Rabu, 27 September 2017

Kaum Komunis Menyusupi Partai-partai dan Lembaga-lembaga Negara






Dalam sebuah diskusi di salah satu televisi swasta, seorang petinggi KPK mengatakan," ... karakter integritas bangsa ini sangat rapuh. Orang yang baik di negara ini jadi jahat ketika dia sudah menjabat. Lihat saja tokoh-tokoh politik, itu orang-orang pintar, orang-orang cerdas..."

"Saya selalu bilang, kalau di HMI dia minimal ikut LK1. Lulus itu dia anak2 mahasiswa, pintar. Tapi begitu jadi menjabat, dia jadi jahat, curang, ini karena apa? Karena saya bilang sistem belum jalan. Artinya apa? Adapun peraturan-peraturan itu tidak pernah kita jalankan....," tambah dia.

Karuan saja pernyataannya itu menyengat para anggota HMI, pengurus dan para alumninya. Berikut di antara pernyataan mereka.
"Pernyataannya ini tidak seharusnya dilontarkan oleh pejabat negara seperti itu. Karena pernyataan itu, seolah menegaskan bahkan LK-1 HMI untuk mencetak kader koruptor," ujar Ketua Bidang Pembinaan Aparatur Organisasi (Kabid PAO) PB HMI Sabtu 7 Mei 2016 malam seperti dikutip Antara.

Pernyataan petinggi KPK ini juga membuat seorang mantan Ketua  PB HMI terheran-heran. Ia menyatakan, “Terus terang, saya kaget juga. Soalnya dia menyebut sistem pendidikannya bagus,  LK (Latihan Kader) I,  II, dan LK 3. Bahkan saya surprise juga dia tahu betul mengenai sistem perkaderan di HMI."

Bukan hanya kalangan HMI saja yang terheran-heran dengan pengetahuan sang petinggi KPK ini tentang sistem pengaderan di internal HMI, melainkan sang petinggi KPK itu sendiri juga bingung, bagaimana ia bisa mengucapkan hal-hal yang berada di luar pengetahuannya itu. Dalam proses perdamaian dengan HMI ia mengatakan, "Harapan besar saya ada pernyataan saya itu, bahwa HMI sebagai lembaga besar yang harus terus berkembang. Itu pernyataan saya keluar dari alam bawah sadar saya," ujarnya di Gedung KPK Jakarta, Senin (9/5/2016).

Di tengah kebingungan masyarakat dan juga sang petinggi KPK itu sendiri, sesungguhnya penjelasan dari keganjilan ini ada pada firman Allah Subhanahu wa Ta'ala berikut ini (artinya),

Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu. (QS. Ash-   Shaaffaat: 96)


Sesungguhnya Malaikat telah memasukkan pernyataan yang tidak dipahaminya itu ke dalam pikirannya untuk ia ucapkan. Ini adalah satu dari sekian banyaknya kejadian serupa yang telah kita saksikan tetapi tidak dapat dibedakan oleh kebanyakan orang, bahkan oleh yang mengucapkannya sendiri, bahwa ucapan itu bukan murni dari dirinya. Jika Anda minta kepada seorang psikolog sekuler untuk menjelaskan fenomena psikologis  ini, sudah dapat dipastikan bahwa ia akan memberikan jawaban yang sangat  ngawur.

Tentu saja perbuatan Malaikat itu mempunyai hikmah karena dilakukan sesuai dengan ketetapan Allah. Terkadang kita dapat memahami hikmah itu, terkadang tidak.

Sekarang Anda dapat membayangkan betapa lemahnya manusia di hadapan Allah Yang Maha Kuasa. Lalu  bagaimana sampai ada orang-orang seperti kaum komunis  yang berani mengingkari eksistensi Tuhan, lalu membuat berbagai macam tipu daya untuk menyesatkan manusia? Mereka bahkan tidak mengetahui, bahwa di antara perbuatan-perbuatan dan ucapan-ucapan mereka itu terdapat perbuatan-perbuatan dan ucapan-ucapan yang disisipkan Malaikat untuk menghancurkan diri mereka sendiri, sebagai balasan atas makar mereka yang sangat jahat itu.

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman (artinya),

 “Dan merekapun merencanakan makar dengan sungguh-sungguh dan Kami pun merencanakan  makar (pula), sedang mereka tidak menyadari.” (QS. An-Naml: 50)


Sekarang marilah kita gunakan pengetahuan kita di atas untuk menganalisis pernyataan yang menggambarkan fenomena terjadinya penyusupan kaum komunis ke partai-partai, khususnya partai-partai yang berpotensi menjadi pemenang pemilu, partai-partai besar.

