Jumat, 07 Desember 2012

Posting Terakhir



Ada waktu untuk bertemu dan ada pula waktu untuk berpisah. Kiranya inilah waktu untuk mengucapkan salam perpisahan, setelah sempat menundanya sekali. 

Menyertai salam perpisahan ini, kami memutuskan untuk menghibahkan dua naskah kami, yaitu:    
  • Menyongsong Badai Matahari di Negeri Cincin Api
  • Runtuhnya Jembatan Kukar: Koreksi untuk Tim Ahli

Kedua naskah di atas pada hakekatnya saling terkait, khususnya dalam cara bagaimana kami memulainya.

Sesungguhnya pada awalnya kami tidak berniat untuk menulis naskah pertama (Menyongsong Badai Matahari) melainkan sekedar tulisan singkat seperti biasanya yang hanya cocok untuk di posting di blog ini, tidak lebih. Akan tetapi, “pancingan” demi “pancingan” yang menghampiri kami membuat kami terdorong untuk menuntaskannya hingga menjadi sebuah naskah yang komprehensif, sehingga cocok untuk diterbitkan menjadi sebuah buku. Kami membutuhkan waktu satu bulan untuk menyelesaikannya. Lalu setelah mengirimkan naskah tersebut kepada situs nulisbuku.com, kami pun mengira bahwa kami telah menyelesaikan“tugas” tersebut.

Akan tetapi betapa terkejutnya kami ketika kira-kira seminggu kemudian, di suatu pagi, ketika membuka sebuah situs berita, kami menjumpai headline berita berjudul “Keping Puzzle Belum Ditemukan.” Sebagaimana diketahui, kami menggunakan istilah “keping puzzle” pada naskah “Menyongong Badai Matahari” untuk mewakili teka-teki yang akan dicari jawabannya. Kami terheran-heran,  bagaimana mungkin situs berita tersebut, yang sama sekali tidak ada hubungan apa pun dengan kami, seakan-akan sedang bermain-main dengan kami; seakan-akan ia mengingatkan bahwa pekerjaan kami belumlah selesai. Setelah beberapa saat terheran-heran, akhirnya mengertilah kami, bahwa headline berita yang sangat menyolok itu, dengan ukuran huruf dua kali lebih besar dari ukuran biasanya, barangkali, wallahua’lam, hanya kamilah yang dapat membacanya dalam bunyi: “Keping Puzzle Belum Ditemukan.” Barangkali para pembaca lainnya akan membaca judul yang “asli” sebagaimana yang disusun oleh redaktur situs berita tersebut. Wallahu’alam. Maka mengertilah kami, bahwa kami belum menuntaskan tugas kami.

Bagaimana kami mengetahui tugas berikutnya? Setelah menuntaskan naskah pertama di atas, sebenarnya kami hanya ingin menulis sebuah artikel ringkas  guna membantah seseorang yang telah menjadikan sebuah hadits tentang hubungan antara petir dan malaikat, yang ia pelajari ketika belajar di dalam manhaj salaf, sebagai alasan baginya untuk murtad dari agama Islam! Ia menganggap hadits tersebut bertentangan dengan sains, lalu dengan akalnya yang mungil itu ia menolak hadits tersebut dan murtad!

Sungguh, betapa besarnya musibah yang menimpa negeri ini, karena betapa banyaknya lulusan dari perguruan-perguruan tinggi sekular terkemuka mempunyai pola pikir seperti ini. Mereka adalah cerminan dari para pengajarnya, para profesor yang sombong dan rusak, produk dari metoda pendidikan sekuler yang rusak. Bagaimana tidak dikatakan sombong dan rusak, ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam telah menjelaskan bahwa ilmu yang diberikan kepada manusia itu besarnya tidak lebih banyak dari air yang melekat pada jarum yang dimasukkan ke dalam lautan, lalu dengan dengan ilmu yang kurang dari setetes itu ia berani “menilai”  Dzat yang memiliki lautan ilmu yang tak terbatas? Maka jika ada yang mengira bahwa para lulusan dari metoda pendidikan sekuler yang rusak ini dapat memperbaiki keadaan negeri ini, sesungguhnya orang ini pun telah rusak! Siapa pun dia! Sekali lagi: siapa pun dia orangnya!

Jadi,  dalam konteks seperti inilah akhirnya kami mengubah tulisan ringkas itu menjadi sebuah naskah yang komprehensif dan tuntas. Kami hendak menunjukkan kepada orang yang murtad ini dan orang-orang yang semisal dengannya, bahwa bahkan dengan dalil yang sama persis kami justru dapat mengalahkan argumentasi dari orang-orang yang paling terkemuka dalam dunia teknik sipil, sebagai wakil dari ilmuwan rasional-sekuler yang kami bidik, dalam suatu kasus yang menjadi perhatian masyarakat di negeri ini bahkan dunia. Sesungguhnya Allah-lah yang menghendaki agar kami mengalahkan para sekularis itu!

Beberapa bulan telah berlalu, dan ratusan orang telah membaca ringkasan kedua buku tersebut pada situs nulisbuku.com, tetapi kami tak menjumpai seorang pun yang memesannya. Kami mencoba untuk memahami masalah ini dengan benar. Maka kami pun mengerti, bahwa Allah tengah menawarkan yang terbaik bagi kami, mewujudkan doa yang selalu kami panjatkan:

"Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shalih yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri".(QS 46: 15)

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan pilihan yang mudah bagi kami. Alih-alih mendapatkan keuntungan duniawi yang tidak seberapa dan entah kapan pula terwujudnya,  kami lebih memilih untuk sebuah keuntungan yang pasti dan kekal, dengan menjadikannya sebagai amal shalih, semata-mata mengharapkan keridhaan Allah, bagi kehidupan akhirat kami. Maka atas dasar inilah kami menghibahkannya kepada kaum Muslimin. Kedua naskah ini, sebagaimana naskah-naskah lain yang kami hibahkan, bebas untuk dikopi, didistribusikan, bahkan diperjualbelikan. Tak ada kewajiban apa pun bagi orang-orang yang mengambil manfaat dari naskah-naskah tersebut kecuali menjaga keotentikannya, tidak mengubah-ubah isinya.

Akhirnya kami memohon maaf kepada para pembaca untuk kalimat-kalimat kami yang tidak patut yang tersebar di dalam blog ini, dan mengakhiri tulisan kami dengan doa:

Subhanakallahumma wabihamdika, asyhaduanla ilaaha ilaa anta, astaghfiruka wa’atubu ilaih.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh