Jumat, 20 Agustus 2010

Kocar-kacir



Dalam dua posting berturut-turut kita telah membicarakan Eropa, kini waktunya untuk mengamati saudara seagama mereka yang berada di seberang Samudra Atlantik, Amerika Serikat. Sekarang kita mengetahui, berdasarkan data-data ekonomi-keuangan yang dikeluarkan lembaga-lembaga yang kredibel, bahwa progam stimulus ekonomi-keuangan yang dilancarkan pemerintah Amerika senilai US$800 milyar terbukti telah gagal untuk mengeluarkan Amerika dari kubangan resesi (sebagian pengamat menyebutnya Depresi). Ekonomi Amerika kembali melemah, dan bank sentralnya, The Fed, seperti telah kehabisan akal untuk menangani persoalan ekonomi-keuangan Amerika.


Krisis global yang dimulai pada September 2008 benar-benar telah membuat Amerika kocar-kacir. Kami tidak ingin menghabiskan halaman ini hanya untuk berkisah tentang kemalangan negeri “cowboy” tersebut. Jika seseorang ingin mengetahui perkembangan terkini situasi di Amerika, ia dapat merujuk laporan Global Research pada situsnya dengan judulNo Economic Recovery, 40 Statistics Confirm the Collapse of the U.S. Economy.”(Tidak Ada Pemulihan Ekonomi, 40 Angka Statistik Memastikan Runtuhnya Ekonomi Amerika)


Pada kesempatan ini kami ingin mengulas sebuah aspek yang agak khusus, di mana kita barangkali dapat belajar dari apa yang tengah terjadi di Amerika dan mempersiapkan diri; kami ingin membahas masalah keamanan dan keselamatan yang menjadi penopang utama keberlangsungan kehidupan masyarakat yang normal.


Marilah kita amati dampak krisis global terhadap keamanan dan keselamatan di Amerika, yang tercermin dari laporan tentang apa yang menimpa departemen kepolisian dan pemadam kebakaran di segenap kota-kota di Amerika, di mana mereka merupakan “korban” terakhir dari daftar korban di Amerika akibat krisis yang mereka mulai sendiri.


Berikut di antara laporan itu yang terjadi pada Juli 2010:


Galveston, Texas. Terjadi debat yang kisruh mengenai rencana pengurangan anggota polisi dan pemadam kebakaran guna mengatasi kesenjangan anggaran sebesar $5 juta.


Trenton, New Jersey. Walikota yang baru mempunyai rencana untuk mengurangi 475 pegawai kota praja. Dari jumlah tersebut 142 orang berasal dari departemen kepolisian dan 78 orang dari pemadam kebakaran. Rencana kota Trenton untuk merumahkan tenaga kepolisiannya telah mengkhawatirkan kota tetangganya Ewing. Kepala polisi kota Ewing telah menjelaskan kepada dewan kota bahwa pengurangan tenaga polisi di Trenton, termasuk pengurangan enam polisi di departemennya sendiri, akan memberikan dampak yang tidak menguntungkan kepada kota-kota Ewing, Lawrence, dan Hamilton.


Oakland, California. Telah berlangsung negosiasi yang alot antara persatuan polisi dan walikota untuk mencapai persetujuan untuk mencegah pengurangan 80 dari 776 personilnya. Persatuan polisi meminta jaminan tidak akan ada pengurangan tenaga dimasa yang akan datang. Kepala polisi telah memperingatkan bahwa jika perumahan berlanjut, anggotanya tidak lagi akan menangani kriminalitas jenis tertentu, termasuk pencurian besar, penggarongan, perusakan mobil, pencurian identitas dan vandalism.


Canton, Illinois. Petugas pemadam kebakaran telah memperingatkan bahwa pemotongan anggaran oleh dewan kota akan memberikan resiko bagi kota tersebut, karena tidak ada lagi biaya untuk melatih tenaga pemadam kebakaran.


Malde, Massachussets. Persatuan petugas polisi telah menolak proposal kontrak kerja yang disusun guna menghindari pengurangan tenaga polisi. Walikota mengancam akan merumahkan 13-16 orang masing-masing dari departemen kepolisian dan pemadam kebakaran, kecuali jika mereka menerima kontrak yang menghilangkan biaya asuransi kesehatan anggotanya.


Fairlawn, New Jersey. Empat orang petugas polisi telah diberi surat pembebastugasan begitu tiba di kantornya pada hari Senin. Persatuan polisi telah menolak permintaan dari dewan kota agar menerima cuti 5 hari kerja (tanpa gaji), karena kata mereka, jika tenaga polisi dibebastugaskan akan membuat mereka yang sedang bertugas tidak mendapatkan backup.


