Jumat, 01 Juli 2011

Adakah UFO?


Sebuah berita memuat gambar dan video yang menuturkan keberadaan UFO, Unidentified Flying Object-benda terbang tak dikenal, bergerak di atas kota London Inggris pada 24 Juni 2011 seperti ditampilkan di bawah ini.

UFO Mothership and Fleet Over London UK 24th June 2011



Video dapat disaksikan pada link beikut ini.

http://www.youtube.com/watch?v=0AouX-nWvv4

Berita-berita semacam ini pada akhirnya menyisakan sejumlah pertanyaan:

  • Apakah eksistensi UFO itu sah?
  • Siapakah mereka sebenarnya?
  • Dari manakah mereka berasal?
  • Apa sesungguhnya misi mereka?

Inilah di antara pertanyaan-pertanyaan yang terus menggelayuti benak banyak manusia, yang tak mampu dijawab secara tuntas oleh akal-akal manusia sekular. Maka posting kali ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas secara tuntas, insya Allah.

Riwayat Penampakan dan Hakekat UFO

Kami terjemahkan dari Wikipedia:

“Walaupun penampakan UFO telah terjadi sepanjang sejarah, ketertarikan dunia modern terhadapnya bermula dari Perang Dunia II, sejak ketika sejumlah pemerintahan telah memeriksa laporan-laporan (penampakan) UFO, seringkali dari sudut pandang militer, dan para peneliti UFO telah memeriksa, menulis mengenainya dan membentuk organisasi-organisasi khusus untuk subyek tersebut.

Studi-studi yang dilakukan telah mengukuhkan bahwa mayoritas (penampakan) UFO adalah pengamatan atas benda-benda nyata tetapi sebenarnya biasa saja – kebanyakan pesawat terbang, balon, awan-awan noktilusen dan nakrius, atau benda-benda astronomis seperti meteor atau planet-planet yang terang benderang – yang telah disalahidentifikasi oleh pengamat sebagai ketidaklaziman, sementara dalam prosentase yang kecil UFO yang dilaporkan ternyata tipuan. Namun demikian, setelah mengesampingkan laporan-laporan yang tidak akurat tersebut, antara 5% dan 20% dari total sisanya tetap tidak dapat dijelaskan, sehingga dapat diklasifikasikan sebagai tidak teridentifikasi dalam batasan yang ketat. Banyak dari laporan-laporan tersebut dibuat oleh pengamat yang terlatih seperti pilot, polisi dan petugas militer; sebagiannya melibatkan jejak radar, jadi tidak semuanya merupakan laporan visual. Pendukung dari hipotesis makhluk angkasa luar percaya bahwa laporan-laporan yang tidak teridentifikadi ini adalah pesawat ruang angkasa dari makhluk luar angkasa, walaupun berbagai hipotesis lainnya juga telah diusulkan.

Sementara UFO telah menjadi subyek penyelidikan yang luas oleh berbagai pemerintahan, serta sebagian ilmuwan yang mendukung hipotesis makhluk luar angkasa, hanya sedikit makalah ilmiah mengenai UFO yang telah dipublikasikan untuk mendapat telaah dari sejawat peneliti. Telah terjadi perdebatan di dalam komunitas ilmiah mengenai apakah bisa dilakukan penyelidikan ilmiah pada penampakan UFO.

UFO telah menjadi tema yang terkenal di dalam budaya modern, dan fenomena budaya ini telah menjadi subyek penelitian akademis.”

Kesimpulannya, sekaligus menjawab pertanyaan pertama, eksistensi UFO itu adalah sah. Akan tetapi metoda ilmiah tidak mampu untuk menjelaskan siapakah sebenarnya mereka itu. Persoalan ini coba dipecahkan oleh ilmuwan sekular dengan mencari jawaban atas pertanyaan berikutnya: dari manakah mereka berasal?

Upaya Mencari Asal-usul UFO

Bukankah cukup logis untuk berspekulasi bahwa di antara puluhan milyar bintang-bintang yang tersebar di galaksi Bima Sakti, tentu ada satu atau beberapa tempat (planet) yang menyediakan lingkungan yang kondusif untuk tumbuh dan berkembangnya makhluk cerdas? Demikianlah sebagian ilmuwan Barat itu berspekulasi, yang dengan mudah dikopi oleh orang-orang awam maupun para ilmuwan di Indonesia.