Petugas partai

Istilah “petugas partai” pertama kali kita dengar dari seorang fungsionaris teras partai penguasa merujuk pada petinggi negara. Orang-orang terperangah mendengar istilah ini, karena terdengar sangat tidak biasa. Bukan saja istilah ini telah merendahkan petinggi negara, tetapi juga mencitrakan warna komunis yang kental, karena istilah ini memang tipikal istilah dalam partai komunis. 

Lalu orang-orang mulai ramai mengolok-olok bahwa partai tersebut seperti partai komunis saja. Tentu saja kebanyakan orang memandang penggunaan istilah ini hanya sebagai sekedar sebuah penyimpangan dari norma yang biasa berlaku; mereka mengira orang-orang yang menggunakan istilah itu sekedar kurang wawasan saja. Menyatakan partai tersebut sebagai partai komunis tentu menjadi sebuah kesalahan fatal.

Pada tahap ini, analisis seperti ini dapat diterima. Tetapi kita lalu mendengar adanya rencana dari petinggi negara hendak melakukan rekonsiliasi dengan masa lalu dengan meminta maaf kepada kaum komunis yang telah menjadi korban pembantaian oleh rezim Orde Baru, juga rencana penggalian sejumlah kuburan korban pembantaian massal itu. Rencana ini sungguh aneh, karena bergerak ke satu arah saja, dari pemerintah kepada kaum komunis. Lalu bagaimana dengan korban dari kaum Muslimin yang menjadi korban pembantaian kaum komunis?

Lebih dari itu, apakah tidak ada yang mampu memahami bahwa sesungguhnya Allah-lah yang membantai kaum komunis melalui tangan rezim Orde Baru sebagaimana telah kami jelaskan pada naskah “Hanya Islam Yang Dapat Mengungkap Misteri Flaperon dan Lainnya”? Sedangkan pada naskah, “Indonesia Lebih Berkasih Sayang,” kami telah menunjukkan bahwa pembantaian enam juta kaum Yahudi dan 26 juta kaum komunis Uni Soviet oleh Jerman Nazi adalah sebuah rancangan dari langit!!!

Pertanyaan selanjutnya adalah: bagaimana ide ini bisa muncul dari pemerintah?

Tentu saja ide ini muncul dari partai, partai penguasa, karena sang petinggi istana ini hanyalah pekerja partai dengan ide-ide yang berkelebatan di kepalanya melulu tentang apa yang dapat mengangkat citra dirinya saja, sehingga ide-ide yang bersifat ideologis mestilah datang dari partai.  Karena partai tersebut bukan partai komunis, niscaya ide tersebut datang dari “oknum” komunis yang bercokol di partai tersebut. Tetapi kalau hanya sekeder beberapa orang saja, apakah bisa mengubah haluan partai? Tentu tidak bisa. Lalu bagaimana bisa keluar ide tersebut dari partai?

Anda ingat analisis pada naskah kami “Indonesia Lebih Berkasih Sayang,” di mana kami menjelaskan bagaimana kaum Yahudi yang hanya berjumlah sekitar tiga persen dari populasi warga negara Amerika dapat menguasai negara itu? Kemampuan itu datang dari keunggulan akalnya, yang tak lain adalah istidraj dari langit, yang justru akan membawa kaum Yahudi pada akhir dari petualangannya di dunia ini.

Demikian pula dengan mantan fungsionaris teras partai komunis ini, yang telah mengasah kemampuan beretorikanya dengan menggeluti buku-buku komunisme selama memimpin partai komunis, mendalami dan merenunginya di dalam penjara, telah semakin matang untuk mengadu argumentasi dengan segala trik dan tak-tiknya dengan old cracks di partai tersebut.  Dari sisi ini, pernyataan sebagian orang bahwa ada “banyak” kaum komunis di partai tersebut adalah benar. Tegasnya ide/argumentasi “segelintir” orang-orang komunis di partai tersebut telah mengalahkan ide/argumentasi kelompok lainnya yang jauh lebih besar, sehingga jumlah orang komunis yang sebenarnya kecil itu menjadi terlihat/terasakan sangat besar/mendominasi oleh orang yang melihatnya dari luar partai tersebut.

Akhirnya tak butuh waktu lama baginya untuk menjadi “nara sumber” yang kredibel bagi partai tersebut dan merebut kepercayaan “pemilik partai.” Ia berhasil mengajukan ide tersebut dengan mengalahkan argumentasi old cracks di partai tersebut, dan akhirnya menjadi “program unggulan” partai. Tetapi ide itu ditentang habis-habisan oleh kaum Muslimin dan TNI melalui para purnawirawannya, sehingga gagal terlaksana.

