Beberapa
waktu yang lalu kami membaca sebuah artikel berjudul “The Assassination of RFK:
A Time for Justice! (Pembunuhan RFK: Waktunya bagi Keadilan!)” oleh Frank
Morales muncul pada situs Global Research, 16 Juni 2012. Morales menuturkan
kisah pembunuhan bernuansa politik Senator Amerika Serikat Robert F. Kennedy
(RFK) oleh Sirhan Bishara Sirhan, seorang Kristen Yordania pada 5 Juni 1968.
Robert F. Kennedy adalah adik mendiang Presiden John F. Kennedy yang juga tewas
dibunuh beberapa tahun sebelumnya semasa masih menjabat sebagai Presiden AS.
Setelah berlalu waktu sedemikian lama, setelah terdakwa divonis bersalah oleh
pengadilan dan telah menjalani hukumannya di penjara selama 44 tahun, kasus ini
hendak dibuka kembali kerena pengacaranya menemukan bukti-bukti baru
berdasarkan keterangan para saksi di bawah sumpah serta penjelasan para ahli
bahwa secara teknis autopsi dan psikologis Sirhan tidak mungkin membunuh RFK.
Hal
yang ingin digarisbawahi di sini, dengan tidak mengesampingkan keterangan para
saksi yang juga menyanggah versi resmi dari peristiwa pembunuhan itu, adalah
bahwa saksi-saksi ahli dapat menunjukkan bahwa Sirhan memang telah melepaskan
tembakan yang sebenarnya tidak mematikan, akan tetapi itu dilakukannya di bawah
sadar, di bawah pengaruh kekuatan
hipnotis. Kemampuan melakukan cuci otak dan pengendalian manusia melalui
hipnotis adalah di antara spesialisasi dari CIA, Badan Intelejen Pusat AS.
Cerita
ini pada akhirnya mengingatkan kami pada peristiwa pembunuhan Raja Faisal dari
Arab Saudi pada 1975, yang memunculkan pertanyaan: Apakah Raja Faisal juga dibunuh
dengan modus yang sama? Lalu kami membuka berita-berita yang berhubungan dengan
peristiwa tersebut melalui google serta melakukan analisis hingga akhirnya kami
sampai pada kesimpulan, bahwa metode pada kedua pembunuhan tersebut adalah
identik.
Untuk
sampai pada kesimpulan ini, pada posting kali ini pertama-tama kami memperkenalkan
Project MKULTRA, sebuah proyek pengendalian pikiran manusia oleh CIA. Kemudian
kami menunjukkan aplikasi dari hasil-hasil eksperimen Project MKULTRA tersebut pada
proses pembunuhan RFK. Pada bagian ini kami hanya mengutip bagian-bagian yang berhubungan
dengan Project MKULTRA dari peristiwa pembunuhan RFK. Selanjutnya kami
menggunakan kasus pembunuhan RFK sebagai framework guna menganalisis peristiwa
pembunuhan Raja Faisal.
Proyek MKULTRA (Wikipedia)
Proyek
MKULTRA, atau MK-ULTRA , adalah nama kode untuk sebuah eksperimen rahasia dan ilegal oleh Badan Intelejen AS, CIA, terhadap manusia. Program resmi pemerintah
AS ini dimulai pada awal 1950-an, terus
berlanjut setidaknya sampai akhir 1960-an, dengan menggunakan warga Amerika
Serikat dan Kanada sebagai subyek pengujian-eksperimennya.
Bukti
yang dipublikasikan menunjukkan bahwa Proyek MKULTRA melibatkan penggunaan berbagai
metodologi untuk memanipulasi keadaan mental seseorang dan mengubah fungsi-fungsi otak, termasuk
penanganan secara diam-diam terhadap
obat-obatan dan bahan-bahan kimia lainnya, hipnotis, penghilangan
kepekaan, pengisolasian, pelecehan secara verbal dan seksual, serta berbagai bentuk penyiksaan.
Proyek
MKULTRA pertama kali dibuka ke masyarakat luas pada tahun 1975 oleh DPR AS, melalui investigasi oleh Komite Gereja, dan oleh suatu komisi kepresidenan
yang dikenal sebagai Komisi Rockefeller. Upaya-upaya investigasi terhambat
oleh kenyataan bahwa Direktur CIA Richard Helms memerintahkan semua dokumen
MKULTRA untuk dihancurkan pada tahun 1973; penyelidikan oleh Komite Gereja dan
Komisi Rockefeller mengandalkan pada kesaksian di bawah sumpah dari peserta
yang terlibat langsung serta dari dokumen yang berjumlah relatif sedikit yang
selamat dari penghancuran oleh perintah Helms tersebut.
Pada
tahun 1977, sebuah Undang-undang Kebebasan Informasi memerintahkan
dibukanya timbunan dari 20.000 dokumen yang berkaitan dengan proyek
MKULTRA, yang kemudian menyebabkan dilakukannya dengar pendapat oleh Senat pada
tahun yang sama. Pada Juli 2001 kebanyakan
informasi tentang MKULTRA resmi dinyatakan bukan lagi rahasia.
Meskipun
CIA menegaskan bahwa eksperimen-eksperimen semacam MKULTRA telah ditinggalkan,
seorang veteran CIA yang telah bertugas selama 14 tahun, Victor Marchetti, menyatakan dalam berbagai wawancaranya
bahwa CIA secara rutin melakukan kampanye disinformasi dan bahwa
penelitian pengendalian pikiran CIA masih terus berlanjut. Dalam wawancara
pada 1977, Marchetti secara khusus menyebut bahwa klaim CIA bahwa MKULTRA telah ditinggalkan
adalah sebuah "cerita bohong."
Pada
sidang Senat pada 1977, Senator Ted Kennedy mengatakan:
Deputi
Direktur CIA mengungkapkan bahwa lebih dari tiga puluh universitas dan lembaga
terlibat dalam program "pengujian dan eksperimen yang luas" termasuk
pengujian narkoba secara terselubung pada sejumlah warga tanpa mereka
sadari" pada semua tingkatan sosial, baik
kelas atas maupun bawah, warga Amerika asli maupun
asing." Beberapa dari pengujian ini melibatkan pemberian LSD untuk "subyek-subyek secara diam-diam dalam
berbagai situasi sosial." Setidaknya satu kematian, yaitu Dr Olson, terjadi dari kegiatan-kegiatan
ini. Badan Intelejen sendiri mengakui bahwa pengujian-pengujian ini kurang
terkategori ilmiah. Para agen yang melakukan pemantauan bukanlah pengamat
ilmiah yang berkualitas....
Dipimpin
oleh Sidney Gottlieb, proyek MKULTRA
dimulai atas perintah Direktur CIA Allen Dulles Welsh pada 13
April 1953, terutama sebagai tanggapan atas dugaan bahwa Soviet, Cina,
dan Korea Utara menggunakan
teknik pengendalian pikiran pada tawanan perang AS di Korea. CIA ingin
menggunakan metode yang serupa pada tawanan mereka sendiri. CIA juga
tertarik agar dapat memanipulasi para pemimpin asing dengan teknik-teknik
seperti itu, dan kemudian berharap dapat menemukan beberapa program
untuk meracuni Fidel Castro …
Salah
satu dari dokumen MKULTRA 1955 memberikan indikasi ukuran dan berbagai macam
percobaan; dokumen ini mengacu pada studi-tudi dari berbagai macam zat pengubah
pikiran yang digambarkan sebagai berikut:
- Zat-zat yang akan merangsang pemikiran tidak logis dan impulsif sampai titik di mana pemakainya akan tercemar nama baiknya di depan umum.
- Zat-zat yang dapat meningkatkan efisiensi dari pemikiran dan persepsi.
- Bahan-bahan yang akan menyebabkan korban mencapai kedewasaan dengan lebih cepat / lebih lambat.