Guna mencari tanda-tanda kehidupan di jagad raya ini, sejumlah ilmuwan Barat menyusun program-program dengan memanfaatkan segenap fasilitas tercanggih yang mereka miliki. Di antaranya adalah Project Phoenix oleh SETI Institute dengan memanfaatkan teleskop radio raksasa Arecibo di Puerto Rico. Ini adalah teleskop radio terbesar di dunia, dengan diameter piringan antenanya 305 m. Melalui teleskop radio ini dikirim pesan-pesan melalui gelombang radio ke tempat-tempat terpilih, yang kondisinya diperkirakan mirip dengan planet bumi, sehingga patut diduga mempunyai potensi kehidupan. Proyek ini dimulai pada 1995, dan ketika berakhir pada Maret 2004, pimpinan proyek terpaksa menyimpulkan, “Rupanya kita hidup tanpa tetangga.”

Tema cerita makhluk angkasa luar bukan saja menarik buat para ilmuwan, melainkan juga bagi para petualang semacam Erich von Daniken. Ia banyak melakukan perjalanan, mempelajari situs-situs kuno guna mengenali jejak-jejak yang ditinggalkan oleh para “pilot” UFO. Ia banyak menulis dan menerbitkan buku dalam tema ini (dalam orde jutaan kopi), bahkan telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa. Akan tetapi segenap tulisannya itu tidak diakui sebagai tulisan ilmiah oleh para ilmuwan, sementara ia sendiri mempunyai persoalan pada sisi integritasnya.

Akhirnya persolan ini tetap menjadi misteri bagi dunia Barat, dan tentu juga bagi ilmuwan Indonesia yang mengikuti metoda penelitian Barat.

Islam Menjawab Pertanyaan Yang tak Terjawab

Sesungguhnya bagi kaum Muslimin, persoalan UFO ini sangatlah sederhana.

Kita mulai pembahasan ini dengan mematahkan spekulasi semacam, “Masak dari sekian ratus milyar bintang gak ada planet yang punya kehidupan? Malah sangat mungkin tingkat kecanggihan teknologi mereka jauh lebih tinggi daripada kita. Buktinya, mereka bisa mengintip-intip kita sesuka mereka!”

Orang-orang yang suka mengusung ungkapan-ungkapan seperti ini seakan-akan lupa dengan asal-usul mereka sendiri. Cobalah direnungkan: hanya ada satu sel sperma, dari ratusan juta sel sperma yang ada bersamanya, yang boleh membuahi sel telur. Sel-sel sperma lainnya, dalam orde ratusan juta, disisihkan dan akhirnya mati untuk memberi jalan kepada satu-satunya sel sperma yang telah “ditandai” untuk dapat melanjutkan kehidupannya. Ini adalah suatu keistimewaan yang luar biasa. Jika keistimewaan ini terjadi pada manusia, maka ia menjadi hal yang lumrah saja jika terjadi di alam semesta ini; dari sekian “bola-bola” yang ada di alam semesta ini, hanya bumi yang bisa dihuni. Pola-pola istimewa seperti ini menjadi lumrah karena penciptanya adalah Dzat yang sama: Allah Yang Maha Pencipta.

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman (artinya),

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?” (QS. Fushshilat: 53)

Selanjutnya, kami akan menguatkan pandangan kami di atas berdasarkan dalil-dalil di dalam agama Islam, bahwa tidak ada kehidupan cerdas di “bola-bola” lainnya. Caranya adalah dengan membuat asumsi, bahwa seandainya ada kehidupan cerdas di luar sana, tentu komunitas mereka juga mempunyai pembimbing, para nabi dan rasul, karena sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman (artinya),

“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu’," (QS. An-Nahl: 36)

Maka ketika Hari Kiamat tiba, ketika Allah menggulung langit dan menciptakan bumi baru untuk berkumpulnya semua makhluk, tentu akan bertemu semua makhluk yang ada di alam semesta ini. Para nabi-nabi dan rasul-rasul dari bumi yang lain itu tentu akan berinteraksi dengan para rasul bumi kita ini. Adakah momen seperti ini?

Marilah kita mulai dengan memeriksa apakah yang akan menimpa alam semesta ini, pada bumi dan langit, ketika terjadinya Hari Kiamat.