Garfield, New Jersey. Persatuan polisi melakukan protes di balai kota, menentang rencana perumahan tujuh orang anggotanya. Mereka mengatakan bahwa pemerintah kota praja memiliki uang lebih banyak daripada yang disampaikan kepada publik. Walikota mengakui bahwa memang terdapat kelebihan uang, tetapi diperlukan untuk keadaan darurat.


Sapulpa, Oklahoma. Dewan kota praja menyetujui pemotongan anggaran bagi departemen pemadam kebakaran seperti kenaikan biaya asuransi, tidak mengisi lima posisi yang lowong, tidak membayar biaya pakaian seragam, dan menghapus biaya lembur pada hari libur. Walikota bahkan mengatakan, pemerintah kota praja masih perlu memotong anggaran sebesar $190.000 yang mungkin melalui pengrumahan empat orang anggota pemadam kebakaran lagi.


Grand Island, Nebraska. Kepala polisi mengumumkan pada13 Juli, bahwa persyaratan yang dibebankan kepada departemennya untuk mengurangi anggaran periode berikutnya sebesar $900.000 mengharuskannya menghapus posisi tujuh polisi patroli dan empat posisi lain di departemennya.


Redwood City, California. Dewan kota praja menyetujui pemotongan anggaran sebesar $6,1 juta, yang termasuk melepaskan kontrak perusahaan mesin pemadam kebakaran yang menghapus 35 posisi, termasuk 20 posisi yang saat ini kosong. Departemen kepolisian juga akan kehilangan 12 orang anggotanya, termasuk 6 posisi yang kosong, dan departemen pemadam kebakaran kehilangn duaa posisi.


Itulah di antara gambaran negeri yang kocar-kacir akibat utang yang menggunung, khususnya pada dampak yang menimpa departemen-departemen yang menangani keamanan dan keselamatan masyarakat. Perlu ditekankan di sini, bahwa situasi kocar-kacir ini berlangsung ketika tengah diberlakukannya program stimulus ekonomi. Padahal, setelah program stimulus ini berakhir, pemerintah Amerika hanya akan memusatkan pada program pengurangan defisit anggaran.


Memang telah terjadi silang pendapat tentang perlu tidaknya dilanjutkan program sitimulus ekonomi-keuangan ini. Paul Krugman, professor ekonomi di Universitas Princeton dan kolumnis harian the New York Times, pemenang hadiah Nobel di bidang ekonomi, adalah di antara ilmuwan Amerika yang paling kuat membela program stimulus. Di antara pertimbangannya adalah, tanpa program stimulus akan terjadi musibah kemanusiaan: kelaparan dan meningkatnya jumlah gelandangan serta kriminalitas. Sedangkan lawannya diwakili oleh Niall Ferguson, profesor sejarah dari Universitas Harvard dan Universitas Oxford yang membela program pengurangan defisit anggaran, yang berarti meniadakan program stimulus ekonomi, bahkan pemotongan anggaran di sana-sini. Tentu saja Ferguson merujuk pada sejarah, bahwa dengan tingkat utang Amerika yang telah mencapai breaking point, 90% dari PDB (didefinisikan oleh Reinhart dan Rogoff), sewaktu-waktu dapat terjadi default yang menyebabkan keruntuhan.


Akan tetapi, sebenarnya, keputusan antara perlunya program stimulus atau pengurangan defisit berada di tangan……pemerintah Cina! Agar diketahui, Cina adalah pemegang surat utang pemerintah Amerika yang terbesar, senilai hampir $1 trilyun. Jika program stimulus dilanjutkan berarti akan memperparah defisit anggaran, yang berarti menambah besar utang pemerintah Amerika, yang akhirnya akan memperbesar kemungkinan timbulnya masalah bagi pemegang surat utangnya. Cina tidak suka itu! Cina meminta agar pemerintah Amerika memperhatikan kepentingan para pemegang surat utangnya, dan pemerintah Amerika memahami apa arti perintah itu! Maka Amerika tak punya pilihan kecuali menghapus program stimulus dan memulai upaya pengurangan defisitnya.


Jadi, jika tanpa program stimulus apa jadinya negeri itu? Kacau balau! Bagaimana pula jika Amerika mengalami default, padahal default itu sesuatu yang diperkirakan akan terjadi juga? Huru-hara, kekacauan luar biasa menyebar ke seluruh dunia! Tidak ada harapan untuk pulih. Oleh karena itu, herankah kita ketika Paul B. Farrell, seorang kontributor pada situs MarketWatch menulis pada Februari 2010 dengan judul “How to invest for a global-debt-bomb explosion; Prepare for an apocalyptic anarchy ending Wall Street's toxic capitalism”(Bagaimana berinvestasi dalam ledakan bom utang global; Bersiaplah untuk anarki apokaliptik yang mengakhiri kapitalisme beracun Wall Street)?