Jika Anda tidak lupa, terdapat seorang mantan fungsionaris partai komunis lainnya yang pernah menduduki jabatan strategis  di pemerintahan sebelumnya, sebagai penasihat presiden!!! Nampaknya karakter sang petinggi yang melankolik dan banyak bersenandung itu mudah luruh oleh “jeritan hati” sang kamerad ini agar pemerintah melakukan rekonsiliasi dengan masa lalunya sehingga pembangunan dapat berjalan dengan lebih lancar lagi!!!

Dengan demikian kita dapat menduga, bahwa jika partai Perwira Berwibawa  berhasil mengantarkannya menjadi RI 1, dan kamerad yang menyusup di partainya tidak tersandung kasus korupsi, niscaya di antara “program unggulan” partai Perwira Berwibawa ini juga akan mengusung  tema rekonsiliasi dengan masa lalu dengan bermaaf-maafan dengan kaum komunis, bahkan bersedia melakukan hara kiri dengan mengakui dirinya sebagai jagal. Nampaknya ambisinya yang tak tertahankan untuk menjadi RI 1 telah menjadi kelemahannya yang sangat mendasar untuk menjadi seorang pemimpin yang handal.

Sekarang Anda lihat adanya kesamaan ide pada pemerintahan yang berbeda: rekonsiliasi dengan masa lalu, bahkan lebih gila lagi, mengakui kesalahan telah membantai kaum komunis di masa lalu. Anda lihat ide setan ini, mengubah persepsi masyarakat dari penjahat berwatak setan menjadi bayi mungil manis mulus tak punya dosa korban kebiadaban setan yang disebut TNI dan kaum sarungan. Ini adalah tahap pertama sebelum mereka masuk ke tahap-tahap berikutnya yang akhirnya tidak lagi mereka pedulikan apakah akan membuka kedok mereka sebagai manusia berhati setan atau tidak.

Selanjutnya kami akan membuktikan bahwa terdapat hot-line di antara orang-orang komunis yang berada pada pos-pos penyamaran yang berbeda.

Sebagaimana kita ketahui, pada 4 November 2016 telah dilakukan Aksi Bela Al-Qur’an (Aksi 411). Berikut ini salah satu laporannya.

Soal Demo 411, Mantan Staf: Petinggi Terima Laporan Konsultan, Bukan BIN (Republika, 5/11/06)

Mantan Staf Khusus era Pemerintahan yang lalu mengungkap laporan konsultan yang diduga dibayar mantan menteri keamanan ke petinggi Istana. Laporan itu terkait demonstrasi 4 November lalu. Ia pun mengunggah ke Twitter, laporan halaman depan konsultan tersebut. Salah satu laporan konsultan yang dibayar mantan menteri keamanan ke petinggi Istana, bukan laporan intelejen #amburadul,ujarnya, lewat kicauannya di Twitter, kemarin. Menurutnya, laporan konsultan ke presiden ditelan mentah-mentah seakan ada kepentingan salah satu pasangan Cagub-wagub DKI Jakarta. Laporan konsultan juga menyebut akan ada penyusupan teroris,“ katanya. Ia pun memaklumi jika Presiden menganggap enteng aksi 411, karena saran konsultan aksi itu berhubungan dengan pilkada.

Terlepas bahwa cerita tentang laporan tersebut murni rekayasa atau bukan, cerita di atas telah mengungkap adanya hot-line antara dirinya dengan seorang kamerad lainnya yang berada di pos penyamarannya di partai penguasa. Cerita di atas dibuat  untuk melindungi kamerad di pos partai penguasa tersebut dengan mengarahkan masyarakat agar tidak menunding badan intelijen telah dikooptasi oleh partai, bahkan oleh sang kamerad itu sendiri. Apa?

Well, sebagaimana kita ketahui, sebelum menduduki posisinya kini, kepala badan intel telah dikenal masyarakat sebagai orang yang terus menggendong  “bebannya” kemana-mana. Hanya seorang komunis sejati yang dapat mengendus peluang berharga yang sangat langka ini. Segera ia memobilisasi dukungan partai agar si “calon korban” ini dapat diangkat menjadi petinggi badan intelijen. Setelah menjadi “korban,” si kamerad segera mengeluarkan jurus-jurus maut khas kaum komunis. Maka jadilah petinggi itu “tawanan” sang kamerad yang secara terus-menerus mengeksploitasi secara maksimal peluang ini

Tentu tidak mengherankan jika setelah itu terjadi tukar-menukar informasi serta pemanfaatan aset-aset rahasia milik lembaga negara tersebut. Sebagai implikasinya, sang kamerad pada pos penyamaran di partai penguasa tersebut berada dalam tim di balik false flag operation pada 4 November 2016 yang lalu.