- Bahan yang akan meningkatkan efek memabukkan dari alkohol.
- Bahan yang akan menghasilkan tanda-tanda dan gejala-gejala penyakit untuk sementara sehingga dapat digunakan untuk berpura-pura sakit, dll.
- Bahan-bahan yang akan menyebabkan kerusakan otak dan kehilangan memori secara sementara / permanen.
- Zat-zat yang akan meningkatkan kemampuan individu dalam menahan penderitaan, penyiksaan dan pemaksaan selama interogasi serta apa yang disebut "cuci otak".
- Bahan-bahan dan metode-metode fisik yang akan menghasilkan amnesia terhadap peristiwa-peristiwa sebelum dan selama penggunaannya.
- Metoda-metoda fisik yang dapat menghasilkan rasa kaget dan kebingungan untuk waktu yang lama dan digunakan secara diam-diam.
- Zat-zat yang dapat menghasilkan cacat fisik seperti kelumpuhan kaki, anemia akut, dll.
- Zat-zat yang akan menghasilkan zat kimia yang dapat menyebabkan luka lecet.
- Zat-zat yang dapat mengubah struktur kepribadian seseorang sedemikian rupa sehingga meningkatkan kecenderungan untuk bergantung pada orang lain.
- Suatu bahan yang akan menyebabkan kebingungan mental sedemikian rupa sehingga seseorang yang berada di bawah pengaruhnya akan merasa sulit untuk berbohong selama interogasi.
- Bahan-bahan yang akan menurunkan ambisi dan efisiensi kerja orang secara umum bila diberikan dalam jumlah yang tidak terdeteksi.
- Bahan-bahan yang dapat meningkatkan kelemahan atau kekacauan penglihatan atau pendengaran, tidak secara permanen.
- Pil yang dapat membuat pingsan yang dapat dicampur secara diam-diam ke dalam minuman, makanan, rokok, aerosol, dll, yang akan aman untuk digunakan, membuat amnesia secara maksimum, dan cocok untuk digunakan oleh agen-agen untuk sementara waktu.
- Sebuah bahan yang dapat dimasukkan secara diam-diam melalui cara-cara di atas dan dalam jumlah yang sangat kecil yang membuat seseorang tidak mungkin untuk melakukan aktivitas fisik.
Eksperimen-eksperimen
Dokumen-dokumen
CIA menunjukkan bahwa cara-cara "kimiawi, biologis dan radiologis"
diselidiki untuk tujuan pengendalian pikiran sebagai bagian dari Proyek MKULTRA.
Obat-obatan
LSD
Awal
upaya CIA difokuskan pada LSD, yang selanjutnya mendominasi banyak
program MKULTRA.
Setelah
Proyek MKULTRA resmi berlangsung pada April 1953, eksperimen-eksperimen
termasuk pemberian LSD untuk karyawan-karyawan CIA, personil militer, para
dokter, agen-agen pemerintah lainnya, para pelacur, para pasien penyakit mental, dan
anggota-anggota masyarakat umum dilakukan guna mempelajari reaksi
mereka. LSD dan obat-obatan lain yang biasanya diberikan tanpa
sepengetahuan subyek atau pemberitahuan, merupakan pelanggaran terhadap Kode Nuremberg karena AS telah
setuju untuk mengikutinya setelah Perang Dunia II . Tujuannya
adalah untuk menemukan obat-obatan ampuh yang dapat menghapus sama sekali
pikiran subyek dan memrogramnya sebagai "agen robot."
Upaya
untuk “merekrut” sasaran seringkali ilegal, meskipun penggunaan LSD adalah
legal di Amerika Serikat hingga 6 Oktober 1966. Dalam Operasi Midnight Climax, CIA menentukan
beberapa rumah pelacuran di San Francisco, California, guna memilih
pria-pria yang akan dibuat sangat malu untuk berbicara tentang perbuatan mereka. Orang-orang
itu diberi LSD, rumah pelacuran dilengkapi dengan cermin dua arah, dan
sesi-sesi (persetubuhan) difilmkan untuk dilihat dan dipelajari. Dalam
percobaan-percobaan lainnya di mana orang-orang diberi LSD tanpa sepengetahuan
mereka, mereka diinterogasi di bawah lampu terang dengan para dokter di bagian
belakang membuat catatan. Subyek diberitahu bahwa penderitaan mereka akan
diperpanjang tanpa batas waktu jika mereka menolak untuk mengungkapkan rahasia
mereka. Orang-orang yang diinterogasi dengan cara ini adalah karyawan CIA,
personel militer AS dan agen-agen yang dicurigai bekerja untuk pihak lain dalam
Perang Dingin. Dari sini muncul kelemahan jangka panjang dan sejumlah
kematian.
Kantor
Keamanan menggunakan LSD dalam proses interogasi, tapi Dr Sidney Gottlieb, ahli
kimia yang memimpin MK-ULTRA, memiliki ide-ide lain: dia mengira itu bisa
digunakan dalam operasi-operasi rahasia. Karena efeknya bersifat
sementara, ia percaya hal itu bisa diberikan kepada para pejabat tinggi dan ini
akan berdampak pada jalannya pertemuan-pertemuan penting, pidato-pidato, dll.
Sejak ia menyadari bahwa ada perbedaan dalam pengujian obat-obatan di
laboratorium dan menggunakannya dalam operasi-operasi rahasia, dia memulai
serangkaian eksperimen di mana LSD diberikan kepada orang-orang secara
"normal" tanpa peringatan. Pada awalnya, semua orang di Layanan
Teknis mencobanya; sebuah eksperimen khusus melibatkan dua orang di sebuah
ruangan di mana mereka saling mengamati satu sama lain selama berjam-jam dan
membuat catatan. Ketika eksperimen berlanjut, tercapai suatu titik di mana
agen-agen dirangsang tanpa penjelasan apapun dan kejutan-kejutan yang terjadi
menjadi semacam risiko pekerjaan di antara para agen CIA. Efek samping
sering terjadi, misalnya seorang petugas
yang telah menerima suatu obat
dalam minuman kopinya, menjadi psikotik dan berlari-lari di Washington,
melihat sosok rakasa di setiap mobil yang melewatinya. Insiden seperti itu
menegaskan kembali bahwa LSD adalah senjata yang berbahaya tetapi itu justru
membuat mereka semakin antusias. Percobaan-percobaan terus berlanjut
bahkan setelah Dr Frank Olson, seorang ilmuwan
militer yang belum pernah menggunakan LSD sebelumnya, mengalami depresi berat
setelah sebuah perjalanan yang tiba-tiba
dan kemudian bunuh diri.
Beberapa
orang berpartisipasi berdasarkan kesepakatan, dan dalam kasus-kasus ini mereka
nampaknya dipilih bahkan untuk eksperimen-eksperimen yang lebih
ekstrim. Dalam satu kasus, relawan diberi LSD selama 77 hari
berturut-turut.
Pada
akhirnya LSD dihentikan oleh para peneliti MKULTRA karena hasilnya terlalu tidak
dapat diduga. Mereka telah menyerah pada gagasan bahwa LSD adalah
"rahasia yang akan membuka kunci alam semesta" tetapi ia masih
memiliki tempat di dalam arsenal pelaku operasi terselubung, tetapi sebelum
1962, CIA dan tentara telah mengembangkan serangkaian superhalusinogen seperti
BZ yang sangat dipuji itu, yang dianggap sangat menjanjikan sebagai senjata
pengendali pikiran. Hal ini mengakibatkan penarikan dukungan dari para
akademisi dan peneliti swasta dan penelitian LSD menjadi semakin tidak mendapat
prioritas.