“Amerika tengah menapaki jalan menuju anarki ekonomi. Kita semua terperangkap dalam suatu siklus besar sejarah, suatu titik balik yang harus melewati suatu anarki penghancuran diri sendiri dari negeri tak bertuan dan tanpa hukum sebelum suatu dunia neo-kapitalisme muncul dari reruntuhannya…


Ini bukan gurauan, bung. Anda sudah siap? Atau sedang bersiap-siap? Apakah keluarga anda akan selamat dalam dunia pasca apokaliptik, ketika anarki merajalela di Amerika? Lihatlah Washington, Wall Street dan Korporasi-korporasi Amerika hari ini. Anda tahu ini sudah dimulai.


Anda tengah menyaksikan suatu kerusakan yang mendasar pada mimpi Amerika, suatu kerusakan sistemik dari demokrasi dan kapitalisme kita, suatu kerusakan yang didorong oleh ketamakan yang tak pernah terpuaskan dan buta dari Wall Street: Pemerintah yang tak berfungsi, pasar yang tak waras, ekonomi di tepi jurang. Kalikan semua itu berulang-ulang dan lihatlah sebuah dunia yang kacau-balau. Jika mengabaikan hal itu sekarang, besok akan sangat terlambat…


Bagaimana dua kelas masyarakat Amerika bersiap-siap untuk suatu kemerosotan menuju anarki


Sementara Amerika meluncur menuju anarki, keselamatan keluarga anda dan kesanggupan anda untuk pensiun akan tergantung pada di kelas mana anda berada dari total kira-kira 300 juta penduduk:


1. Orang Amerika kebanyakan: Anda adalah satu dari 299 juta orang Amerika kebanyakan. Pendapatan rata-rata pertahun $50.000, hanya 10% dari jumlah bonus yang dibayarkan kepada para bankir korup Wall Street. Atau anda sudah menjadi salah satu dari 20% orang Amerika yang tidak bekerja penuh…mungkin mengandalkan kupon makanan…mungkin di antara 47 juta orang yang hidup tanpa asuransi kesehatan…nilai asset ketika pensiun kira-kira $50.000, hanya cukup untuk hidup selama setahun. Dan anda menyesal sekali karena anda tidak bekerja di dalam kelompok the “Happy Conspiracy” (orang-orang super kaya).


2. Kelompok Super Kaya (Happy Conspiracy): Anda adalah salah seorang milyuner yang beruntung di dalam kelompok super kaya. Mungkin anda bekerja untuk sebuah Bank Korup di mana pembayar pajak Amerika menalangi utang mereka tahun lalu sehingga anda mengantungi bonus 2009 antara $600.000 dan $10 juta. Mungkin anda seorang Eksekutif Kepala pada sebuah Korporasi Amerika. Mungkin anda seorang yang termasuk dalam daftar 400 orang terkaya versi majalah Forbes. Mungkin anda seorang Senator Amerika.


Inilah bagaimana orang-orang super kaya mempersipkan diri: Pada bukunya yang menjadi best seller pada 2008, ‘Wealth, War and Wisdom,’ hedge fund manager Barton Biggs, seorang yang sangat dihormati di dalam lingkungan orang-orang ‘super kaya,’ memberikan nasihat kepada kelompok super kaya tersebut akan ‘kemungkinan timbulnya kerusakan yang tiba-tiba pada infrastruktur peradaban.’


Sarannya: kumpulkan uang sebanyak-banyaknya. Belilah suatu perkebunan di pegunungan. Lindungi keluarga dari para penjahat: ‘Surga penyelamatan anda harus bisa mencukupi kebutuhan sendiri dan sanggup unyuk menumbuhkan beberapa jenis makanan…Harus tersedia juga bibit-bibit tanaman, pupuk, makanan kaleng, anggur, obat-obatan, pakaian, dan sebagainya…’


Apa alternatif kita? Suatu Revolusi Amerika baru


Tetapi tunggu, tunggu, saya mendengar anda bertanya keras-keras: Tentu harus ada alternatif terhadap kemerosotan yang kelam menuju anarki ini, atas hilangnya segala hal yang telah membuat Amerika menjadi negara paling hebat di dunia? Ya ada satu alternatif. Setelah mengendapnya debu anarki, harus muncul Revolusi Amerika Kedua. Tetapi sayangnya tidak akan terjadi apa pun hingga suatu krisis besar membangunkan Ameriika… mengejutkan bawah sadar orang-orang Amerika….kita ‘sedang tidur nyenyak’…hanya kejutan yang bersifat seismik, sistemik yang akan memicu revolusi yang diperlukan tersebut..”


