bulan madu, sebuah tugas besar sudah harus dilaksanakan, yaitu bermain bersama dalam sebuah False Flag Operation pada Aksi Bela Islam 411. Pada aksi tersebut sebuah tim yang sangat kuat yang terdiri dari korps kebanggaan kita, intel, dan kader-kader komunis, bermain bersama secara sangat apik dan kompak dalam sebuah skenario yang melibatkan segenap petinggi keamanan negara hingga ke puncak.  

Ternyata tugas besar tersebut berlanjut dengan tugas-tugas berikutnya yang membuatnya menjadi sangat tertekan. Semua idealismenya tentang korps bhayangkara yang profesional dan bermutu tinggi dengan cepat  menguap. Kini motto yang sangat membanggakan itu, “to serve and to protect,” akan diplesetkan orang menjadi “to serve and to protect...kamerad.”  Dalam lingkungan kerja yang telah menjadi sangat bertentangan dengan hati nuraninya itu, tak heran jika tiba-tiba kata hatinya tercetus di depan publik, bahwa ia ingin “pensiun dini” dan mencari lingkungan kerja yang “less stressful” seperti dunia pendidikan dan semacamnya.

Bagi para kamerad, “mengerjai” korps ini hingga tunduk sepenuhnya secara ideologis tentu saja sangat berat, hampir tidak mungkin. Maka mengikuti prosedur operasi standar partai komunis, jika upaya infiltrasi ideologi dirasa sangat sulit, lakukan upaya adu domba guna mengancurkan (calon-calon) musuh. Caranya dengan mendayagunakan segenap pengaruh yang ada sehingga kekuatan nomor 2 menjadi setara dengan kekuatan nomor 1, lalu gosok terus sampai terjadi clash. Dalam keadaan kedua pihak telah menjadi serpihan itulah baru kaum komunis masuk, tinggal memungut hasilnya secara cuma-cuma.

Inilah yang kita lihat dalam kasus impor Arsenal Stand Alone Grenade Launcher (SAGL) Kal 40 x 46 milimeter sebanyak 280 pucuk dan 5.932 butir amunisi granat dari jenis Ammunition Castior 40 mm, RLV-HEFJ kaliber 40 x 46 mm, dan high explosive fragmentation jump grenade. Berusaha mengecilkan arti dari senjata tersebut, petinggi yang berkepentingan menjelaskan, "Ini senjatanya bukan untuk membunuh, tapi untuk efek kejut. Modelnya memang seram, tapi sebenarnya ini laras kecil. Kalau ditembakkan dengan kemiringan 45 derajat, paling jauh jatuhnya 100 meter."

Juga penjelasan pejabat yang lain, "Pelurunya banyak, ada peluru karet, peluru hampa, peluru gas air mata, peluru asap, dan peluru tabur." Tambahan lagi, "Ini bukan impor pertama, tapi sudah yang ketiga kali. Yang pertama pada 2015 dan kedua 2016."

Tetapi bagaimana mereka dapat menyanggah penjelasan dari situs Arsenal-bg.com? Situs produsen senjata tersebut menjelaskan bahwa SAGL merupakan senjata pelontar granat tipe M 406. Sedangkan RLV-HEFJ adalah amunisi granat yang digunakan sebagai senjata serbu militer untuk menghancurkan kendaraan lapis baja ringan. Dan apakah pada impor terdahulu juga memasukkan jenis peluru dengan spesifikasi yang kini dipermasalahkan?

Celakanya, di tengah kekisruhan tentang impor senjata ini, para pengamat hanya mampu melihat persoalan ini dari satu sisi saja, sisi legalitas-prosedur. Mereka mengatakan bahwa dari sisi legalitas dan prosedur sudah OK banget, jadi mengapa harus dipersoalkan? Lagi pula mengapa baru sekarang dipermasalahkan, sedangkan dua kali impor sebelumnya tidak dipermasalahkan? Panglima TNI terobsesi main politik nih menjelang tahun politik, bahkan sudah menyiapkan tim sukses, nama-namanya A, B, dan C. Tetapi, tunggu, tunggu, apakah masalah ini semata-mata masalah antara legalitas-prosedur dan politik-politikan Panglima TNI?

Ini adalah kali ketiga impor barang yang sama dilakukan. Andaikanlah bahwa pada dua impor terdahulu juga mengandung peluru yang mampu menembus kendaraan lapis baja ringan dan diloloskan. Lalu sekarang impor barang yang sama dipersoalkan. Anda tidak melihat ada masalah besar di sini? Ini adalah masalah Friend or Foe, Bagaimanapun sebagai sebuah lembaga yang memiliki unit intelijen yang telah sangat berpengalaman, TNI tentu melihat adanya perubahan pada sikap korps Bhayangkara kebanggan kita dalam kurun waktu belakangan ini. Apakah Anda mengira bahwa TNI tidak mengetahui tentang False Flag Operation pada Aksi 411 di mana polisi dan intel saling bergandengan tangan dengan kaum komunis?

Sekarang Anda melihat bahwa masalah ini mempunyai akar yang sangat dalam. Lalu ada “tukang” survei membuat survei bahwa lebih dari 80 persen masyarakat Indonesia tidak percaya adanya kebangkitan kaum komunis. Lihatlah masyarakat yang sehari-harinya lebih memperhatikan masalah harga cabe, beras, gula, masalah cuaca, biaya transportasi dan semacamnya, disuruh menjawab pertanyaan tentang kebangkitan kaum komunis di Indonesia, sedangkan para pengamat dengan spesialisasi pada bidang ini saja tidak mampu mengendusnya. Bahkan seorang mantan panglima menganggap masalah ini sebatas soal sumpah prajurit dan Sapta Marga! Anda lihat betapa survei itu adalah bentuk pembodohan masyarakat!

Kini tempatkanlah diri Anda dalam posisi sebagai Panglima TNI. Firasat kuat Anda sebagai seorang prajurit mengatakan bahwa negara Anda dalam bahaya, sedangkan bos dan para kolega Anda hanya paham sebatas ucapan, “Jangan bikin gaduh!” Apa yang akan Anda lakukan? Niscaya Anda akan membagi beban yang sangat berat ini kepada para mantan atasan Anda yang jauh lebih berpengalaman. Itulah sesunggguhnya makna dari pertemuan Panglima TNI dan para seniornya itu. wallahua’lam. 


Keadaan super darurat telah menjelang

Cermatilah sebuah artikel menarik berikut ini.