Dari sini mestinya Anda sudah dapat menduga siapa sutradara yang berada di balik chatting palsu seorang petinggi ormas Islam? Tak lain adalah kaum komunis! Demikian juga untuk setiap upaya adu domba, pengrusakan citra tokoh-tokoh yang berpotensi menjadi lawan kaum komunis di masa depan, dan bentuk-bentuk tipu daya lainnya, adalah perbuatan kaum komunis ini, karena semua itu adalah bagian dari prosedur operasi standar mereka.

Setelah kami menerbitkan naskah berjudul “Hanya Islam Yang Dapat Mengungap Misteri Flaperon dan
Lainnya,” mereka mulai berpikir bahwa ada kemungkinan seseorang dapat mengendus permainan setan ini. Lalu mereka memainkan jurus tipu daya lainnya, yaitu twit-war pada periode 24-25 Juni 2017. Tujuan twit-war palsu ini adalah untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa di antara keduanya sudah tidak lagi memiliki hubungan yang baik, sehingga menutup kecurigaan masih adanya hot-line di antara para kamerad partai komunis; mereka ingin menunjukkan bahwa para kamerad itu telah memilih jalan damainya sendiri-sendiri.

Munculnya naskah kami tersebut telah menyadarkan mereka bahwa TNI mempunyai peluang untuk kembali ke panggung politik, maka mereka pun buru-buru memosting tulisan seorang jurnalis Amerika di situs berita provokator garis depan mereka guna merusak citra Pangima TNI.

Mereka semakin terkentut-kentut ketika membaca naskah terakhir kami yang menunjukkan, bahwa ada kemungkinan mereka harus kembali menjadi tikus got dan bersembunyi di gorong-gorong, menghindari kejaran pasukan khusus TNI. Maka mereka pun berusaha menutup peluang ini dengan kembali merusak citra Panglima TNI dengan menghubungkannya dengan lenyapnya peredaran sebuah majalah dalam edisi yang membahas kasus korupsi proyek pengadaan helikopter Agusta untuk TNI AU. Jika majalah itu benar-benar lenyap dari peredaran karena habis diborong, tentu  merekalah pemborongnya.

Akhirnya mereka sampai pada kesimpulan, bahwa nampaknya mereka perlu segera melakukan pre-emptive strike, segera melakukan operasi caesar tanpa perlu menunggu sampai Ibu Pertiwi hamil tua. Lalu mereka menekan petinggi intel untuk membuat pesanan senjata ke Pindad dengan samaran sebagai pemenuhan kebutuhan Sekolah Intelijen.

Kini cobalah pikir, sekolah tersebut sudah berdiri sejak 2003, kok baru sekarang memesan senjata buat latihan siswa. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya sekolah kedinasan itu tidak memerlukan senjata tersebut.  Coba Anda cermati pidato sambutannya pada wisuda sarjana angkatan ke-X Sekolah Tinggi Intelijen Negara tahun akademik 2016/2017, Senin, 24 Juli 2017, di Sentul, Bogor, Jawa Barat:

"Dalam kurun waktu mulai dari September 2016 sampai dengan saat ini berbagai pembenahan dan penguatan telah dilakukan untuk mewujudkan STIN menuju lembaga pendidikan intelijen berkelas dunia, meliputi aspek tampilan artefak maupun perubahan sistem dan metodologi serta perubahan mindset dan culture," terangnya.

Ia menambahkan perubahan mindset dan culture set terdiri dari revisi statuta, struktur organisasi dan tata kerja (SOTK), peraturan kehidupan taruna (Perduptar), pedoman akademik, kurikulum S1, kurikulum S2 dan penyusunan penilaian sikap perilaku, penilaian kesamaptaan jasmani, pedoman tradisi, pedoman pembelajaran dan hasil belajar, pedoman akademik, peningkatan keprofesian intelijen dan penilaian pendidikan taruna STIN serta pemenuhan sarana dan prasarana seperti bus, kendaran dinas, renovasi, gedung dan lain-lain...”

Seandainya 500 buah senjata laras pendek itu memang menjadi kebutuhan sekolah tersebut, tidakkah ia layak menjadi prioritas sehingga layak disebutkan mendahului kata-kata benda seperti bus, kendaraan dinas, renovasi, gedung, dan bukan sekedar masuk ke dalam kategori kebutuhan “dan lain-lainnya”?