Lalu belum lama ini Dr. Marc Faber, seorang analis ekonomi-keuangan yang berbasis di Singapura, kembali mengutarakan hal yang sama (CNBC, 30 Juli 2010, “Marc Faber Questions if Dow Could Hit 1,000”)


Pada dasarnya pendapat Marc Faber dikutip sehubungan dengan prediksi Robert Prechter, bahwa waktu bagi indeks bursa saham Wall Street (Dow index) untuk meluncur hingga di bawah 1000 semakin dekat. Ia sama sekali tidak mengesampingkan pendapat tersebut. Ia bahkan memperingatkan implikasi bagi terjadinya peristiwa tersebut. “Saya ingin para pembaca saya untuk berpikir dengan sangat berhati-hati mengenai implikasi Dow di bawah 1000 (bahkan juga jika di bawah 5000). Apakah ada yang benar-benar berpikir bahwa mesin cetak uang (bank sentral Amerika) tidak akan bekerja 24 jam sehari? Saya yakin tidak ada yang berpikir demikian (mesin cetak uang The Fed tentu akan bekerja 24 jam sehari, yang akan mengakibatkan hiperinflasi).”


Ketika masa itu tiba, saran Faber adalah: “beli perkebunan yang bisa menghidupi diri sendiri di suatu tempat yang terpencil dikelilingi pagar listrik bertegangan tinggi lengkap dengan jebakan serta seperangkat senapan mesin, granat tangan, juga kendaraan militer dipandu anjing Doberman.”


Barangkali orang akan mengatakan bahwa kedua pendapat di atas sangat berlebihan. Akan tetapi, bukankah pernyataan-pernyataan mereka itu selaras dengan hadits Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berikut ini, khususnya jika musibah itu terjadi di negeri-negeri Muslim?


“Tak lama lagi harta terbaik seorang Muslim adalah kambing yang ia bawa ke puncak gunung dan tempat yang jauh sehingga ia dapat lari menyelamatkan agamanya dari fitnah-fitnah.” (HR. Bukhari, dari Abu Said al-Khudri)


Sementara itu, negeri ini, Indonesia, adalah di antara perwujudan yang paling nyata dari hadits Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berikut ini (artinya),


“Kelak kalian akan mengikuti ajaran orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, hingga seandainya mereka masuk ke dalam liang biawak pun kalian pasti akan mengikuti mereka.’ Kami, para sahabat bertanya, ‘Ya Rasulullah, apakah yang kami ikuti itu adalah orang-orang Yahudi dan Nasrani?’ Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menjawab, ‘Siapa lagi kalau bukan mereka?’” (HR. Muslim, dari Abu Said Al Khudri)


Indonesia, dimotori kaum sekularnya, adalah negeri Muslim yang paling fanatik dan setia dalam mengkuti resep-resep Amerika. Maka ketika Amerika runtuh seraya menyeret sistem moneter dunia runtuh bersamanya, Indonesia berpotensi mengikuti pola kehancuran Amerika. Pemerintah akan kehilangan sumber dana untuk mencari utang di saat kebangkrutan di sektor swasta mewabah. Tidak ada pilihan lain bagi pemerintah kecuali memangkas habis-habisan anggarannya, itu pun jika pemerintah masih sanggup untuk berdiri. Ketika sudah menyentuh pemotongan anggaran keamanan dan keselamatan masyarakat, maka normalitas kehidupan masyarakat menjadi taruhannya. Kelompok-kelompok ekstrim akan kembali muncul untuk mengail di air keruh. Di balik slogan-slogan kosongnya itu (Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menyebutnya sebagai penipuan!), mereka melakukan balas dendam secara membabi-buta, menumpahkan banyak darah kaum Muslimin,


“Demi Dzat yang jiwaku di Tangan-Nya, dunia ini tidak akan binasa kecuali setelah manusia mengalami suatu masa di mana pelaku pembunuhan tidak mengerti apa sebabnya ia membunuh dan orang yang terbunuh juga tidak mengerti apa sebabnya ia dibunuh.” (HR. Muslim, dari Abu Hurairah)


“Akan muncul kelompok yang membaca Al-Qur’an, tetapi tidak sampai melewati tenggorokan mereka. Manakala kelompok tersebut muncul, maka berhak untuk dipotong.”

Ibnu Umar berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alahi wa Sallam bersabda, ‘Manakala muncul kelompok itu, maka berhak untuk dipotong ‘(lebih dari dua puluh kali), sehingga muncullah Dajjal di tengah-tengah penipuan mereka.” (HR. Ibnu Majjah dari Ibnu Umar)


Maka lakukanlah persiapan! Rasanya masa itu, yaitu masa menjelang munculnya Dajjal, tak akan lama lagi.


Wallahua’lam.