Obat-obatan lain
Teknik-teknik
lain yang diteliti adalah memberikan barbiturat IV ke salah satu lengan dan amfetamin IV ke lengan yang
lain. Barbiturat ini pertama-tama
diberikan kepada seseorang, dan segera setelah orang itu mulai tertidur,
diberikan amfetamin. Orang tersebut kemudian akan mulai mengoceh tak
jelas, dan kadang-kadang memungkinkan untuk mengajukan pertanyaan dan
mendapatkan jawaban yang bermanfaat.
Percobaan-percobaan yang lain melibatkan
obat-obatan seperti temazepam (digunakan
di bawah nama kode MKSEARCH), heroin, morfin, MDMA, meskaline,
psilosibin,
skopolamin,
ganja, alkohol, sodium pentotal , dan ergine
(dalam Subproyek 22 ).
Hipnotis
Dokumen-dokumen
MKULTRA yang telah dinyatakan terbuka menunjukkan bahwa hipnotis dipelajari pada
awal 1950-an. Tujuan-tujuan eksperimennya termasuk: penciptaan "rasa cemas melalui hipnotis,"
"meningkatkan kemampuan belajar dan mengingat materi tertulis kompleks
melalui hipnotis," mempelajari hipnotis dan pengujian poligrafi, "meningkatkan kemampuan untuk mengamati
dan mengingat pengaturan kompleks objek fisik melalui hipnotis," dan
mempelajari "hubungan antara
kepribadian dan kerentanan terhadap hipnotis."
Percobaan-percobaan dilakukan dengan hipnotis melalui obat dan dengan
amnesia anterograde dan retrograde selagi di bawah pengaruh obat-obatan
tersebut.
Eksperimen-eksperimen Kanada
Percobaan-percobaan dilakukan di Kanada ketika CIA merekrut psikiater Skotlandia Donald Ewen Cameron, pencipta konsep "mengemudi psikis," yang ole CIA
dianggap sangat menarik. Cameron telah berharap dapat memperbaiki penyakit
skizofrenia dengan menghapus ingatan yang ada dan memrogram ulang
jiwa. Dia bolak-balik dari Albany, New York ke Montreal setiap
minggu untuk bekerja di Allan Memorial
Institute di Universitas McGill dan
dibayar $69.000 dari 1957-1964 untuk melaksanakan eksperimen MKULTRA di
sana. Selain LSD, Cameron juga bereksperimen dengan berbagai obat lumpuh
serta terapi elektrokonvulsif pada 30-40 kali kekuatan
normal. Percobaan-percobaannya dalam "mengemudi" terdiri dari membuat
subyek dalam keadaan koma dengan obat selama berminggu-minggu pada sekali waktu
(sampai tiga bulan dalam satu kasus) sambil memainkan rekaman suara
yang terus diputar atau pernyataan sederhana yang diulang-ulang. Eksperimen-eksperimennya
biasanya dilakukan pada pasien-pasien yang masuk ke Allan Memorial Institute untuk
masalah-masalah kecil seperti gangguan kecemasan dan depresi pasca-melahirkan,
yang banyak dari mereka akhirnya menderita secara permanen akibat percobaannya
itu. Pengobatan yang dilakukannya mengakibatkan korban mengalami inkontinensia, amnesia, lupa
bagaimana berbicara, lupa pada orang tua mereka, dan mengira interogator mereka adalah orang tuanya.
Karyanya diilhami oleh dan disejajarkan
dengan psikiater Inggris William Sargant di Rumah Sakit St Thomas, London, dan Rumah Sakit Belmont, Surrey, yang juga
terlibat dalam Dinas Intelijen dan bereksperimen secara luas pada
pasien-pasiennya tanpa persetujuan mereka, yang menyebabkan kerusakan serupa
dalam jangka panjang…
Selanjutnya
kita akan melihat bagaimana sejumlah metode hasil Proyek MKULTRA di atas diterapkan
pada pembunuhan RFK.
The Assassination of RFK: A Time for
Justice! (Pembunuhan RFK: Waktunya bagi Keadilan!) (Situs Global Research,
16 Juni 2012)
Kira-kira setahun yang lalu, pada 23 April 2011, pengacara
Dr William Pepper dan rekannya, Laurie Dusek, mengajukan catatan tambahan 58
halaman kepada Andrew J. Wistrich, Hakim Magistrat Amerika Serikat, Pengadilan
Distrik AS, Distrik Pusat California, berbunyi: "mengajukan permohonan
pembebasan" atas nama Sirhan. Secara
ringkas… mereka meminta sebuah tinjauan ulang dan menyeluruh dari semua
bukti dalam kasus ini, termasuk kesaksian baru dan ekspositoris yang mengancam batalnya
versi cerita resmi…
Untuk menyegarkan ingatan kita bersama: Robert Kennedy,
beberapa saat setelah memenangkan tahap pendahuluan pemilihan presiden di
Negara Bagian California 1968 pada malam 5 Juni 1968, menyampaikan pidato
kemenangannya di panggung di Ruang Embassy Hotel Ambassador di pusat kota Los Angeles. Sekitar tengah malam, ia dan
rombongannya meninggalkan panggung diiringi tepuk tangan penuh kegembiraan
pendukungnya dan dibimbing menuju ke
bagian pantry hotel di mana ia terus menyapa para pekerja staf dan lain-lainnya
di sana.
Tiba-tiba terdengar tembakan di tengah kepadatan
pengunjung, di daerah tertutup di sekitar Senator dan dalam sekejap mata orang
yang dianggap sebagai pewaris kursi Kepresidenan, calon presiden yang
berkomitmen bagi perdamaian, hak-hak sipil dan keadilan sosial, tengah
terbaring terluka parah di lantai dapur. Dengan
kekacauan dan kebingungan yang terjadi di sekitarnya, seorang pemuda, Sirhan
Sirhan ditangkap, dengan pistol masih berasap di tangannya, kira-kira 3-7 meter
di depan Senator yang terluka, dibanting ke tanah sementara Kennedy terbaring
berlumuran darah. Bergegas keluar
dari hotel untuk dibawa ke rumah sakit terdekat, RFK dinyatakan meninggal pada
1:44 AM hari berikutnya…
Untuk meringkas….dua dokter terpercaya, membenarkan otopsi bahwa
Robert Kennedy dibunuh oleh seseorang yang berdiri di belakang Senator dan agak
ke kanan, ditembak dari belakang, dari belakang dan dari dekat, fatal, di
belakang telinga kanan.
Sekarang masalahnya dengan fakta ini adalah bahwa ia
cenderung melemahkan versi resmi dari peristiwa tersebut, sebuah paradigma
pembunuh tunggal. Kontradiksi yang
menyeruak dari cerita resmi pembunuhan RFK adalah bahwa Pepper dan Dusek mengajukan
kesaksian di bawah sumpah dari "12
saksi penembakan RFK yang mendukung pernyataan bahwa Sirhan Sirhan berada di
depan Senator AS Robert Kennedy ketika Sirhan melepaskan tembakannya di
pantry," sehingga tidak mungkin bagi Sirhan untuk melepaskan tembakan
fatal (di belakang telinga kanan)…
Jadi,
sejumlah tembakan yang dilepaskan, orang-orang berteriak, massa yang histeris,
dan Sirhan sendiri, dengan pistol di tangan, menembak dari posisi yang tidak
konsisten dengan luka Kennedy, yang tidak begitu ingat berada di sana.
Bagaimana hal ini mungkin terjadi? Apakah
dapat dibayangkan bahwa ia dimanipulasi untuk melakukan tindakan seperti itu
yang bertentangan dengan sifat alaminya yang ia tidak akan mampu, setelah
bertahun-tahun, dengan jelas mengingat kembali? Apakah pengendalian
pikiran semacam ini dimungkinkan?