Rick Wiles Issues An Extremely Ominous Warning: “The Alarms Are Ringing Again” (Rick Wiles Mengeluarkan Peringatan Yang Sangat Mengkhawatirkan: Alarm-alarm Berbunyi Kembali -  Michael Snyder, theeconomiccollapseblog.com, 15 Agustus 2017)

“Pada 1998, sebuah rentetan kejadian yang sangat tidak biasa muncul dalam pertemuan antara Rick Wiles dengan seorang wanita Kristiani yang cantik bernama Leah Mandell pada sebuah konferensi. Tiga tahun kemudian, Leah membuat sambungan telepon yang aneh kepada Rick pada 11 Agustus 2001, yang ternyata persis satu bulan sebelum serangan 9/11. Ketika Rick menjawab teleponnya, Leah mulai menyeritakan kepadanya bahwa ‘alarm-alarm pada berbunyi’...

Ia mengatakan, ‘Rick, sesuatu yang sangat aneh terjadi hari ini. Alarm-alarm pada berbunyi, kemana pun aku pergi hari ini alarm-alarm pada berbunyi, alarm-alarm mobil, alarm-alarm anti pencurian, alarm-alarm tanda kebakaran, bahkan alarm oven, kemana pun aku pergi, aku mendengar alarm berbunyi. Apa yang benar-benar aneh adalah orang-orang mengalami kesulitan untuk mematikan  alarm-alarm tersebut. Aku pergi ke toko-toko, alarm-alarmnya berbunyi. Aku pergi ke sebuah kantor, alarmnya berbunyi. Dan mereka tidak dapat mematikannya. Tuhan mengatakan padaku, ‘Telepon Rick Wiles dan katakan padanya, ‘Alarm-alarm sudah berbunyi, dan kali ini, alarm-alarm tersebut tidak akan dimatikan.’’

Tepat pada saat Leah mengatakan itu, alarm sabuk pengaman Rick mulai berbunyi walaupun sabuk pengaman tersebut telah dipasang dengan benar.

Satu bulan kemudian adalah 11 September 2001.

Tepat 16 tahun kemudian, tiga hari yang lalu  pada 11 Agustus 2017, Rick tengah berkendaraan menuju gerejanya ketika tiba-tiba seekor bangkai burung jatuh dari langit dan menerpa kaca depan mobilnya. Burung itu tidak terbang menuju ke arahnya, tetapi jatuh dari langit dalam keadaan sudah mati. Kemudian ia menerima telepon dari Leah yang mengatakan, ‘Rick, alarm-alarm pada berbunyi. Kemana pun  aku pergi hari ini, alarm-alarm pada berbunyi. Dan ada satu hal lagi, burung-burung mati. Aku melihat bangkai-bangkai burung. Sepertinya kemana pun aku pergi, ada saja bangkai burung.

Kemudian Rick menyadari bahwa tanggal hari itu adalah 11 Agustus, tanggal yang sama ketika Leah meneleponnya enam belas tahun sebelumnya dengan peringatan yang sama.

Anda dapat saja mengabaikan cerita ini jika Anda mau, tetapi bagaimana Anda akan menjelaskan apa yang terjadi 16 tahun yang lalu?...”

Ini adalah misteri yang tak dapat dipecahkan oleh masyarakat Amerika, tetapi insya Allah adalah hal yang mudah bagi seorang Muslim yang memahami dasar-dasar agamanya dengan baik. Marilah kita analisis.

Pada 11 Agustus 2001 alarm-alarm pada berbunyi di mana-mana di Amerika. Kita tahu, bahwa ketika sebuah alarm tanda bahaya atau tanda sesuatu peralatan tidak bekerja dengan benar, berbunyi, itu  berarti ada situasi yang tidak normal, bahkan darurat. Jika banyak alarm berbunyi pada saat yang sama, itu berarti situasi tidak normal itu menjadi situasi massal, situasi yang menyelimuti suatu masyarakat secara keseluruhannya. Sebagaimana kita ketahui, nomor telepon untuk keadaan darurat, keadaan tidak normal, di Amerika adalah 911. Jadi alarm berbunyi itu berkaitan dengan nomor 911. Dengan demikian, tafsir dari kejadian tersebut adalah bahwa pada 911, yaitu 11 September menurut tata bahasa Inggris Amerika, akan terjadi keadaan darurat secara nasional dan berlaku untuk seterusnya.

Alarm-alarm tersebut bisa berbunyi secara bersamaan, karena pada umumnya bunyinya dipicu secara elektronik. Sementara itu kita tahu bahwa berdasarkan sabda Nabi Shallallahu'alaihi wasallam  Malaikat diciptakan dari cahaya, sedangkan cahaya merupakan gelombang elektromagnetik. Dengan demikian Malaikat melepaskan gelombang elektromagnetik ke segala penjuru untuk mengaktifkan alarm-alarm itu, sebagai isyarat kepada masyarakat Amerika, bahwa mulai 911, yaitu 11 September tahun itu, mereka akan mengalami keadaan darurat untuk selamanya. Wallahua’lam.

Lalu tepat 16 tahun kemudian, pada 11 Agustus 2017, hal yang sama terulang lagi. Tentu kita mengira akan terjadi lagi keadaan darurat secara nasional di Amerika pada 11 September 2017, bukan? Ternyata hal itu tidak terjadi. Anda tahu apa sebabnya?

Sebenarnya berbunyinya alarm-alarm ini masih memberikan isyarat yang sama, yaitu keadaan darurat secara nasional di Amerika, tetapi cara membacanya harus disesuaikan dengan perkembangan yang terjadi di Amerika. Pada peristiwa 11 September 2001, seperti telah kita ketahui bersama, adalah sebuah false flag operation oleh rezim Bush untuk menimpakan perbuatan itu kepada kaum Wahhabi, agar pemerintah Arab Saudi mereformasi paham Wahhabi. Maka ketika kita membaca 911 dengan tata bahasa Inggris Amerika, menjadi 11 September.

Belum lama ini, pemerintah Amerika, tepatnya rezim Obama, kembali membuat fitnah terhadap Dunia Islam dengan melibatkan Indonesia sebagai pelaku utama seperti yang telah kami kupas secara lugas dan mendalam pada naskah kami “Hanya Islam Yang Dapat Menyingkap Misteri Flaperon dan Lainnya.” Silahkan dirujuk dan kami tidak akan mengulanginya di sini.  Dengan demikian cara membaca isyarat darurat 911 juga harus disesuaikan dengan tata bahasa pelaku utamanya, yaitu tata bahasa Indonesia. Dengan demikian keadaan darurat secara nasional di Amerika itu akan terjadi pada 9 November 2017 waktu Amerika atau bertepatan dengan 10 November 2017 waktu Indonesia. Apakah jenis keadaan darurat itu?