Seandainya  500 buah senjata itu adalah kebutuhan sekolah tersebut, apakah mungkin menggunakannya tanpa lapangan tembak? Lalu dimana kita dapatkan istilah “lapangan tembak” pada kata sambutan di atas?

Sekolah tersebut mempunyai empat ratus siswa lebih, dengan setiap tahun merekrut kira-kira 130 orang siswa baru. Dengan demikian jika memang terdapat kebutuhan senjata untuk latihan menembak, maka angka 500 buah itu jelas sangat jauh melebihi kebutuhan. Bukankah untuk latihan menembak per angkatan hanya dibutuhkan sekitar 150 buah senjata sudah termasuk cadangannya? Dan bukankah sangat tidak logis membuat jadwal latihan menembak di mana seluruh siswa, empat ratus orang lebih, masing-masing memegang sebuah senjata berada di lapangan tembak yang terbatas kapasitasnya?

Nampaknya spesifikasinya juga telah dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menghindari dari permintaan persetujuan oleh TNI.

Hal yang sama terjadi pada Kepolisian. Petinggi di lembaga negara ini harus dapat menjelaskan secara jernih mengapa mereka membutuhkan tambahan lima ribu pucuk senapan baru? Untuk Angkatan ke-5? Masyarakat berhak tahu karena berita ini telah menjadi konsumsi publik.

Demikian pula dalam kasus pengadaan helikopter Agusta untuk TNI AU, nampaknya telah terjadi rekayasa agar helikopter tersebut dipaksa untuk tetap diadakan. Mengingat besarnya nilai mark up dari harga beli heli tersebut, perlu dilakukan investigasi yang mendalam kemana larinya uang korupsi yang sedemikian besar itu? Untuk membiayai Angkatan ke-5?

Setelah Anda membaca analisis ini apakah Anda masih berpikir bahwa istilah petugas partai yang digunakan petinggi  partai penguasa itu hanya sekedar ketidaktepatan dalam memilih istilah? Bagi kami ini adalah isyarat yang disisipkan Malaikat guna membuka tabir penyusupan para kamerad militan partai komunis  ke partai-partai dan lembaga-lembaga negara. Wallahua’lam.

Isyarat itu telah muncul

Isyarat segera datangnya keadaan super darurat seperti yang telah kami bahas pada naskah terdahulu kini telah muncul dari Benua Amerika,  tepatnya di Meksiko. Telah terjadi gempabumi besar (8,1 SR) pada 7 September 2017 (8 September 2017 waktu Indonesia). Para ahli geologi telah menjelaskan, bahwa gempa tersebut disebabkan oleh friksi yang terjadi antara lempeng Bumi Cocos di Meksiko dengan lempeng Bumi Amerika Utara, sehingga terjadi gempabumi.

Penjelasan di atas adalah semata-mata untuk memuaskan naluri ilmiah para ilmuwan yang selalu berusaha mencari hubungan sebab-akibat secara logis atas suatu peristiwa, walaupun ia sebatas perkiraan belaka, tetapi sebenarnya bukan sebagai sebuah hakekat. Hakekatnya hanya dapat dibaca dengan mata hati, yaitu pada beberapa berita lainnya berikut ini:

·     Bahwa pada saat yang bersamaan dengan gempa tersebut, gunung berapi Popocatepetl juga meletus meski kecil. Waktu kejadian yang bersamaan ini menunjukkan bahwa kedua kejadian ini bersifat independen, karena jika letusan itu sebuah kejadian yang terkait dengan gempa tersebut, niscaya akan dibutuhkan selang waktu antara waktu terjadinya gempabumi hingga munculnya letusan kecil tersebut.
·     Pada 19 September terjadi gempa sebesar 7,1 SR. Mengingat jauhnya jarak antara gempa kedua ini dari gempa pertama (650 km), dapat disimpulkan bahwa kedua gempa tersebut bersifat independen.
·    Gempa kedua ini (19 September) terjadi tepat ketika Meksiko memperingati hari terjadinya gempa besar 32 tahun yang lalu.

Berita-berita itu lalu disusun dalam tabel sederhana berikut ini.



Terjadi bersamaan dengan


Gempa I: 8,1 SR





Gempa II: 7,1 SR
Gunung berapi meletus kecil

         Hari peringatan gempa besar 35 tahun yang lalu



Maka kami pun segera sadar, bahwa ini lagi-lagi adalah sebuah permainan puzzle, mungkin yang terakhir bagi kami. Tabel di atas harus dikembangkan agar ia memberikan sebuah makna yang mendalam.