"Apakah
mungkin untuk menguasai pikiran seseorang sampai-sampai orang yang tidak sadar
akan melakukan tindakan antisosial atau kriminal lain, dan kemudian mengalami
amnesia untuk tindakan-tindakannya itu? Ini adalah topik yang saya (Alan
W. Scheflin) akan membahas dalam Deklarasi saya."
"Bukti G.
Deklarasi dari Alan W. Scheflin", sebuah Bukti untuk Permohonan Peninjauan
Ulang diajukan ke Pengadilan pada 22 Februari 2012, menyimpulkan, "bahwa
adalah mungkin, pada kelompok kecil
orang yang terpilih, untuk mempengaruhi pikiran dan perilaku di luar batas yang
diperbolehkan secara legal dan etis." Dan meskipun "tidak nyaman
untuk menerima gagasan bahwa pikiran manusia bisa begitu mudah dibentuk
... Saya sangat percaya, lebih tidak
nyaman lagi untuk menyangkalnya. Ide seorang agen yang diprogram melalui
hipnotis mungkin terdengar 'fantastis' ... tetapi bukannya tidak benar.
"
Alan
Scheflin saat ini adalah seorang Profesor Hukum di Sekolah Hukum Universitas
Santa Clara. Dia mencatat dalam “Deklarasi”nya bahwa, "spesialisasi
saya adalah Hukum dan Psikiatri. Selain gelar sarjana hukum, saya juga
memiliki gelar dalam bidang Psikologi Konseling." Scheflin telah menerima
beberapa penghargaan dari Asosiasi Psikiatri Amerika, Asosiasi Psikologi Amerika, Masyarakat
Internasional untuk Studi Disosiasi, Masyarakat bagi Hipnotis Klinis dan
Eksperimen, Dewan Hipnotis Psikologi Amerika, dan merupakan satu-satunya
pengacara yang pernah dinamakan sebagai anggota dari Masyarakat Hipnotis Klinis
Amerika. Sebagai Presiden terdahulu dan terus berlanjut sebagai anggota
Dewan Eksekutif dari Asosiasi Studi-studi Kultis Internasional, "Saya
telah selama tiga dekade berkomunikasi dengan para ahli terkemuka dari seluruh
dunia dalam bidang pencucian otak dan pengaruh sosial yang ekstrem.”
"Penelitian saya sejak tahun 1960 telah difokuskan
pada batas-batas ekstrem pengaruh manusia, dan khususnya pada penggunaan
hipnotis dan teknik-teknik untuk mempengaruhi masyarakat guna mengubah cara
orang berpikir dan bertindak. Sebagai
bagian dari pekerjaan ini, saya telah membaca lebih dari 10.000 halaman dokumen
CIA yang telah dinyatakan tidak lagi rahasia pada program pengendalian pikiran
dan perilaku yang awalnya dijalankan oleh Badan tersebut pada akhir tahun 1940-an. Saya secara pribadi mengenal beberapa
peneliti terkemuka yang berpartisipasi dalam program ini." "Saya
memiliki kualifikasi sebagai seorang ahli untuk tampil di pengadilan mengenai
konsep ‘Manchurian Candidate,‘ dan saya memiliki kualifikasi untuk tampil di
pengadilan sebagai ahli dalam bidang pencucian otak, pengendalian pikiran menggunakan
hipnotis guna mempengaruhi masyarakat."
"Para ilmuwan, setidaknya sejak 1880-an, telah
menganggap pikiran sebagai wilayah untuk ditaklukkan. Militer Amerika dan Badan-badan
intelijen telah menghabiskan jutaan dolar sejak paruh terakhir abad kedua puluh
untuk melakukan eksperimen-eksperimen rahasia yang tujuannya adalah agar dapat
mengendalikan pikiran manusia." "Seperti yang saya ketahui, para ahli
hipnotis di Amerika Serikat dan juga dari seluruh dunia, menyimpulkan bahwa
citra publik terhadap hipnotis sebagai tidak berbahaya merupakan posisi yang
mengundang keprihatinan. Secara
pribadi, banyak dari para ahli ini mengatakan cerita yang berbeda. Memang, banyak ahli, termasuk saya
sendiri, telah muncul sebagai konsultan atau ahli dalam kasus-kasus di
pengadilan yang melibatkan penggunaan hipnotis untuk tujuan perubahan perilaku
masyarakat... Pada
konferensi-konferensi hipnotis, topik mengenai sisi gelap hipnotis hampir tidak
pernah dibahas dalam presentasi formal."
"Bagi para spesialis hipnotis yang percaya bahwa
hipnotis hanya dapat digunakan untuk kebaikan, sebuah Laporan RAHASIA TINGKAT
TINGGI CIA telah menyangkalnya: ‘Terus terang, saya sekarang tidak mempercayai
banyak dari apa yang ditulis oleh para ahli akademis tentang hipnotisme. Sebagian karena banyak dari mereka
nampaknya telah menggeneralisir dari kasus yang sangat sedikit; sebagian lagi
karena banyak dari keragu-raguan mereka bertentangan dengan percobaan-percobaan
yang dilakukan oleh Badan Intelejen; tetapi lebih terutama karena saya pribadi
telah menyaksikan respon perilaku yang diharapkan muncul sebagaimana yang dinyatakan
oleh para ahli yang terhormat itu tidak mungkin dapat diperoleh.’ [Laporan CIA, Hipnotisme dan Operasi
Terselubung 1955]."
Akhirnya, Scheflin menyimpulkan dengan menyatakan bahwa,
"penciptaan pembunuh yang diprogram melalui hipnotis atau kambing hitam (pengalih)
adalah mungkin dengan persentase yang sangat kecil dari orang-orang yang masuk
ke dalam kategori 'sangat mungkin dapat dihipnotis.' Sirhan Sirhan, berdasarkan pengujian
ekstensif psikologis Dr. Daniel Brown dan wawancara dengannya, memenuhi persyaratan
sebagai subyek yang ideal bagi bentuk ekstrim dari manipulasi mental ini".
“Deklarasi oleh Dr. Daniel Brown” yang juga diajukan
sebagai bukti pada 22 Februari 2012, menyatakan bahwa, "Saya seorang
Profesor Asosiasi dalam bidang Psikologi di Sekolah Kedokteran Harvard di Pusat
Kedokteran Beth Israel Deaconess. Dalam perjalanan karir profesional saya, saya
telah memenuhi syarat sebagai saksi ahli pada penilaian psikologis, memori,
memori akibat trauma, dan efek-efek dari pengaruh sugestif di banyak wilayah
hukum negara bagian dan federal di mana saya tidak pernah didiskualifikasi. Saya penulis senior dari sebuah buku
teks ‘Memori, Pengobatan Trauma dan Hukum’ (Norton, 1999) dan penerima penghargaan dari 7 masyarakat
profesional termasuk penghargaan Manfred Guttmacher untuk 'kontribusi luar
biasa bagi psikiatri forensik' diberikan secara bersama oleh Asosiasi
Psikiatris Amerika dan Akademi Psikiatris dan Hukum Amerika. Saya juga menjabat sebagai saksi ahli
dan konsultan pada tiga kesempatan penuntutan hukum di Pengadilan Kejahatan
Perang Internasional, Den Haag, Belanda. "
"Saya telah menulis empat buku tentang hipnotis,
termasuk buku teks baku, ‘Hipnotis, buku teks standar Hipnotis dan Hipnoterapi’ (Erlbaum, 1986, bersama Erika Fromm). Saya juga menulis panduan tentang
wawancara forensik melalui hipnotis, yang saat ini merupakan edisi terbaru dari
Buku teks ‘Komprehensif Psikiatris.’ Dengan
kualifikasi inilah saya menyetujui untuk mewawancarai Tuan Sirhan B. Sirhan
mengenai ingatannya atas kejadian-kejadian menjelang dan pada malam pembunuhan
Senator Robert F. Kennedy."
"Pada bulan Mei 2008, saya diperintahkan oleh
pengacara Tuan Sirhan B. Sirhan, William F. Pepper, untuk memulai serangkaian
wawancara dengan Tuan Sirhan. Salah
satu tujuan dari wawancara ini adalah untuk melakukan penilaian psikologis
forensik yang terperinci terhadap Tuan Sirhan mengenai status mentalnya. Tujuan kedua dari wawancara ini adalah
untuk memberikan kesempatan kepada Tuan Sirhan mengembangkan ingatan yang lebih
lengkap, dalam suasana non-sugestif, atas kejadian-kejadian menjelang dan pada
malam pembunuhan itu. Pertanyaan penting
yang diminta oleh Pengacara Pepper untuk saya jawab sebagai sebuah
pendapat ahli adalah: Apakah Tuan Sirhan merupakan subyek pengaruh sugestif koersif
yang membentuk perilakunya pada saat pembunuhan Senator Robert F. Kennedy dan
juga yang membuatnya amnesia terhadap perilaku dan perannya dalam pembunuhan
itu."
"Eksplorasi ingatan terdiri dari pendekatan langkah-langkah
wajar sistematis berdasarkan pedoman yang berlaku saat ini bagi wawancara
non-sugestif. Langkah-langkah ini
termasuk mengingat kembali secara bebas secara berulang-ulang, diikuti dengan mengingat
kembali secara bebas ditambah pemulihan suasana (sebuah prosedur yang dikenal
sebagai Wawancara Kognitif), diikuti dengan wawancara terfokus dengan
pertanyaan-pertanyaan cepat terbuka non-sugestif, dan terakhir diikuti dengan
mengingat kembali secara bebas di bawah hipnotis."
Setelah
mengerjakan “lebih dari 60 jam wawancara dan pengujian terhadap Tuan Sirhan,”
membaca segala sesuatunya tentang kasus ini, termasuk file-file FBI,
mewawancarai saksi-saksi, menyelenggarakan banyak tes psikologi, kuesioner,
skala-skala, dll, Dr. Brown “di bawah
sumpah” tiba pada kesimpulan yang mengejutkan: bahwa “Tuan Sirhan tidak
bertindak berdasarkan kemauannya sendiri dan pengetahuan atau niat pada saat
pembunuhan itu dan tidak bertanggung jawab atas tindakan yang dipaksakan dan /
atau dilakukan oleh orang lain, dan lebih jauh lagi bahwa sistem pengendalian
pikiran yang ditimpakan kepadanya juga membuatnya tidak mungkin untuk mengingat
di bawah pengaruh hipnotis atau sadar, banyak rincian penting dari
tindakan-tindakan dan peristiwa-peristiwa menjelang dan pada saat penembakan di
dapur Hotel Ambassador.”
"Adalah fakta yang tak terbantahkan bahwa Tuan Sirhan
menembakkan pistolnya di pantry Hotel Ambassador pada malam pembunuhan,"
Dr Brown menyatakan. "Bukti
yang diungkapkan oleh wawancara ekstensif saya membenarkan tuduhan yang lebih ringan,
bahwa ia terlibat dalam kegiatan ini sebagai respon terhadap isyarat yang
diberikan oleh pihak lain, dan dengan demikian mendesakkan pada kesimpulan bahwa penembakan dari pistolnya
itu tidak berada di bawah pengendalian dirinya secara bebas, tidak juga
dilakukan secara sadar, tapi kemungkinan merupakan hasil dari perilaku hipnotis
otomatis dan pengendalian paksa. Saya
yakin bahwa Tuan Sirhan secara sah mengingat kilas balik menembak pada
lingkaran-lingkaran sasaran pada lapangan tembak sebagai respon dari isyarat
sentuhan port-hipnotik dan tidak memiliki pengetahuan, atau niat, untuk
menembak seorang manusia, apalagi Senator Kennedy. Bahkan setelah 40 tahun berlalu Tuan
Sirhan masih bingung ketika diberitahu oleh orang lain bahwa dia menembak
Senator Kennedy. "
Pada siang dan malam dari hari pembunuhan, "Kepergian
Tuan Sirhan ke Hotel Ambassador
pada malam pembunuhan itu tidak secara sadar direncanakan. Tuan Sirhan tidak mengetahui dan tidak
mungkin tahu bahwa Senator Kennedy akan melewati bagian dapur. Tuan Sirhan dibimbing untuk pergi ke bagian dapur oleh seorang
wanita setelah wanita yang sama tersebut menerima pengarahan dari seorang
petugas di acara tersebut. Tuan Sirhan tidak pergi dengan maksud untuk
menembak Senator Kennedy, melainkan merespon isyarat hipnotis khusus yang
diberikan kepadanya oleh wanita itu untuk masuk ke 'moda lapangan tembak,' di mana Tuan Sirhan
secara otomatis dan tanpa sadar merespon dengan 'kilas balik' mengira dia
menembak lingkaran-lingkaran sasaran di lapangan tembak. Pada saat itu Tuan Sirhan tidak tahu
bahwa dia menembaki orang-orang, juga tidak tahu bahwa ia menembaki Senator
Kennedy. "
"Tuan Sirhan dengan mudah mengingat pergi ke lapangan tembak
selama hari pembunuhan tersebut." Sesampainya di Hotel Ambassador agak
kebetulan malam itu, mencari sebuah pesta, menurut Brown, Mr Sirhan bercerita:
'Sekarang aku akan ke bagian lain ... Saya
tidak tahu namanya ... Kemudian
saya mendengar bahwa itu adalah Ruang Embassy ...itu seperti sebuah lorong
besar ... lampu-lampu yang luar
biasa ...tidak ada meja ... terang benderang ... banyak orang ... Aku mulai lelah ... saya tidak
mengharapkan ini ... Sudah mulai
terasa panas ... sangat panas ... Saya ingin minum. Sebuah tempat bar sementara... Saya melihat seorang bartender ...