Kita dapat mengetahuinya dengan melihat pada fakta yang dialami oleh Rick dan Leah, yaitu burung-burung berjatuhan dalam keadaan mati. Mengapa burung-burung mengalami nasib seperti itu? Kita dapat menduga, bahwa mereka mati karena hantaman hawa panas magma atau akibat hantaman magma itu sendiri, yaitu ketika supervolcano Yellowstone meletus pada 10 November 2017 waktu Indonesia, waktu ketika rakyat Indonesia merayakan saat seorang santri membunuh dengan gagah berani seorang Brigjen Mallaby dari Imperium Inggris Raya. Wallahua’lam.

Berdasarkan analisis di atas, tanggal 10 November 2017 akan menjadi hari ketika santri (Islam-nasionalisme Indonesia) mengalahkan Brigjen Mallaby abad ke-21 (demokrasi-imperialisme Amerika Serikat).

Implikasi

Ketika Yellowstone meletus, lalu diikuti dengan runtuhnya Bursa Saham New York, runtuhnya pemerintah federal dan pemerintahan di segenap negara-negara bagian di Amerika, serta dimulainya huru-hara hebat di Amerika, perekonomian dunia pun mengalami gonjang-ganjing dengan hebatnya pula. Negara pertama yang segera terkena dampak negatifnya adalah Cina yang pertumbuhan ekonominya, yang memberikan banyak lapangan pekerjaan kepada rakyatnya, sangat bergantung pada ekspor produk-produk manufakturingnya ke Amerika. Ketika pasar nomor satu produk ekspor Cina lenyap, maka lenyap pula lapangan pekerjaan berpuluh-puluh juta warga Cina.

Di tengah penggangguran dan kelaparan yang sangat akut, tindak kejahatan pun segera menjadi sangat akut pula. Dalam situasi seperti ini sikap keras pemerintah komunis Cina untuk mendisiplinkan warganya yang kelaparan sama sekali tak akan menyelesaikan masalah. Hanya tersisa satu jalan keluar: mengarahkan warganya beremigrasi ke negara-negara lain yang masih memiliki potensi kehidupan. Tak pelak, Indonesia akan menjadi sasaran utama migrasi warga Cina dalam waktu tak lama lagi.

Sikap kita: setiap kapal yang membawa warga Cina yang masuk ke perairan Indonesia harus ditenggelamkan. Anda tidak membutuhkan tambahan jumlah kaum komunis, bukan?

Maka ketika Yellowstone meletus pada 10 November 2017, insya Allah, itu adalah waktu bagi berakhirnya era pencitraan dan dimulainya era kerja, kerja dan kerja.

Maka ketika Yellowstone meletus pada 10 November 2017, insya Allah, itu adalah waktu bagi berakhirnya sikap kekanak-kanakan, tidak dewasa, takut menghadapi realitas, dan terus berdusta, dan dimulainya era patriotisme, sikap yang penuh tanggung jawab, dan realistis.

Maka ketika Yellowstone meletus pada 10 November 2017, insya Allah, itu adalah waktu bagi berakhirnya era Brigjen Mallaby dan dimulainya era santri, walaupun  sangat singkat namun insya Allah dapat  meraih prediket husnul khatimah bagi bangsa ini.

Prioritas

Dalam keadaan super darurat, sama sekali tidak dapat ditolerir adanya kesia-siaan, seperti rivalitas antara TNI dan Kepolisian. Rivalitas ini dapat dihilangkan dengan mengembalikan Kepolisian pada posisi semula di bawah koordinasi Mabes TNI.

Di tengah ancaman serbuan migran dari Cina, sistem identitas penduduk, KTP, harus dikembalikan ke sistem semula yang melibatkan verifikasi manual oleh para tetua/ketua masyarakat setempat.

Praktis sebagian besar pekerjaan yang menanti adalah dalam arah yang berlawanan dengan arah pembangunan yang tengah dilakukan oleh rezim pemerintah saat ini, sehingga menjadi tidak logis, tidak layak, bagi rezim ini untuk terus memerintah. Sebaliknya, menjadi sebuah keniscayaan bagi penggantian rezim dan sistem pemerintahan.



Wallahua’lam bishawwab.


Rabu, 27 September 2017

Kaum Komunis Menyusupi Partai-partai dan Lembaga-lembaga Negara






Dalam sebuah diskusi di salah satu televisi swasta, seorang petinggi KPK mengatakan," ... karakter integritas bangsa ini sangat rapuh. Orang yang baik di negara ini jadi jahat ketika dia sudah menjabat. Lihat saja tokoh-tokoh politik, itu orang-orang pintar, orang-orang cerdas..."

"Saya selalu bilang, kalau di HMI dia minimal ikut LK1. Lulus itu dia anak2 mahasiswa, pintar. Tapi begitu jadi menjabat, dia jadi jahat, curang, ini karena apa? Karena saya bilang sistem belum jalan. Artinya apa? Adapun peraturan-peraturan itu tidak pernah kita jalankan....," tambah dia.

Karuan saja pernyataannya itu menyengat para anggota HMI, pengurus dan para alumninya. Berikut di antara pernyataan mereka.
"Pernyataannya ini tidak seharusnya dilontarkan oleh pejabat negara seperti itu. Karena pernyataan itu, seolah menegaskan bahkan LK-1 HMI untuk mencetak kader koruptor," ujar Ketua Bidang Pembinaan Aparatur Organisasi (Kabid PAO) PB HMI Sabtu 7 Mei 2016 malam seperti dikutip Antara.

Pernyataan petinggi KPK ini juga membuat seorang mantan Ketua  PB HMI terheran-heran. Ia menyatakan, “Terus terang, saya kaget juga. Soalnya dia menyebut sistem pendidikannya bagus,  LK (Latihan Kader) I,  II, dan LK 3. Bahkan saya surprise juga dia tahu betul mengenai sistem perkaderan di HMI."

Bukan hanya kalangan HMI saja yang terheran-heran dengan pengetahuan sang petinggi KPK ini tentang sistem pengaderan di internal HMI, melainkan sang petinggi KPK itu sendiri juga bingung, bagaimana ia bisa mengucapkan hal-hal yang berada di luar pengetahuannya itu. Dalam proses perdamaian dengan HMI ia mengatakan, "Harapan besar saya ada pernyataan saya itu, bahwa HMI sebagai lembaga besar yang harus terus berkembang. Itu pernyataan saya keluar dari alam bawah sadar saya," ujarnya di Gedung KPK Jakarta, Senin (9/5/2016).