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman (artinya),

“(Yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran-lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kami-lah yang akan melaksanakannya.” (QS. Al-Anbiyaa’: 124)

“(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan mereka semuanya (di Padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa. Dan kamu akan melihat orang-orang yang berdosa pada hari itu diikat bersama-sama dengan belenggu. Pakaian mereka adalah dari pelangkin (ter) dan muka mereka ditutup oleh api neraka,” (QS. Ibrahim: 48-50)

“Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup, dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur. Maka pada hari itu terjadilah Hari Kiamat, dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi lemah.” (QS. Al-Haqqah: 13-16)

“Maka apabila mata terbelalak (ketakutan), dan apabila bulan telah hilang cahayanya, dan matahari dan bulan dikumpulkan,” (QS. Al-Qiyamaah: 7-9)

“Apabila matahari digulung, dan apabila bintang-bintang berjatuhan,” (QS. At-Tawiir: 1-2)

“Apabila langit terbelah, dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan,” (QS. Al-Infithar: 1-2)

Berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an di atas, dapatlah kita simpulkan bahwa pada Hari Kiamat langit akan digulung kembali, setiap “bola-bola” akan dikumpulkan kembali, dengan konsekuensi akan mengakhiri segenap kehidupan yang ada di sana, jika ada. Setelah itu akan dibentuk bumi dan langit baru. Bumi baru itu adalah tempat di mana segenap makhluk hidup, baik mereka yang tinggal di bumi maupun yang tinggal di tempat-tempa lainnya, jika ada, akan dihidupkan kembali untuk diminta pertanggungajawabannya atas usia yang telah mereka habiskan.

Lalu apa yang akan terjadi di antara mereka, khususnya di antara para pemimpin mereka, para rasul?

Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah besabda (artinya),

“Hari Kiamat akan terasa sangat panjang bagi manusia. Oleh karena itu sebagian mereka berkata kepada yang lain, ‘Marilah kita pergi menemui Adam, nenek moyang manusia, supaya dia memberi syafaat (memohonkan) untuk kita kepada Tuhan kita, agar Dia memberi keputusan kepada kita.’ Maka datanglah mereka kepada Adam lalu berkata, ‘Mohonlah untuk kami kepada Tuhan-mu supaya Dia memberi keputusan kepada kami.’ Jawab Adam, ‘Sungguh aku tak sanggup menolong kalian, tapi pergilah kalian kepada Nuh, pemimpin para nabi itu.’ Maka mereka pun pergi menemui Nuh, lalu berkata, ‘Hai Nuh, mohonlah untuk kami kepada Tuhan-mu, supaya Dia memberi keputusan kepada kami.’ Ternyata Nuh pun menjawab, ‘Sungguh aku tak sanggup menolong kalian, tapi datanglah kalian kepada Ibrahim, Nabi dan Khalilullah itu.’ Mereka pun pergi menemui Ibrahim, lalu berkata, ‘Hai Ibrahim, mohonlah untuk kami kepada Tuhan-mu supaya Dia memberi keputusan kepada kami.’ Ternyata jawab Ibrahim pun, ‘Sungguh aku tak sanggup menolong kalian, tapi datanglah kalian kepada Musa, Kalimullah yang telah dipilih oleh-Nya untuk menyampaikan risalah-risalah dan firman-firman-Nya.’ Kemudian mereka pun pergi menemui Musa, lalu berkata, ‘Hai Musa, mohonlah untuk kami kepada Tuhan-mu, supaya Dia memberi keputusan kepada kami.’ Dan ternyata jawaban dia pun, ‘Sungguh aku tak sanggup menolong kalian, tapi datanglah kalian kepada Isa Ruh dan Kalimat Allah itu.’ Maka mereka pun pergi menemui Isa dan berkata, ‘Hai Isa, mohonlah untuk kami kepada Tuhan-mu, supaya Dia memberi keputusan kepada kami.’ Dan ternyata jawaban dia pun sama, ‘Sungguh aku tak sanggup menolong kalian, tapi datanglah kalian kepada Muhammad. Sesungguhnya dia adalah penutup para Nabi dan telah diampuni dosa-dosanya yang dahulu maupun yang berlakangan.’ Isa mengatakan pula, ‘Tahukah kalian, kalau suatu barang dimasukkan ke dalam suatu bejana tertutup, dapatkah seseorang mengambil barang yang ada di dalam bejana itu sebelum membuka tutupnya?’ ‘Tidak,’ jawab mereka. Isa alu berkata, ‘Sesungguhnya Muhammad adalah pentup para Nabi.’ Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam melanjutkan sabdanya, ‘Maka mereka pun datang menemui aku lalu berkata, ‘Hai Muhammad. Mohonlah untuk kami kepada Tuhan-mu, supaya Dia memberi keputusan kepada kami.’ ‘Ya,’ kataku, lalu aku pergi ke pintu surga. Gelang-gelang pintunya aku pegang seraya meminta dibukakan. Maka terdengarlah pertanyaan, ‘Siapakah kamu?’ Aku menjawab, ‘Muhammad.’ Maka pintu surga pun dibuka dan aku bersujud memuji Tuhanku dengan pujian yang tidak pernah dipanjatkan oleh siapa pun semisalnya, baik sebelum maupun sesudahnya. Maka Allah berfirman, ‘Angkatlah kepalamu! Katakanlah, niscaya (perkataan) kamu didengar. Mintalah, niscaya kamu diberi. Sampaikan syafaatmu, niscaya syafaatmu diterima!’ Aku berkata, ‘Umatku, umatku.’ Maka Allah berfirman, ‘Keluarkan (dari neraka) siapa pun yang dalam hatinya ada keimanan walau hanya sebesar zarrah sekalipun.’ Sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, ‘Maka aku pun mengeluarkan mereka, kemudian merebahkan diriku bersujud.’” (HR Ahmad dari Anas radhiyallahu ‘anhu)