berbaju putih ... dia tampaknya berdarah Latin ... kami hanya mengangguk ... Saya mengatakan kepadanya apa yang
saya inginkan ... rasanya saya
memiliki hubungan dengan orang ini ... Tom
Collins ... Aku meminumnya,
sementara aku berjalan-jalan ... bartender
ini ... dia tidak seperti sedang
berjualan ... dia tidak banyak
bicara ... rasanya dia
berkomunikasi dengan gerakan-gerakan ... mengangguk
setelah saya membayar minumannya. "
"Aku masih tengah melihat-lihat ... ia tidak membuat (minuman) persis di
depan saya ... ia membuatnya (dari
tempat lain) lalu membawanya... setelah
itu saya kembali lagi ... itu
seperti hal yang rutin di antara kami
... sepertinya aku lebih akrab
... seakan-akan saya adalah
pelanggan tetapnya... Saya tidak
ingat apakah pernah melihatnya sebelumnya ...sepertinya dia adalah seorang
profesional ... ia tidak pernah
memulai percakapan tapi setelah kali kedua seperti ada komunikasi di antara
kami ... ia tahu apa yang saya
inginkan ... sulit untuk mencari
tahu apakah dia mengincar saya atau saya yang mengincarnya ... Saya tidak ingat apakah dia mengatakan
sesuatu seperti 'tembak Kennedy' atau sesuatu yang seperti itu ... dia hanya sangat pendiam ... Aku mulai lelah ... Aku ingin pulang ... Saya telah melihat pestanya. "
Dr. Brown:
"Terlihat jelas bahwa pada saat tertentu Tuan Sirhan
hanya dapat berpikir tentang pulang ke rumah. Sekali
lagi, menyatakan keinginannya untuk meninggalkan pesta dan pulang ke rumah
tidak menggambarkan motivasi seorang pembunuh yang siap membunuh seorang calon
presiden segera sesudahnya. "
Dan Sirhan mencoba untuk pulang. "Saya masuk ke mobil ... Saya tidak bisa berpikir tentang
mengendarai mobil ...itu sudah larut malam ... Aku duduk di dalam mobil ... Saya tidak bisa mengendarainya ... Tidak mungkin saya bisa mengendarainya
... Saya tidak menginginkannya
... Aku ingin tidur ... Aku ingin tidur ... tidur ...tidur ... tidur. Lalu aku kembali ke hotel untuk minum
kopi. "
Menurut Brown, "Tuan Sirhan
ingat menelusuri kembali langkah-langkahnya ke bar yang sama. Ketika Tuan Sirhan tiba di bar
tersebut ia meminta secangkir kopi kepada bartender yang sama. Bartender mengatakan kepadanya bahwa
tidak ada kopi ada di bar. Seorang
wanita yang menarik dengan gaun bintik-bintik sedang duduk di bar berbicara
dengan bartender. Dia mendengar
Sirhan meminta kopi dan dia mengatakan bahwa dia tahu di mana tersedia kopi. Wanita bergaun bintik-bintik itu
kemudian menggamit Sirhan dengan tangannya dan menuntunnya ke ruang depan di
balik panggung di mana Senator Kennedy sedang berbicara." Di sana mereka
menemukan minuman kopi pada saat mana, Sirhan mulai merasa tertarik padanya
("adalah pekerjaan saya untuk merayu dia ") ketika tiba-tiba, menurut
Brown, “mereka diinterupsi oleh seorang petugas berjas dan membawa papan tulis. Petugas tersebut mengatakan kepada
mereka bahwa mereka tidak bisa tinggal di ruang depan karena alasan keamanan,
dan petugas itu kemudian memberitahu gadis bergaun bintik-bintik itu untuk
pergi ke dapur. "
"Tiba-tiba mereka memberitahu kami, kami harus pindah. Orang ini datang dengan mengenakan
setelan jas .. rambut berwarna gelap ... wajah
besar ... sepertinya dia yang
memimpin ... ia tidak mengenakan
seragam apa pun ... mengenakan
jas ... wanita itu menuruti
perintahnya ... ia mengarahkan
menuju pantry. Pria itu berkata,
'kalian bisa kembali ke ruangan ini.’ Aku
mengikuti wanita bergaun bintik-bintik itu. Dia
yang memimpin ... Saya agak
seperti anjing yang mengikutinya. Saya
ingin kembali ke band mariache ... tapi
dia langsung pergi ke bagian pantry ... dengan
saya yang sedemikian tertarik padanya, saya hanya menempel saja padanya. "
Sirhan tidak mengerti, mungkin dibius. "Gadis itu" dan
"petugas" membawanya ke tempat persis terjadinya pembunuhan itu. Sirhan, yang telah terpikat dengannya,
bercerita: "Saya mencoba untuk memikirkan bagaimana agar aku dapat
memiliki gadis itu ... Tiba-tiba gadis
itu melihat dari atas kepalaku menuju suatu tempat ... Lalu dia menepuk saya atau mencubit
saya ... Hal ini mengejutkan
...Saya pikir dia melakukannya dengan kukunya ... seperti membangunkan ... serta merta membangunkanku dari rasa
lesu... namun, aku masih
mengantuk ... Dia menunjukkan
kembali dari atas kepalaku ... Dia
berkata, 'Lihat, lihat, lihat.' Aku
berbalik ... Saya tidak tahu apa
yang terjadi setelah itu ... Dia
memalingkanku dan membalikkan badanku ... Dia
mengarahkan perhatian saya ke belakang ... Jalan
belakang ... Ada orang-orang berdatangan melalui pintu itu... Saya bingung ia hendak mengarahkan
saya kemana... Nampaknya tidak
ada hubungannya dengan saya ... Beberapa
orang mulai mengalir masuk ... Dia
terus menunjuk ke arah belakang ... kemudian
tiba-tiba dia menjadi lebih bersemangat ... Dia
melingkarkan lengannya di bahu saya."
"Saya pikir tangannya mengenai saya ... Kemudian aku berada di lapangan tembak
... kilas balik ke lapangan
tembak ... Saya tidak tahu bahwa
aku punya pistol ... ada sasaran
seperti kilas balik ke lapangan tembak ... Saya
mengira bahwa saya merasa berada di lapangan tembak lebih daripada perasaan aku
benar-benar tengah menembaki seseorang, lebih lagi Bobby Kennedy ... [Brown: Ingat kembali keadaan pikiran
Anda] Kondisi mental saya seperti aku tengah mabuk dan mengantuk ... mungkin gadis itu yang membuatku
menjadi begini ... Aku seperti berada di lapangan tembak lagi ...[Sasaran
terlihat seperti apa?] Lingkaran. Lingkaran
... Rasanya seperti aku berada di lapangan tembak lagi ... saya pikir saya menembak satu atau
dua tembakan ... Lalu aku
tersentak dan berpikir 'aku tidak berada di lapangan tembak' ... [Lalu, Apa
yang terjadi?] 'Kemudian mereka mulai menyergap saya ... Aku berpikir, 'lapangan tembak,
lapangan tembak, lapangan tembak.' Lalu
semuanya akan kabur ... setelah itu tembakan pertama atau kedua ... itulah akhir dari kejadian itu ... Itu adalah tempat yang salah untuk
keberadaan pistol tersebut... Saya
pikir itu adalah lapangan tembak... mereka
mematahkan jari saya ... [Apa
yang terjadi selanjutnya?] Hal berikutnya yang aku ingat, aku sedang dibekap dan
ditangani orang-orang, saya tidak tahu apa yang terjadi ... kemudian ketika saya melihat hakim
perempuan (di pengadilan) saya tahu bahwa Bobby Kennedy tertembak dan saya
penembaknya, tetapi itu tidak muncul dari ingatan saya. "
Itu karena dia berada di “moda lapangan tembak.” Menurut Dr
Brown, "Ketika mewawancarai Tuan Sirhan saya, bersama dengan pengacara
Dusek, secara langsung mengamati Tuan Sirhan secara spontan beralih ke 'moda
lapangan tembak' pada beberapa kesempatan, di mana Tuan Sirhan secara otomatis
mengambil sikap menembak, dan dengan suara seperti robot menjelaskan tengah
menembak pada organ-organ vital. Setelah
pulih dari munculnya respon 'moda
lapangan tembak' yang singkat, Tuan Sirhan tetap sepenuhnya lupa dengan
perilaku tersebut. "
Akhirnya, pada dugaan "buku catatan Sirhan,” yang
muncul setelah penembakan itu, kata-kata berikut muncul: "Alkohol akan
cinta cinta cinta cinta cinta cinta." Menyimpulkan kasus ini, Dr Brown
menyatakan bahwa, "Dalam bagian ini Tuan Sirhan telah membuat hubungan
dalam ingatannya antara alkohol pada malam pembunuhan itu dan 'cinta'-nya untuk
gadis bergaun bintik-bintik. Dengan menyentuh
Tuan Sirhan di bahunya dan/atau memutar tubuhnya menunjukkan isyarat hipnotis
untuk masuk 'moda lapangan tembak,' secara hipnotis agar berhalusinasi tengah
berada di lapangan tembak, dan menembak secara otomatis kepada sasaran. Ulasan saya dari saksi mata yang
berada di dapur pada saat pembunuhan itu menunjukkan bahwa dengan memberikan
Tuan Sirhan isyarat untuk menembak mungkin telah disinkronkan dengan penembak
kedua dan bahwa suara senjata kedua mungkin juga digunakan sebagai isyarat
tambahan bagi Tuan Sirhan untuk tetap menembak. "
"Mungkin gadis itu memiliki semacam isyarat,"
kata Sirhan pada tahun 1997. "Saya
tidak tahu. Ketika dia
membalikkan badan saya, rombongan pendukung Kennedy terus mengalir masuk dan gadis
itu berusaha untuk menarik perhatian saya. Ketika
saya berbalik, itu terakhir kali aku melihatnya. Saya tidak ingat penembakan. Saya
tidak ingat mengarahkan pada Bobby Kennedy."