Di tengah kebingungan masyarakat dan juga sang petinggi KPK itu sendiri, sesungguhnya penjelasan dari keganjilan ini ada pada firman Allah Subhanahu wa Ta'ala berikut ini (artinya),

Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu. (QS. Ash-   Shaaffaat: 96)


Sesungguhnya Malaikat telah memasukkan pernyataan yang tidak dipahaminya itu ke dalam pikirannya untuk ia ucapkan. Ini adalah satu dari sekian banyaknya kejadian serupa yang telah kita saksikan tetapi tidak dapat dibedakan oleh kebanyakan orang, bahkan oleh yang mengucapkannya sendiri, bahwa ucapan itu bukan murni dari dirinya. Jika Anda minta kepada seorang psikolog sekuler untuk menjelaskan fenomena psikologis  ini, sudah dapat dipastikan bahwa ia akan memberikan jawaban yang sangat  ngawur.

Tentu saja perbuatan Malaikat itu mempunyai hikmah karena dilakukan sesuai dengan ketetapan Allah. Terkadang kita dapat memahami hikmah itu, terkadang tidak.

Sekarang Anda dapat membayangkan betapa lemahnya manusia di hadapan Allah Yang Maha Kuasa. Lalu  bagaimana sampai ada orang-orang seperti kaum komunis  yang berani mengingkari eksistensi Tuhan, lalu membuat berbagai macam tipu daya untuk menyesatkan manusia? Mereka bahkan tidak mengetahui, bahwa di antara perbuatan-perbuatan dan ucapan-ucapan mereka itu terdapat perbuatan-perbuatan dan ucapan-ucapan yang disisipkan Malaikat untuk menghancurkan diri mereka sendiri, sebagai balasan atas makar mereka yang sangat jahat itu.

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman (artinya),

 “Dan merekapun merencanakan makar dengan sungguh-sungguh dan Kami pun merencanakan  makar (pula), sedang mereka tidak menyadari.” (QS. An-Naml: 50)


Sekarang marilah kita gunakan pengetahuan kita di atas untuk menganalisis pernyataan yang menggambarkan fenomena terjadinya penyusupan kaum komunis ke partai-partai, khususnya partai-partai yang berpotensi menjadi pemenang pemilu, partai-partai besar.

Petugas partai

Istilah “petugas partai” pertama kali kita dengar dari seorang fungsionaris teras partai penguasa merujuk pada petinggi negara. Orang-orang terperangah mendengar istilah ini, karena terdengar sangat tidak biasa. Bukan saja istilah ini telah merendahkan petinggi negara, tetapi juga mencitrakan warna komunis yang kental, karena istilah ini memang tipikal istilah dalam partai komunis. 

Lalu orang-orang mulai ramai mengolok-olok bahwa partai tersebut seperti partai komunis saja. Tentu saja kebanyakan orang memandang penggunaan istilah ini hanya sebagai sekedar sebuah penyimpangan dari norma yang biasa berlaku; mereka mengira orang-orang yang menggunakan istilah itu sekedar kurang wawasan saja. Menyatakan partai tersebut sebagai partai komunis tentu menjadi sebuah kesalahan fatal.

Pada tahap ini, analisis seperti ini dapat diterima. Tetapi kita lalu mendengar adanya rencana dari petinggi negara hendak melakukan rekonsiliasi dengan masa lalu dengan meminta maaf kepada kaum komunis yang telah menjadi korban pembantaian oleh rezim Orde Baru, juga rencana penggalian sejumlah kuburan korban pembantaian massal itu. Rencana ini sungguh aneh, karena bergerak ke satu arah saja, dari pemerintah kepada kaum komunis. Lalu bagaimana dengan korban dari kaum Muslimin yang menjadi korban pembantaian kaum komunis?

Lebih dari itu, apakah tidak ada yang mampu memahami bahwa sesungguhnya Allah-lah yang membantai kaum komunis melalui tangan rezim Orde Baru sebagaimana telah kami jelaskan pada naskah “Hanya Islam Yang Dapat Mengungkap Misteri Flaperon dan Lainnya”? Sedangkan pada naskah, “Indonesia Lebih Berkasih Sayang,” kami telah menunjukkan bahwa pembantaian enam juta kaum Yahudi dan 26 juta kaum komunis Uni Soviet oleh Jerman Nazi adalah sebuah rancangan dari langit!!!

Pertanyaan selanjutnya adalah: bagaimana ide ini bisa muncul dari pemerintah?

Tentu saja ide ini muncul dari partai, partai penguasa, karena sang petinggi istana ini hanyalah pekerja partai dengan ide-ide yang berkelebatan di kepalanya melulu tentang apa yang dapat mengangkat citra dirinya saja, sehingga ide-ide yang bersifat ideologis mestilah datang dari partai.  Karena partai tersebut bukan partai komunis, niscaya ide tersebut datang dari “oknum” komunis yang bercokol di partai tersebut. Tetapi kalau hanya sekeder beberapa orang saja, apakah bisa mengubah haluan partai? Tentu tidak bisa. Lalu bagaimana bisa keluar ide tersebut dari partai?

Anda ingat analisis pada naskah kami “Indonesia Lebih Berkasih Sayang,” di mana kami menjelaskan bagaimana kaum Yahudi yang hanya berjumlah sekitar tiga persen dari populasi warga negara Amerika dapat menguasai negara itu? Kemampuan itu datang dari keunggulan akalnya, yang tak lain adalah istidraj dari langit, yang justru akan membawa kaum Yahudi pada akhir dari petualangannya di dunia ini.

Demikian pula dengan mantan fungsionaris teras partai komunis ini, yang telah mengasah kemampuan beretorikanya dengan menggeluti buku-buku komunisme selama memimpin partai komunis, mendalami dan merenunginya di dalam penjara, telah semakin matang untuk mengadu argumentasi dengan segala trik dan tak-tiknya dengan old cracks di partai tersebut.  Dari sisi ini, pernyataan sebagian orang bahwa ada “banyak” kaum komunis di partai tersebut adalah benar. Tegasnya ide/argumentasi “segelintir” orang-orang komunis di partai tersebut telah mengalahkan ide/argumentasi kelompok lainnya yang jauh lebih besar, sehingga jumlah orang komunis yang sebenarnya kecil itu menjadi terlihat/terasakan sangat besar/mendominasi oleh orang yang melihatnya dari luar partai tersebut.

Akhirnya tak butuh waktu lama baginya untuk menjadi “nara sumber” yang kredibel bagi partai tersebut dan merebut kepercayaan “pemilik partai.” Ia berhasil mengajukan ide tersebut dengan mengalahkan argumentasi old cracks di partai tersebut, dan akhirnya menjadi “program unggulan” partai. Tetapi ide itu ditentang habis-habisan oleh kaum Muslimin dan TNI melalui para purnawirawannya, sehingga gagal terlaksana.

Jika Anda tidak lupa, terdapat seorang mantan fungsionaris partai komunis lainnya yang pernah menduduki jabatan strategis  di pemerintahan sebelumnya, sebagai penasihat presiden!!! Nampaknya karakter sang petinggi yang melankolik dan banyak bersenandung itu mudah luruh oleh “jeritan hati” sang kamerad ini agar pemerintah melakukan rekonsiliasi dengan masa lalunya sehingga pembangunan dapat berjalan dengan lebih lancar lagi!!!