Untuk itu diperlukan pemahaman tambahan sebagai berikut:

·       Kita sedang menunggu meletusnya supervolcano Yellowstone
·       Amerika Serikat adalah imperium terakhir di Dunia Barat; meletusnya Yellowstone adalah akhir dari       Imperium Amerika Serikat, akhir dari imperium di Dunia Barat
·      Imperium besar terakhir yang runtuh di Dunia Barat sebelum Amerika Serikat adalah Imperium Britania Raya
·      Pada puncak masa kejayaannya Imperium Amerika Serikat adalah jauh lebih besar dan lebih kuat daripada Imperium Britania Raya.
·      Di negara kita, perlawanan terhadap Imperium Barat mencapai puncaknya pada 10 November 1945 ketika seorang santri membunuh Brigjen Mallaby, pemimpin pasukan Inggris. Santri tersebut adalah lambang dari kaum nasionalis-religius, yang mewariskan semangat perjuangan di negeri kita, sedangkan Brigjen Mallaby melambangkan imperium Dunia Barat. Ini adalah isyarat dari perlawanan Muslim-nasionalis melawan demokrasi-imperium. Islam adalah selalu dan selamanya menjadi musuh demokrasi, sebagaimana nasionalisme adalah selalu dan selamanya menjadi musuh imperialisme.

Maka secara perlahan-lahan, dengan metoda trial and error, kami dapat melengkapi tabel di atas dengan kolom-kolom tambahan dan isinya sebagai berikut:


  

Meksiko
Terjadi bersamaan dengan:
Tipe letusan gunung berapi serta maknanya

Peringatan hari nasional dalam konteks  Indonesia



Gempa I: 8,1 SR

Supervolcano Yellowstone akan meletus dengan sangat dahsyat;
Melambangkan penghancuran terhadap Imperialisme Amerika Serikat

Peringatan ketika seorang santri membunuh Brigjen Mallaby





Gempa II:7,1 SR
Gunung berapi meletus
       Kecil;
   Melambangkan
          penghancuran terhadap Imperialisme Britania Raya

Peringatan gempa besar 35 tahun yang lalu

            
Peringatan ketika seorang santri membunuh Brigjen Mallaby



Nah sekarang Anda sudah dapat memperkirakan, sekali lagi, sekedar memperkirakan, kapan supervolcano Yellostone akan meletus, bukan? Yaitu pada tanggal  ketika seorang santri dengan gagah berani membunuh Brigjen Mallaby. Wallahua’lam.

Sesungguhnya Allah Subhanahu wata’ala  berfirman (artinya),

“Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu (ajal); maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (QS. Al-A‘raaf: 34)

Dan Kami tiada membinasakan sesuatu negeri pun, melainkan ada baginya ketentuan masa yang telah ditetapkan. Tidak ada suatu umat pun yang dapat mendahului ajalnya, dan tidak (pula) dapat mengundurkan(nya). (QS. Al-Hijr: 4-5)


Meletusnya Yellowstone akan melengkapi hantaman  bertubi-tubi oleh angin topan di sisi selatan/tenggara Amerika Serikat. Menyaksikan hancurnya prospek perekonomian Amerika,  Bursa Saham New York pun, tak terelakkan, runtuh, demikian pula pemerintahan federal AS dan segenap negara bagiannya yang telah tenggelam ke dalam utang yang menggunung. Lalu  bangsa Amerika akan sibuk saling  baku-bantai antara kelompok-kelompok yang bermusuhan.  Lalu huru hara yang sangat dahsyat ini menyebar ke seluruh dunia. wallahua’lam.

Bagi kita di Indonesia, jika kejadiannya seperti yang kami perkirakan, maka nampaknya ini memberi  sebuah isyarat  penting: Jarak waktu antara gempabumi pertama dengan meletusnya supervolcano Yellowstone kelak tak lama lagi di Amerika akan menjadi isyarat  bagi jarak waktu, kurang-lebih, antara gempabumi besar pertama di negeri kita dengan meletusnya supervolcano Broken Ridge di Samudera Hindia Selatan. Itulah kesempatan terakhir untuk mempersiapkan diri secara rohani. wallahua’lam.

Sungguh Allah Yang Maha Penyayang telah menjadikan musibah di negeri kaum  kafir sebagai  isyarat  bagi kaum yang beriman untuk melakukan persiapan dengan sebaik-baiknya. wallahua’lam.

Lha kalo ternyata tidak meletus pada tanggal yang diperkirakan? Emang gua pikirin!