Para pengacara Sirhan tidak meragukan bahwa klien mereka telah
digunakan sebagai kambing hitam untuk pembunuhan politik yang mengubah sejarah
ini, direncanakan dan dilakukan oleh kekuatan yang bertekad untuk mencegah
Robert Kennedy dari menjadi Presiden. Pepper
menegaskan bahwa bukti bahwa kliennya tidak bersalah, yang akan ditetapkan
secara rinci jika dibukanya sidang pembuktian yang diberikan oleh Pengadilan,
akan menunjukkan tanpa keraguan akan tidak bersalahnya Sirhan, dan tuduhan yang
salah dan palsu, yang telah ditutupi sekian lama, akan gugur.
Selanjutnya kita beralih kepada Raja Faisal dan
keponakannya yang juga bernama Faisal. Berikut adalah profil keduanya
masing-masing.
Raja Faisal dari Arab Saudi (Wikipedia)
Faisal bin Abdulaziz Al Saud (1906-1975) adalah Raja dari Arab Saudi pada
periode 1964-1975. Sebagai raja, ia dikenang karena
berhasil menyelamatkan negara dari krisis keuangan dan menerapkan kebijakan
modernisasi dan reformasi, sementara untuk
kebijakan luar negerinya ia mempromosikan pan-Islamisme, anti-komunisme, dan pro-berdirinya
negara Palestina. Ia berhasil memapankan birokrasi kerajaan dan pemerintahannya
memiliki popularitas yang baik di antara rakyat Saudi.
Pada 1963, Faisal mendirikan stasiun televisi pertama di
negara itu, meskipun siaran yang sebenarnya baru dimulai dua tahun kemudian.
Kebijakannya ini menuai tentangan yang sangat kuat dari kalangan ulama dan
kelompok konservatif di negara itu. Akan tetapi Faisal meyakinkan mereka, bahwa
prinsip-prinsip Islam tetap akan diberlakukan dengan ketat, dan memastikan
bahwa siarannya akan mengandung sejumlah besar program keagamaan.
Ketika masih menjadi Putera Mahkota, Pangeran Faisal
membantu mendirikan Universitas Islam Madinah pada tahun 1961. Pada tahun 1962, Faisal membantu
mendirikan Liga Dunia Muslim, sebuah badan amal berskala dunia di mana keluarga
kerajaan Saudi dilaporkan telah menumbang lebih dari satu miliar dolar.
Sebagai raja, Faisal melanjutkan
aliansi dekat dengan Amerika Serikat yang telah dimulai oleh ayahnya, dan
banyak bergantung pada AS dalam melengkapi persenjataan dan melatih angkatan
bersenjata kerajaan. Raja Faisal
juga sangat anti-Komunis. Dia
menolak setiap hubungan politik dengan Uni Soviet dan negara-negara blok
komunis, karena ia melihat ketidakcocokan total antara Komunisme dan Islam, dan menganggap komunisme mempunyai
hubungan dengan Zionisme .
Faisal juga mendukung monarki dan gerakan konservatif di dunia Arab,
dan berusaha untuk melawan pengaruh sosialisme dan Nasionalisme Arab di wilayah ini dengan mempromosikan pan-Islamisme sebagai alternatif. Untuk itu, ia menyerukan pembentukan
Liga Dunia Muslim, mengunjungi beberapa negara Islam guna mendukung gagasannya
itu. Dia menunjukkan
ketidakcocokannya dengan Presiden Mesir Gamal
Abdel Nasser. Sebenarnya Faisal
tidak pernah secara eksplisit menolak pan-Arabisme, dan terus menyerukan
solidaritas antar-Arab dalam arti luas.
Setelah kematian Nasser pada tahun
1970, Faisal mendekat ke
presiden baru Mesir, Anwar Sadat,
yang memang bermaksud hendak menghentikan hubungan Mesir dengan Uni Soviet dan
bergerak ke arah kubu pro-Amerika.
Selama Perang
Arab-Israel 1973,
yang dilancarkan oleh Sadat, Faisal menghentikan suplai minyak Saudi ke pasar
dunia, sebagai protes kepada Barat atas dukungan
mereka kepada Israel selama konflik tersebut. Tindakannya itu menyebabkan harga
minyak melonjak empat kali lipat dan merupakan faktor utama di balik krisis
energi 1973. Tindakannya ini telah mengokohkan
kedudukan Faisal di antara banyak warga Arab dan Muslim di
seluruh dunia. Pada tahun 1974, ia digelari majalah
Time sebagai Man of the Year, dan limpahan uang yang dihasilkan oleh
krisis energi menghasilkan lonjakan ekonomi di Arab Saudi pada tahun-tahun
setelah kematiannya. Tambahan pendapatan
minyak tersebut juga memungkinkan Faisal untuk lebih meningkatkan bantuan dan
subsidi mulai setelah Perang
Arab-Israel 1967 kepada
Mesir, Suriah, dan
Organisasi Pembebasan Palestina.
Pembunuhan
Pada 25 Maret 1975 Raja Faisal
ditembak dan dibunuh oleh keponakannya sendiri, Faisal bin Musaid, yang baru saja kembali dari Amerika
Serikat. Pembunuhan itu terjadi
di sebuah majelis, sebuah acara di mana Raja biasa menerima
warga untuk mengajukan masukan dan petisi kepada Raja.
Di ruang tunggu, Pangeran Faisal berbicara dengan
perwakilan Kuwait yang juga tengah menunggu untuk bertemu dengan Raja Faisal. Ketika Pangeran bergerak untuk
memeluknya, Raja Faisal membungkukkan kepalanya agar dicium oleh keponakannya
sesuai dengan budaya Saudi. Saat itulah, Pangeran Faisal mengeluarkan pistol
dan menembaknya. Tembakan pertama
mengenai dagu Raja Faisal dan yang kedua masuk melalui telinga Raja Faisal. Seorang pengawal memukul Pangeran
Faisal dengan pedang yang masih berselubung. Menteri Perminyakan Sheikh Yamani
berteriak berulang kali untuk tidak membunuh Pangeran Faisal.
Raja Faisal segera dibawa ke rumah sakit. Ia masih hidup ketika dokter berupaya
memacu jantungnya dan memberinya transfusi darah, akan tetapi tidak berhasil
dan Raja Faisal wafat tak lama sesudahnya.
Baik sebelum dan sesudah pembunuhan Pangeran Faisal dilaporkan bersikap tenang. Setelah pembunuhan itu, Riyadh
berkabung selama tiga hari dan semua kegiatan pemerintah berhenti.
Salah satu dari teori pembunuhan itu adalah bentuk balas
dendam Pangeran Faisal atas kematian saudaranya, Pangeran Khalid bin Musa'id,
yang mati ditembak polisi ketika melakukan aksi protes ke sebuah stasiun
televisi. Raja Faisal dianggapnya ikut
bertanggung jawab karena menginisiasi proyek tersebut.
Pangeran Faisal, yang ditangkap sesaat
setelah serangan, secara resmi dinyatakan gila. Tetapi dalam persidangan, sebuah panel
ahli medis Saudi menyatakan bahwa Faisal dalam keadaan waras ketika ia menembak Raja. Pengadilan tinggi agama menghukumnya
karena pembunuhan raja dan menjatuhkan hukuman mati. Meskipun ketika dalam keadaan sekarat
Raja Faisal meminta agar pembunuhnya tidak dihukum mati, ia tetap dipenggal di lapangan umum di Riyadh. Eksekusi berlangsung pada 18 Juni 1975
pada pukul 4:30 sore-tiga jam sebelum matahari terbenam - di hadapan kerumunan
ribuan orang di lapangan umum di depan Masjid Agung Riyadh..