Dengan demikian kita dapat menduga, bahwa jika partai Perwira Berwibawa  berhasil mengantarkannya menjadi RI 1, dan kamerad yang menyusup di partainya tidak tersandung kasus korupsi, niscaya di antara “program unggulan” partai Perwira Berwibawa ini juga akan mengusung  tema rekonsiliasi dengan masa lalu dengan bermaaf-maafan dengan kaum komunis, bahkan bersedia melakukan hara kiri dengan mengakui dirinya sebagai jagal. Nampaknya ambisinya yang tak tertahankan untuk menjadi RI 1 telah menjadi kelemahannya yang sangat mendasar untuk menjadi seorang pemimpin yang handal.

Sekarang Anda lihat adanya kesamaan ide pada pemerintahan yang berbeda: rekonsiliasi dengan masa lalu, bahkan lebih gila lagi, mengakui kesalahan telah membantai kaum komunis di masa lalu. Anda lihat ide setan ini, mengubah persepsi masyarakat dari penjahat berwatak setan menjadi bayi mungil manis mulus tak punya dosa korban kebiadaban setan yang disebut TNI dan kaum sarungan. Ini adalah tahap pertama sebelum mereka masuk ke tahap-tahap berikutnya yang akhirnya tidak lagi mereka pedulikan apakah akan membuka kedok mereka sebagai manusia berhati setan atau tidak.

Selanjutnya kami akan membuktikan bahwa terdapat hot-line di antara orang-orang komunis yang berada pada pos-pos penyamaran yang berbeda.

Sebagaimana kita ketahui, pada 4 November 2016 telah dilakukan Aksi Bela Al-Qur’an (Aksi 411). Berikut ini salah satu laporannya.

Soal Demo 411, Mantan Staf: Petinggi Terima Laporan Konsultan, Bukan BIN (Republika, 5/11/06)

Mantan Staf Khusus era Pemerintahan yang lalu mengungkap laporan konsultan yang diduga dibayar mantan menteri keamanan ke petinggi Istana. Laporan itu terkait demonstrasi 4 November lalu. Ia pun mengunggah ke Twitter, laporan halaman depan konsultan tersebut. Salah satu laporan konsultan yang dibayar mantan menteri keamanan ke petinggi Istana, bukan laporan intelejen #amburadul,ujarnya, lewat kicauannya di Twitter, kemarin. Menurutnya, laporan konsultan ke presiden ditelan mentah-mentah seakan ada kepentingan salah satu pasangan Cagub-wagub DKI Jakarta. Laporan konsultan juga menyebut akan ada penyusupan teroris,“ katanya. Ia pun memaklumi jika Presiden menganggap enteng aksi 411, karena saran konsultan aksi itu berhubungan dengan pilkada.

Terlepas bahwa cerita tentang laporan tersebut murni rekayasa atau bukan, cerita di atas telah mengungkap adanya hot-line antara dirinya dengan seorang kamerad lainnya yang berada di pos penyamarannya di partai penguasa. Cerita di atas dibuat  untuk melindungi kamerad di pos partai penguasa tersebut dengan mengarahkan masyarakat agar tidak menunding badan intelijen telah dikooptasi oleh partai, bahkan oleh sang kamerad itu sendiri. Apa?

Well, sebagaimana kita ketahui, sebelum menduduki posisinya kini, kepala badan intel telah dikenal masyarakat sebagai orang yang terus menggendong  “bebannya” kemana-mana. Hanya seorang komunis sejati yang dapat mengendus peluang berharga yang sangat langka ini. Segera ia memobilisasi dukungan partai agar si “calon korban” ini dapat diangkat menjadi petinggi badan intelijen. Setelah menjadi “korban,” si kamerad segera mengeluarkan jurus-jurus maut khas kaum komunis. Maka jadilah petinggi itu “tawanan” sang kamerad yang secara terus-menerus mengeksploitasi secara maksimal peluang ini

Tentu tidak mengherankan jika setelah itu terjadi tukar-menukar informasi serta pemanfaatan aset-aset rahasia milik lembaga negara tersebut. Sebagai implikasinya, sang kamerad pada pos penyamaran di partai penguasa tersebut berada dalam tim di balik false flag operation pada 4 November 2016 yang lalu.

Dari sini mestinya Anda sudah dapat menduga siapa sutradara yang berada di balik chatting palsu seorang petinggi ormas Islam? Tak lain adalah kaum komunis! Demikian juga untuk setiap upaya adu domba, pengrusakan citra tokoh-tokoh yang berpotensi menjadi lawan kaum komunis di masa depan, dan bentuk-bentuk tipu daya lainnya, adalah perbuatan kaum komunis ini, karena semua itu adalah bagian dari prosedur operasi standar mereka.

Setelah kami menerbitkan naskah berjudul “Hanya Islam Yang Dapat Mengungap Misteri Flaperon dan
Lainnya,” mereka mulai berpikir bahwa ada kemungkinan seseorang dapat mengendus permainan setan ini. Lalu mereka memainkan jurus tipu daya lainnya, yaitu twit-war pada periode 24-25 Juni 2017. Tujuan twit-war palsu ini adalah untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa di antara keduanya sudah tidak lagi memiliki hubungan yang baik, sehingga menutup kecurigaan masih adanya hot-line di antara para kamerad partai komunis; mereka ingin menunjukkan bahwa para kamerad itu telah memilih jalan damainya sendiri-sendiri.

Munculnya naskah kami tersebut telah menyadarkan mereka bahwa TNI mempunyai peluang untuk kembali ke panggung politik, maka mereka pun buru-buru memosting tulisan seorang jurnalis Amerika di situs berita provokator garis depan mereka guna merusak citra Pangima TNI.

Mereka semakin terkentut-kentut ketika membaca naskah terakhir kami yang menunjukkan, bahwa ada kemungkinan mereka harus kembali menjadi tikus got dan bersembunyi di gorong-gorong, menghindari kejaran pasukan khusus TNI. Maka mereka pun berusaha menutup peluang ini dengan kembali merusak citra Panglima TNI dengan menghubungkannya dengan lenyapnya peredaran sebuah majalah dalam edisi yang membahas kasus korupsi proyek pengadaan helikopter Agusta untuk TNI AU. Jika majalah itu benar-benar lenyap dari peredaran karena habis diborong, tentu  merekalah pemborongnya.