Jelas sekali, berdasarkan hadits di atas, makhluk hidup ketika itu hanya mengenal Nabi Adam ‘Alaihissalam sebagai nabi pertama dan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai nabi terakhir. Tidak ada nabi-nabi lain dari planet lain yang diharapkan untuk memohon kepada Allah bagi umatnya. Hal ini merupakan petunjuk yang sangat jelas, bahwa kehidupan itu hanya ada di bumi; di planet lain tidak ada kehidupan cerdas seperti manusia.

Jika di luar bumi tidak ada kehidupan semisal kehidupan di bumi, lalu siapakah para pengendara UFO tersebut?

Untuk menjawab pertanyaan ini, kita patut merenungkan kembali bahwa jenis-jenis kehidupan itu meliputi tumbuh-tumbuhan, hewan, manusia, jin dan malaikat. Tidak ada jenis kehidupan di luar kelima kategori ini.

Berdasarkan kemampuan terbang dan rekayasanya, maka boleh jadi ia adalah jin berdasarkan dalil-dalil berikut ini (artinya),

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman (artinya),

“Berkata 'Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: ‘Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya.’” (QS. An-Naml: 39)

“Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). “ (QS. Saba’: 13)

“Kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api, dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya).” (QS. Al-Jinn: 8-9)

Dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah bersabda (artinya),

“Ketika Allah memutuskan sesuatu di langit, para malaikat mengepakkan sayap mereka sebagai sikap patuh terhadap firman-Nya, bagaikan suara rantai besi membentur batu besar. Ketika ketakutan telah lenyap dari hati mereka, sesama mereka saling bertanya, ‘Apa yang telah difirmankan Tuhan kalian?’ Mereka berkata, ‘Kebenaran. Dia-lah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.’ Setan-setan yang mencuri pendengaran mendengarkan berita langit dari para malaikat. Seperti inilah – perawi meregangkan jari-jari tangannya dalam memperagakan apa yang disampaikannya – setan yang satu berdiri di atas setan lainnya. Setan yang paling atas yang bisa mendengar berita langit kadang-kadang tersambar oleh lemparan api sebelum dia sempat menyampaikan berita tersebut kepada setan di bawahnya. Kadang-kadang dia selamat dari lemparan api tersebut sehingga dia bisa menyampaikan berita itu kepada setan di bawahnya, disampaikannya lagi kepada setan di bawahnya dan seterusnya sehingga akhirnya mereka menyampaikannya ke bumi, kemudia berita itu dibisikkan kepada tukang sihir/para peramal dengan disertai seratus kebohongan. Ketika sebagian dari ramalan tersebut terbukti benar, orang-orang akan mengatakan, ‘Bukankah kita sudah diberitahu oleh dia (tukang sihir/juru ramal) pada hari begini dan begini bahwa akan terjadi begini dan begini, lalu ternyata benar?’ Ucapan tukang sihir yang benar tersebut hanyalah yang bersumber dari berita langit (melalui setan yang mencuri pendengaran dari malaikat).” (HR. Bukhari dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu )

Akan tetapi, malaikat juga bergerak turun naik antara bumi dan langit.

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman (artinya),

“Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun.” (QS. Al-Ma’aarij: 4)

“Demi (malaikat-malaikat) yang turun dari langit dengan cepat,” (QS. An-Naazi’aat: 3)

Lalu juga ada sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang menjelaskan adanya malaikat yang tanda-tandanya dapat dilihat oleh manusia, di antaranya di dalam sabda beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam (artinya),

“Pernah ada seorang laki-laki yang sedang membaca Surah Al-Kahfi, sementara di sampingnya ada seekor kuda yang diikat dengan dua tali. Tak lama kemudian ada awan yang menutupinya. Lalu awan tersebut berputar dan mendekatinya, hingga kuda tersebut berusaha lari dan menghindar.