Kesimpulan

  • Komunisme akan tetap menjadi bahaya laten bagi masyarakat kita. Meremehkan bahaya komunisme, apalagi mengingkarinya, benar-benar sebuah kesalahan yang dapat berakibat fatal.

  • Jika saat ini, dalam keadaan aman dan damai, kita  menyaksikan mereka dengan damai menyusupi partai-partai dan lembaga-lembaga negara dengan leluasa untuk ditunggangi guna menjalankan visi dan misi mereka, maka bagaimana  jika keadaan telah super darurat? Mereka akan main kasar, sangat kasar! Sekali komunis selamanya mereka komunis, menghalalkan segala cara, seperti bapak ideologisnya, Karl Marx yang Yahudi, pelanggar segala peraturan dari langit. Kini kita telah melihat bahwa mereka tengah mempersiapkan diri untuk melakukan pre-emptive strike.

  • Partai-partai dengan segala perangkat sistem dan prosedur mereka terbukti mudah ditembus kaum komunis. Hal ini karena partai-partai itu berorientasi pada upaya menarik simpati masyarakat, sehingga mereka berkepentingan merekrut orang-orang yang sudah dikenal di masyarakat, orang-orang yang bercitra berani, revolusioner dan berbagai citra yang menarik lainnya bagi masyarakat, disesuaikan dengan segemen pemilih yang hendak mereka bidik. Panggung politik telah berubah menjadi panggung opera sabun. Akhirnya peluang untuk salah pilih menjadi sangat besar.

  • Partai-partai yang “dimiliki” mantan petinggi militer, bukan jaminan bahwa mereka imun dari penetrasi kaum komunis. Setidak-tidaknya sudah ada bukti. Demikian pula dengan institusi-institusi negara yang memiliki fleksibilitas dalam merekrut para staf. Maka konon lagi partai-partai yang “dimiliki” ibu rumah tangga, pebisnis, selebritis, pembual, dan lain-lainnya. Maka sistem kepartaian layak dihapus.

  • Ketika  keadaan darurat telah menjelang, di tengah lembaga-lembaga vital negara yang mengalami pembusukan sangat parah, maka pilihan untuk menjadikan TNI yang lebih berpengalaman dalam menangani keadaan darurat sebagai bagian utama, tulang punggung, dari sistem politik negeri ini menjadi suatu keniscayaan. Terlebih lagi, TNI berorientasi pada tugas negara, bukan pada pencitraan dan jajak pendapat.

  • Bagi TNI tidak boleh ada sikap ragu untuk bertindak. Jika telah nampak tanda-tanda bahwa akan terjadi gerakan, makar, musuh harus segera disikat tanpa ampun. Insya Allah segenap kaum Muslimin akan bersama TNI seperti pada 1966.

  • Bagi para pemimpin di Dunia Islam yang tak pernah lelah memainkan sandiwara babak demi babak, tak ada lagi yang dapat mereka mainkan kecuali mengintip kemajuan pekerjaan para ilmuwan Amerika dalam mengebor supervolcano Yellowstone dan menyemprotkan air ke dalam ruang magmanya, guna mencegah meletusnya gunung berapi raksasa itu.

Saran

Kami menyarankan kepada segenap kaum Muslimin untuk melakukan “Operasi Pagar Betis.” Tepatnya, terus mengarahkan lampu sorot guna memantau posisi dan aktivitas kaum komunis itu dengan tepat dan cermat, serta melakukan analisis yang mendalam. Sebagai sebuah latihan, cobalah para jurnalis Muslim membuat analisis yang mendalam tentang penyimpangan penyaluran dana desa. Pilihlah beberapa kasus kebocoran dana desa, lalu lakukan investigasi pada para pendampingnya, sebab kebocoran, serta kemana dana yang bocor itu mengalir.

Wallahua’lam bishawwab

  
Catatan:

Kami tahu, bahwa ketika kami menulis kalimat “seorang santri membunuh Brigjen Mallaby” atau “Emang gue pikirin,” sebagian orang seketika akan mengatakan, “Lihat orang ini menerima kode dari Panglima TNI.” Iya, kan? Karena kalimat itu pernah diucapkan Panglima TNI. Lalu sebagian orang mengira-ngira bahwa ternyata orang ini penulis bayaran untuk memromosikan Panglima TNI sebagai presiden. Iya, kan? Maka kami katakan, kerahkan segenap perkakas penyelidikan yang mereka miliki untuk memeriksa apakah ada hubungan di antara kami, niscaya mereka akan kecewa.