Akhirnya mereka sampai pada kesimpulan, bahwa nampaknya mereka perlu segera melakukan pre-emptive strike, segera melakukan operasi caesar tanpa perlu menunggu sampai Ibu Pertiwi hamil tua. Lalu mereka menekan petinggi intel untuk membuat pesanan senjata ke Pindad dengan samaran sebagai pemenuhan kebutuhan Sekolah Intelijen.

Kini cobalah pikir, sekolah tersebut sudah berdiri sejak 2003, kok baru sekarang memesan senjata buat latihan siswa. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya sekolah kedinasan itu tidak memerlukan senjata tersebut.  Coba Anda cermati pidato sambutannya pada wisuda sarjana angkatan ke-X Sekolah Tinggi Intelijen Negara tahun akademik 2016/2017, Senin, 24 Juli 2017, di Sentul, Bogor, Jawa Barat:

"Dalam kurun waktu mulai dari September 2016 sampai dengan saat ini berbagai pembenahan dan penguatan telah dilakukan untuk mewujudkan STIN menuju lembaga pendidikan intelijen berkelas dunia, meliputi aspek tampilan artefak maupun perubahan sistem dan metodologi serta perubahan mindset dan culture," terangnya.

Ia menambahkan perubahan mindset dan culture set terdiri dari revisi statuta, struktur organisasi dan tata kerja (SOTK), peraturan kehidupan taruna (Perduptar), pedoman akademik, kurikulum S1, kurikulum S2 dan penyusunan penilaian sikap perilaku, penilaian kesamaptaan jasmani, pedoman tradisi, pedoman pembelajaran dan hasil belajar, pedoman akademik, peningkatan keprofesian intelijen dan penilaian pendidikan taruna STIN serta pemenuhan sarana dan prasarana seperti bus, kendaran dinas, renovasi, gedung dan lain-lain...”

Seandainya 500 buah senjata laras pendek itu memang menjadi kebutuhan sekolah tersebut, tidakkah ia layak menjadi prioritas sehingga layak disebutkan mendahului kata-kata benda seperti bus, kendaraan dinas, renovasi, gedung, dan bukan sekedar masuk ke dalam kategori kebutuhan “dan lain-lainnya”?

Seandainya  500 buah senjata itu adalah kebutuhan sekolah tersebut, apakah mungkin menggunakannya tanpa lapangan tembak? Lalu dimana kita dapatkan istilah “lapangan tembak” pada kata sambutan di atas?

Sekolah tersebut mempunyai empat ratus siswa lebih, dengan setiap tahun merekrut kira-kira 130 orang siswa baru. Dengan demikian jika memang terdapat kebutuhan senjata untuk latihan menembak, maka angka 500 buah itu jelas sangat jauh melebihi kebutuhan. Bukankah untuk latihan menembak per angkatan hanya dibutuhkan sekitar 150 buah senjata sudah termasuk cadangannya? Dan bukankah sangat tidak logis membuat jadwal latihan menembak di mana seluruh siswa, empat ratus orang lebih, masing-masing memegang sebuah senjata berada di lapangan tembak yang terbatas kapasitasnya?

Nampaknya spesifikasinya juga telah dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menghindari dari permintaan persetujuan oleh TNI.

Hal yang sama terjadi pada Kepolisian. Petinggi di lembaga negara ini harus dapat menjelaskan secara jernih mengapa mereka membutuhkan tambahan lima ribu pucuk senapan baru? Untuk Angkatan ke-5? Masyarakat berhak tahu karena berita ini telah menjadi konsumsi publik.

Demikian pula dalam kasus pengadaan helikopter Agusta untuk TNI AU, nampaknya telah terjadi rekayasa agar helikopter tersebut dipaksa untuk tetap diadakan. Mengingat besarnya nilai mark up dari harga beli heli tersebut, perlu dilakukan investigasi yang mendalam kemana larinya uang korupsi yang sedemikian besar itu? Untuk membiayai Angkatan ke-5?

Setelah Anda membaca analisis ini apakah Anda masih berpikir bahwa istilah petugas partai yang digunakan petinggi  partai penguasa itu hanya sekedar ketidaktepatan dalam memilih istilah? Bagi kami ini adalah isyarat yang disisipkan Malaikat guna membuka tabir penyusupan para kamerad militan partai komunis  ke partai-partai dan lembaga-lembaga negara. Wallahua’lam.

Isyarat itu telah muncul

Isyarat segera datangnya keadaan super darurat seperti yang telah kami bahas pada naskah terdahulu kini telah muncul dari Benua Amerika,  tepatnya di Meksiko. Telah terjadi gempabumi besar (8,1 SR) pada 7 September 2017 (8 September 2017 waktu Indonesia). Para ahli geologi telah menjelaskan, bahwa gempa tersebut disebabkan oleh friksi yang terjadi antara lempeng Bumi Cocos di Meksiko dengan lempeng Bumi Amerika Utara, sehingga terjadi gempabumi.

Penjelasan di atas adalah semata-mata untuk memuaskan naluri ilmiah para ilmuwan yang selalu berusaha mencari hubungan sebab-akibat secara logis atas suatu peristiwa, walaupun ia sebatas perkiraan belaka, tetapi sebenarnya bukan sebagai sebuah hakekat. Hakekatnya hanya dapat dibaca dengan mata hati, yaitu pada beberapa berita lainnya berikut ini:

·     Bahwa pada saat yang bersamaan dengan gempa tersebut, gunung berapi Popocatepetl juga meletus meski kecil. Waktu kejadian yang bersamaan ini menunjukkan bahwa kedua kejadian ini bersifat independen, karena jika letusan itu sebuah kejadian yang terkait dengan gempa tersebut, niscaya akan dibutuhkan selang waktu antara waktu terjadinya gempabumi hingga munculnya letusan kecil tersebut.
·     Pada 19 September terjadi gempa sebesar 7,1 SR. Mengingat jauhnya jarak antara gempa kedua ini dari gempa pertama (650 km), dapat disimpulkan bahwa kedua gempa tersebut bersifat independen.
·    Gempa kedua ini (19 September) terjadi tepat ketika Meksiko memperingati hari terjadinya gempa besar 32 tahun yang lalu.

Berita-berita itu lalu disusun dalam tabel sederhana berikut ini.



Terjadi bersamaan dengan


Gempa I: 8,1 SR





Gempa II: 7,1 SR
Gunung berapi meletus kecil

         Hari peringatan gempa besar 35 tahun yang lalu



Maka kami pun segera sadar, bahwa ini lagi-lagi adalah sebuah permainan puzzle, mungkin yang terakhir bagi kami. Tabel di atas harus dikembangkan agar ia memberikan sebuah makna yang mendalam.