Keesokan harinya laki-laki tersebut datang menemui Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan menceritakan semua peristiwa itu kepada beliau. Setelah mendengar cerita itu Rasulullah pun bersabda, ‘Itu adalah malaikat pembawa kedamaian yang turun karena bacaan Al-Qur’an.’” (HR. Muslim dari Al Barra’ radhiyallahu ‘anhu)

“Pada suatu malam Usaid bin Khudair radhiyallahu ‘anhu sedang membaca Al-Qur’an di dekat penambatan kudanya. Tiba-tiba kudanya itu berputar-putar. Lalu ia membaca Al-Qur’an lagi, maka tiba-tiba kudanya itu berputar-putar lagi. Kemudian ia membaca Al-Qur’an lagi, tiba-tiba kudanya berputar-putar lagi.

Usaid berkata, ‘Karena aku khawatir kalau-kalau kuda itu menginjak Yahya, maka ia pun mendekatinya. Namun tanpa aku sadari sebelumnya, tiba-tiba di atas kepalaku ada awan yang berisi semacam lampu yang bersinar yang naik ke atas hingga akhirnya aku pun tidak dapat melihatnya.’

Usaid berkata, ‘Esok harinya aku pun pergi menemui Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam seraya bertanya, ‘Ya Rasulullah, tadi malam saya sedang membaca Al-Qur’an di dekat penambatan kudaku, tiba-tiba kuda tersebut terus berputar-putar. Ada apakah sebenarnya ya Rasulullah?’

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, ‘Teruskanlah ceritamu itu hai putera Khudair!’

Usaid bin Khudair berkata, ‘Saya pun akhirnya membaca Al-Qur’an lagi, tetapi tiba-tiba kuda saya terus berputar-putar lagi.’

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, ‘Teruskanlah ceritamu itu hai putera Khudair!’

Usaid bin Khudair berkata, ‘Saya pun akhirnya membaca Al-Qur’an lagi, tetapi tiba-tiba kuda saya terus berputar-putar.’

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, ‘Teruskanlah ceritamu itu hai putera Khudair!’

Usaid bin Khudair berkata, ‘Kemudian saya berpaling di mana pada saat itu Yahya ada di dekat kuda tersebut sehingga saya khawatir kalau-kalau kuda itu menginjaknya. Tiba-tiba saya melihat semacam awan yanag berisi cahaya yang naik ke atas hingga akhirnya saya tak dapat melihatnya lagi.’

Lalu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pun bersabda, ‘Itu adalah para malaikat yang mendengarkan bacaan Al-Qur’anmu. Seandainya engkau terus membacanya, niscaya orang lain pasti akan dapat melihat para malaikat sebagaimana yang kamu lihat itu.’” (HR. Muslim dari Abu Said Al Khudri radhiyallahu ‘anhu)

Di dalam kedua hadits di atas, awan-awan yang sebagiannya terlihat bercahaya dan dapat dilihat oleh manusia, boleh jadi akan ditafsirkan oleh orang-orang pada masa sekarang ini sebagai UFO. Maka bagaimanakah kita dapat membedakan bahwa UFO itu adalah jin atau malaikat?

Perbedaannya akan jelas terlihat dalam misi mereka. Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjelaskan misi jin kafir di dunia ini di dalam firman-Nya (artinya),

“Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka.“ (QS. Shaad: 82-83)

Sedangkan malaikat, mereka adalah penolong dan pendorong manusia dalam ketaatan kepada Allah. Perhatikanlah berdasarkan hadits di atas, kehadiran malaikat adalah ketika para Sahabat Nabi tengah membaca Al-Qur’an.

Berdasarkan kenyataan bahwa penampakan UFO itu telah hadir sepanjang usia peradaban manusia dalam situasi yang “tidak ada hubungannya” dengan ketaatan kepada Allah, maka dapatlah disimpulkan bahwa UFO itu adalah jin kafir dalam misi mereka guna menyesatkan manusia. Mereka akan senantiasa mengarahkan manusia agar memiliki keyakinan tentang adanya makhluk lain di bumi lain, menimbulkan angan-angan serta melakukan upaya-upaya untuk bertemu mereka, yang pada dasarnya adalah kemubaziran dan kesesatan yang sangat besar, lalu diikuti dengan sejumlah kesesatan lainnya di dalam aqidah/keyakinan.

Wallahua’lam