Kami berharap orang-orang yang berburuk sangka kepada Panglima TNI merenungkan kembali naskah kami terdahulu dan naskah ini. Seandainya tebakan kami tentang Yellowstone benar, maka boleh jadi mereka akan menjadi orang-orang pertama yang merengek-rengek, meminta Panglima untuk menjadi pemimpin. Bukankah kita telah melihat baru mengalami krisis skala ecek-ecek pada 2016 akibat kasus Ahox saja, sebagian orang sudah menulis di situs-situs berita, “Pak Panglima, kami menunggu perintah Bapak,” atau, “Bangsa ini hampir pecah, Bapak harus memimpin bangsa ini,” dan lain-lainnya yang senada. Mereka sudah lupa rupanya. Maka tulisan kami adalah tulisan yang sangat wajar dari seorang warga negara biasa yang menginginkan kebaikan terhadap negaranya.

Lalu muncul rekaman ceramah Panglima TNI dalam pertemuan para purnawirawan. Apakah mereka tidak melihat bahwa rekaman tersebut telah dipotong-potong, dihapus di sana-sini,  lalu disambung kembali sehingga terbaca sangat ganjil. Apakah mereka sedemikian naifnya sehingga mudah ditipu, bahwa tujuan dari pelepasan rekaman yang dicacah-cacah itu adalah untuk menghancurkan kredibilitas Panglima TNI? Kasus ini mirip dengan kasus bocornya rekaman pembicaraan antara Presiden dan Jaksa Agung pada masa reformasi. Masih ingat?

Sungguh kami merasa sedih terhadap sangkaan-sangkaan yang tidak jujur yang menimpa Panglima TNI. Tetapi kami berharap beliau menerima semua yang menimpanya dengan santai saja, seperti ucapannya, “Emang gue pikirin.”

Sesungguhnya sebagian dari analisis kami didasarkan pada analisis terhadap ucapan orang-orang terkemuka yang terasa ganjil. Karena terbiasa, kami sedikit banyak dapat membedakan apakah ucapan itu benar-benar datang dari dirinya atau bukan. Kalau bukan, sedangkan ia dalam keadaan sadar, maka niscaya ucapan itu datang dari Malaikat. Jika ia datang dari Malaikat, maka niscaya ia mengandung hikmah. Jika seseorang mengetahui hikmah dari sebuah ucapan yang datang dari Malaikat, maka sebuah tabir rahasia akan terkuak. Terkadang kami dapat merasakan pada diri kami sendiri, bahwa ada ucapan yang keluar bukan datang dari diri kami. Anda perlu memiliki perasaan yang sangat tajam untuk mendeteksi hal ini.

Satu hal yang perlu kami sampaikan. Kami hanya menulis jika ada hal yang sangat penting untuk diketahui kaum Muslimin, yang kami kira belum mereka ketahui, bukan untuk mencari sensasi. Kami tidak mulai menulis kecuali memulai dengan sholat istikharah. Kebenaran dari keputusan untuk menulis itu akan terlihat ketika data-data dan informasi yang dibutuhkan seakan-akan datang sendiri ke hadapan kami karena sedemikian mudahnya kami peroleh, seakan-akan sengaja dipersiapkan untuk kami.

Ketika dalam proses penulisan, terkadang kami mengalami hal-hal yang luar biasa. Sebagai contoh, ketika tengah menulis tentang Ikhwanul Muslimin, layar komputer kami tiba-tiba berubah menjadi merah. Kami mencoba memahami arti dari kejadian ini, lalu menafsirkan bahwa tulisan kami perlu lebih bernada  “marah” lagi kepada IM, jadi nada tulisan kami pun lebih kami keraskan, lebih kasar. Tetapi kami tidak bisa terlalu kasar, karena bagaimanapun kami tetap mengganggap mereka adalah saudara di dalam agama Islam. Keesokan harinya kami mengalami kejadian yang tak enak, seperti biasa jika ada bagian dari tulisan kami kurang pas, yaitu kami terbangun dalam keadaan adzan subuh sudah terdengar. Kami menjadi sangat terburu-buru ke masjid, ada rasa kesal. Rupanya kami masih harus “mengejek” IM dengan  lebih keras lagi. Jadi respek apa lagi yang tersisa bagi harakah Ikhwanul Muslimin?

Ketika naskah telah selesai ditulis, sebelum diposting, kami kembali melakukan sholat istikharah. Hal ini karena terkadang muatan dalam tulisan itu sangat berat, beresiko tinggi, dapat membawa kepada kematian, sehingga jika hal itu terjadi, kami berharap ia terjadi di atas keridhaan Allah.

Mudah-mudahan Allah tidak menilai pernyataan ini sebagai perbuatan riya’.

Abu Laila Abdurrahman