Untuk itu diperlukan pemahaman tambahan sebagai berikut:

·       Kita sedang menunggu meletusnya supervolcano Yellowstone
·       Amerika Serikat adalah imperium terakhir di Dunia Barat; meletusnya Yellowstone adalah akhir dari       Imperium Amerika Serikat, akhir dari imperium di Dunia Barat
·      Imperium besar terakhir yang runtuh di Dunia Barat sebelum Amerika Serikat adalah Imperium Britania Raya
·      Pada puncak masa kejayaannya Imperium Amerika Serikat adalah jauh lebih besar dan lebih kuat daripada Imperium Britania Raya.
·      Di negara kita, perlawanan terhadap Imperium Barat mencapai puncaknya pada 10 November 1945 ketika seorang santri membunuh Brigjen Mallaby, pemimpin pasukan Inggris. Santri tersebut adalah lambang dari kaum nasionalis-religius, yang mewariskan semangat perjuangan di negeri kita, sedangkan Brigjen Mallaby melambangkan imperium Dunia Barat. Ini adalah isyarat dari perlawanan Muslim-nasionalis melawan demokrasi-imperium. Islam adalah selalu dan selamanya menjadi musuh demokrasi, sebagaimana nasionalisme adalah selalu dan selamanya menjadi musuh imperialisme.

Maka secara perlahan-lahan, dengan metoda trial and error, kami dapat melengkapi tabel di atas dengan kolom-kolom tambahan dan isinya sebagai berikut:


  

Meksiko
Terjadi bersamaan dengan:
Tipe letusan gunung berapi serta maknanya

Peringatan hari nasional dalam konteks  Indonesia



Gempa I: 8,1 SR

Supervolcano Yellowstone akan meletus dengan sangat dahsyat;
Melambangkan penghancuran terhadap Imperialisme Amerika Serikat

Peringatan ketika seorang santri membunuh Brigjen Mallaby





Gempa II:7,1 SR
Gunung berapi meletus
       Kecil;
   Melambangkan
          penghancuran terhadap Imperialisme Britania Raya

Peringatan gempa besar 35 tahun yang lalu

            
Peringatan ketika seorang santri membunuh Brigjen Mallaby



Nah sekarang Anda sudah dapat memperkirakan, sekali lagi, sekedar memperkirakan, kapan supervolcano Yellostone akan meletus, bukan? Yaitu pada tanggal  ketika seorang santri dengan gagah berani membunuh Brigjen Mallaby. Wallahua’lam.

Sesungguhnya Allah Subhanahu wata’ala  berfirman (artinya),

“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu (ajal); maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (QS. Al-A‘raaf: 34)

Dan Kami tiada membinasakan sesuatu negeri pun, melainkan ada baginya ketentuan masa yang telah ditetapkan. Tidak ada suatu umat pun yang dapat mendahului ajalnya, dan tidak (pula) dapat mengundurkan(nya). (QS. Al-Hijr: 4-5)


Meletusnya Yellowstone akan melengkapi hantaman  bertubi-tubi oleh angin topan di sisi selatan/tenggara Amerika Serikat. Menyaksikan hancurnya prospek perekonomian Amerika,  Bursa Saham New York pun, tak terelakkan, runtuh, demikian pula pemerintahan federal AS dan segenap negara bagiannya yang telah tenggelam ke dalam utang yang menggunung. Lalu  bangsa Amerika akan sibuk saling  baku-bantai antara kelompok-kelompok yang bermusuhan.  Lalu huru hara yang sangat dahsyat ini menyebar ke seluruh dunia. wallahua’lam.

Bagi kita di Indonesia, jika kejadiannya seperti yang kami perkirakan, maka nampaknya ini memberi  sebuah isyarat  penting: Jarak waktu antara gempabumi pertama dengan meletusnya supervolcano Yellowstone kelak tak lama lagi di Amerika akan menjadi isyarat  bagi jarak waktu, kurang-lebih, antara gempabumi besar pertama di negeri kita dengan meletusnya supervolcano Broken Ridge di Samudera Hindia Selatan. Itulah kesempatan terakhir untuk mempersiapkan diri secara rohani. wallahua’lam.

Sungguh Allah Yang Maha Penyayang telah menjadikan musibah di negeri kaum  kafir sebagai  isyarat  bagi kaum yang beriman untuk melakukan persiapan dengan sebaik-baiknya. wallahua’lam.

Lha kalo ternyata tidak meletus pada tanggal yang diperkirakan? Emang gua pikirin!

Kesimpulan

  • Komunisme akan tetap menjadi bahaya laten bagi masyarakat kita. Meremehkan bahaya komunisme, apalagi mengingkarinya, benar-benar sebuah kesalahan yang dapat berakibat fatal.

  • Jika saat ini, dalam keadaan aman dan damai, kita  menyaksikan mereka dengan damai menyusupi partai-partai dan lembaga-lembaga negara dengan leluasa untuk ditunggangi guna menjalankan visi dan misi mereka, maka bagaimana  jika keadaan telah super darurat? Mereka akan main kasar, sangat kasar! Sekali komunis selamanya mereka komunis, menghalalkan segala cara, seperti bapak ideologisnya, Karl Marx yang Yahudi, pelanggar segala peraturan dari langit. Kini kita telah melihat bahwa mereka tengah mempersiapkan diri untuk melakukan pre-emptive strike.

  • Partai-partai dengan segala perangkat sistem dan prosedur mereka terbukti mudah ditembus kaum komunis. Hal ini karena partai-partai itu berorientasi pada upaya menarik simpati masyarakat, sehingga mereka berkepentingan merekrut orang-orang yang sudah dikenal di masyarakat, orang-orang yang bercitra berani, revolusioner dan berbagai citra yang menarik lainnya bagi masyarakat, disesuaikan dengan segemen pemilih yang hendak mereka bidik. Panggung politik telah berubah menjadi panggung opera sabun. Akhirnya peluang untuk salah pilih menjadi sangat besar.

  • Partai-partai yang “dimiliki” mantan petinggi militer, bukan jaminan bahwa mereka imun dari penetrasi kaum komunis. Setidak-tidaknya sudah ada bukti. Demikian pula dengan institusi-institusi negara yang memiliki fleksibilitas dalam merekrut para staf. Maka konon lagi partai-partai yang “dimiliki” ibu rumah tangga, pebisnis, selebritis, pembual, dan lain-lainnya. Maka sistem kepartaian layak dihapus.

  • Ketika  keadaan darurat telah menjelang, di tengah lembaga-lembaga vital negara yang mengalami pembusukan sangat parah, maka pilihan untuk menjadikan TNI yang lebih berpengalaman dalam menangani keadaan darurat sebagai bagian utama, tulang punggung, dari sistem politik negeri ini menjadi suatu keniscayaan. Terlebih lagi, TNI berorientasi pada tugas negara, bukan pada pencitraan dan jajak pendapat.

  • Bagi TNI tidak boleh ada sikap ragu untuk bertindak. Jika telah nampak tanda-tanda bahwa akan terjadi gerakan, makar, musuh harus segera disikat tanpa ampun. Insya Allah segenap kaum Muslimin akan bersama TNI seperti pada 1966.

  • Bagi para pemimpin di Dunia Islam yang tak pernah lelah memainkan sandiwara babak demi babak, tak ada lagi yang dapat mereka mainkan kecuali mengintip kemajuan pekerjaan para ilmuwan Amerika dalam mengebor supervolcano Yellowstone dan menyemprotkan air ke dalam ruang magmanya, guna mencegah meletusnya gunung berapi raksasa itu.

Saran

Kami menyarankan kepada segenap kaum Muslimin untuk melakukan “Operasi Pagar Betis.” Tepatnya, terus mengarahkan lampu sorot guna memantau posisi dan aktivitas kaum komunis itu dengan tepat dan cermat, serta melakukan analisis yang mendalam. Sebagai sebuah latihan, cobalah para jurnalis Muslim membuat analisis yang mendalam tentang penyimpangan penyaluran dana desa. Pilihlah beberapa kasus kebocoran dana desa, lalu lakukan investigasi pada para pendampingnya, sebab kebocoran, serta kemana dana yang bocor itu mengalir.

Wallahua’lam bishawwab

  
Catatan:

Kami tahu, bahwa ketika kami menulis kalimat “seorang santri membunuh Brigjen Mallaby” atau “Emang gue pikirin,” sebagian orang seketika akan mengatakan, “Lihat orang ini menerima kode dari Panglima TNI.” Iya, kan? Karena kalimat itu pernah diucapkan Panglima TNI. Lalu sebagian orang mengira-ngira bahwa ternyata orang ini penulis bayaran untuk memromosikan Panglima TNI sebagai presiden. Iya, kan? Maka kami katakan, kerahkan segenap perkakas penyelidikan yang mereka miliki untuk memeriksa apakah ada hubungan di antara kami, niscaya mereka akan kecewa.

Kami berharap orang-orang yang berburuk sangka kepada Panglima TNI merenungkan kembali naskah kami terdahulu dan naskah ini. Seandainya tebakan kami tentang Yellowstone benar, maka boleh jadi mereka akan menjadi orang-orang pertama yang merengek-rengek, meminta Panglima untuk menjadi pemimpin. Bukankah kita telah melihat baru mengalami krisis skala ecek-ecek pada 2016 akibat kasus Ahox saja, sebagian orang sudah menulis di situs-situs berita, “Pak Panglima, kami menunggu perintah Bapak,” atau, “Bangsa ini hampir pecah, Bapak harus memimpin bangsa ini,” dan lain-lainnya yang senada. Mereka sudah lupa rupanya. Maka tulisan kami adalah tulisan yang sangat wajar dari seorang warga negara biasa yang menginginkan kebaikan terhadap negaranya.

Lalu muncul rekaman ceramah Panglima TNI dalam pertemuan para purnawirawan. Apakah mereka tidak melihat bahwa rekaman tersebut telah dipotong-potong, dihapus di sana-sini,  lalu disambung kembali sehingga terbaca sangat ganjil. Apakah mereka sedemikian naifnya sehingga mudah ditipu, bahwa tujuan dari pelepasan rekaman yang dicacah-cacah itu adalah untuk menghancurkan kredibilitas Panglima TNI? Kasus ini mirip dengan kasus bocornya rekaman pembicaraan antara Presiden dan Jaksa Agung pada masa reformasi. Masih ingat?

Sungguh kami merasa sedih terhadap sangkaan-sangkaan yang tidak jujur yang menimpa Panglima TNI. Tetapi kami berharap beliau menerima semua yang menimpanya dengan santai saja, seperti ucapannya, “Emang gue pikirin.”

Sesungguhnya sebagian dari analisis kami didasarkan pada analisis terhadap ucapan orang-orang terkemuka yang terasa ganjil. Karena terbiasa, kami sedikit banyak dapat membedakan apakah ucapan itu benar-benar datang dari dirinya atau bukan. Kalau bukan, sedangkan ia dalam keadaan sadar, maka niscaya ucapan itu datang dari Malaikat. Jika ia datang dari Malaikat, maka niscaya ia mengandung hikmah. Jika seseorang mengetahui hikmah dari sebuah ucapan yang datang dari Malaikat, maka sebuah tabir rahasia akan terkuak. Terkadang kami dapat merasakan pada diri kami sendiri, bahwa ada ucapan yang keluar bukan datang dari diri kami. Anda perlu memiliki perasaan yang sangat tajam untuk mendeteksi hal ini.

Satu hal yang perlu kami sampaikan. Kami hanya menulis jika ada hal yang sangat penting untuk diketahui kaum Muslimin, yang kami kira belum mereka ketahui, bukan untuk mencari sensasi. Kami tidak mulai menulis kecuali memulai dengan sholat istikharah. Kebenaran dari keputusan untuk menulis itu akan terlihat ketika data-data dan informasi yang dibutuhkan seakan-akan datang sendiri ke hadapan kami karena sedemikian mudahnya kami peroleh, seakan-akan sengaja dipersiapkan untuk kami.

Ketika dalam proses penulisan, terkadang kami mengalami hal-hal yang luar biasa. Sebagai contoh, ketika tengah menulis tentang Ikhwanul Muslimin, layar komputer kami tiba-tiba berubah menjadi merah. Kami mencoba memahami arti dari kejadian ini, lalu menafsirkan bahwa tulisan kami perlu lebih bernada  “marah” lagi kepada IM, jadi nada tulisan kami pun lebih kami keraskan, lebih kasar. Tetapi kami tidak bisa terlalu kasar, karena bagaimanapun kami tetap mengganggap mereka adalah saudara di dalam agama Islam. Keesokan harinya kami mengalami kejadian yang tak enak, seperti biasa jika ada bagian dari tulisan kami kurang pas, yaitu kami terbangun dalam keadaan adzan subuh sudah terdengar. Kami menjadi sangat terburu-buru ke masjid, ada rasa kesal. Rupanya kami masih harus “mengejek” IM dengan  lebih keras lagi. Jadi respek apa lagi yang tersisa bagi harakah Ikhwanul Muslimin?

Ketika naskah telah selesai ditulis, sebelum diposting, kami kembali melakukan sholat istikharah. Hal ini karena terkadang muatan dalam tulisan itu sangat berat, beresiko tinggi, dapat membawa kepada kematian, sehingga jika hal itu terjadi, kami berharap ia terjadi di atas keridhaan Allah.

Mudah-mudahan Allah tidak menilai pernyataan ini sebagai perbuatan riya’.

Abu Laila Abdurrahman