Raja Faisal dimakamkan di Riyadh. Penggantinya, Khalid, menangisinya pada saat pemakamannya.
Pangeran Faisal bin Musaid (Wikipedia)
Faisal bin
Musaid bin Abdul-Aziz (4
April 1944 – 18 Juli 1975) adalah pembunuh dan keponakan Raja Faisal.
Pangeran Faisal belajar di Amerika Serikat. Ia
kuliah di San
Fransisco State College dan University of Colorado. Rekan-rekannya menggambarkannya
sebagai pria yang "tenang,
menyenangkan, muda, dan terutama malas belajar". Profesor Edward Rozek di
Univeritas Colorado, yang telah mengajarinya dalam tiga mata kuliah
pemerintahan komparatif, menggambarkannya sebagai "mahasiswa yang secara
akademis nilainya D dan C" dan motivasinya untuk pembunuhan "pastilah
obat-obatan".
Pada tahun 1970, ia ditangkap di Boulder, Colorado karena menjual LSD dan ganja. Pada bulan Mei
1970, jaksa wilayah membatalkan tuduhan. Setelah
itu, Faisal mengambil program sarjana dalam bidang ilmu politik di Berkeley . Dia
tidak menyelesaikan gelar sarjananya dan ia meninggalkan Amerika Serikat
setelah mendapatkan kekebalan
diplomatik .
Pacarnya bernama Christine Surma, aktris film paruh waktu berambut pirang yang pindah kerja menjadi petugas lelang. Ia bermain dalam film Bites of Cobra (Gigitan Cobra). Dia berumur 26 tahun pada saat pembunuhan itu. Surma melihat keinginan Pangeran Saudi itu "dalam mencapai perdamaian dengan Israel" sebagai hasil positif "yang tidak terjadi semasa pemerintahan Raja Faisal". Dia menyatakan pacarnya adalah seorang "pria sempurna yang bangga dengan keluarga dan negaranya".
Setelah meninggalkan Amerika Serikat,
ia pergi ke Beirut . Untuk
alasan yang tidak diketahui, ia juga pergi ke Jerman Timur . Ketika
ia kembali ke Arab Saudi, pemerintah Saudi menyita paspornya karena sering
membuat masalah di luar negeri. Ia
mulai mengajar di Universitas Riyadh dan terus berhubungan dengan
Christine Surma.
Penembakan di Istana Kerajaan
Pada tanggal 25 Maret 1975 ia pergi ke Istana Kerajaan di Riyadh , di mana
Raja Faisal tengah menyelenggarakan majlis . Dia
bergabung dengan delegasi Kuwait dan berbaris untuk
bertemu raja. Raja mengenali
keponakannya dan menunduk kepalanya ke depan, dengan maksud agar Faisal muda
bisa mencium kepala raja sebagai tanda penghormatan. Pangeran lalu mengeluarkan pistol dari
jubahnya dan menembak Raja dua kali di kepalanya. Tembakan ketiga meleset dan ia melemparkan senjatanya ke lantai. Raja Faisal jatuh ke lantai. Pengawal dengan pedang dan senapan
mesin ringan menangkap sang pangeran. Raja
segera dilarikan ke rumah sakit tetapi dokter gagal menyelamatkannya. Sebelum meninggal, Raja Faisal
memerintahkan agar si pembunuh tidak dieksekusi. kru televisi Saudi merekam
seluruh peristiwa pembunuhan itu.
Laporan awal menjelaskan Faisal bin Musaid sebagai
"secara mental gila." Dia
dipindahkan ke penjara Riyadh. Dia
dianggap waras untuk diadili. Ia terbukti
bersalah karena membunuh. Beberapa
jam setelah putusan itu, kepalanya dipenggal di depan umum di Riyadh. Saudaranya Bandar juga dipenjara
selama satu tahun dan kemudian dibebaskan.
Ia telah menjalani pengobatan kejiwaan di Beirut, di mana
ia menyalahkan pamannya atas kematian saudaranya. Keterlibatannya dengan obat-obatan
dikutip sebagai salah satu motivasi dalam pembunuhan itu. Pejabat Saudi mulai menyatakan bahwa
tindakan sang pangeran sebagai disengaja dan direncanakan. Desas-desus menyatakan bahwa sang
pangeran telah mengatakan kepada ibunya tentang rencana pembunuhan yang pada
gilirannya ibunya menyampaikan kepada Raja Faisal. Raja Faisal telah menjawab bahwa
"jika itu kehendak Allah, maka pasti akan
terjadi". Media Arab secara
tersirat menyatakan bahwa pangeran telah menjadi alat dari Badan Intelijen
Pusat AS.
Analisis
Kasus RFK pada
1968:
Motivasi
pembunuhan
Motif dari
pembunuhan ini sangat jelas, yaitu menghalangi RFK dari menggapai posisi
Presiden AS. Sebagaimana kakaknya, JFK (lihat posting kami, “Situs Internet
11/9 Disusupi Agen-agen AS,” khususnya pada paruh kedua dari artikel tersebut),
RFK adalah politikus dari Partai Demokrat yang sangat humanis. Ia mewaspadai
dan menentang penggunaan kekuatan militer yang berlebihan dalam penyelesaian
konflik-konflik di seluruh dunia, yang sangat bertentangan dengan kelompok
intelejen dan militer yang justru bersatu-padu bersama industri militer guna
meningkatkan suhu setiap konflik agar dapat dieksploitasi secara maksimal bagi
keuntungan mereka sendiri dalam bentuk penjualan senjata, perlengkapan militer,
konsesi-konsesi khusus, dan lain sebagainya.
Dalam kesempatan
ini kita patut memperhatikan peringatan mendiang Presiden Eishenhower, seorang
pahlawan AS yang sangat dihormati dunia, panglima tertinggi pasukan Sekutu
dalam PD II, kepada bangsa Amerika dalam pidato perpisahannya sebagai Presiden
AS pada 17 Januari 1961:
“Saudaraku
sesama warga Amerika:
Tiga
hari mulai dari sekarang, setelah menjalani pengabdian kepada bangsa kita
selama setengah abad, saya akan melepaskan kewenangan Kepresidenan, dalam
upacara tradisional dan khidmat, kepada penggantiku.
Malam
ini saya datang kepada Anda dengan pesan perpisahan, dan untuk berbagi beberapa
pemikiran akhirku bersama Anda, saudaraku
sebangsa …
Unsur
penting dalam menjaga perdamaian adalah kekuatan militer kita. Persenjataan kita harus
kuat, siap digunakan secara cepat, sehingga tidak ada calon agresor yang mungkin
tergoda untuk mengambil risiko bagi kehancuran dirinya sendiri…
Hingga
konflik-konflik dunia kita yang paling akhir, Amerika Serikat tidak memiliki
industri persenjataan. Pembuat mata bajak Amerika bisa juga, sesuai waktu
dan kebutuhan, membuat pedang. Tetapi kini kita tidak bisa lagi membahayakan
pertahanan nasional kita dengan improvisasi darurat seperti itu; kita telah
dipaksa untuk menciptakan industri persenjataan yang permanen dalam proporsi yang
luas. Perlu ditambahkan di sini, tiga setengah juta pria dan wanita terlibat
secara langsung dalam sistem pertahanan kita. Kami setiap tahun membelanjakan
bagi keamanan militer lebih dari
pendapatan bersih dari semua perusahaan Amerika Serikat.
Persekutuan
dari kekuatan militer yang sangat besar dan industri persenjataan yang besar merupakan
hal baru bagi Amerika. Pengaruh total - ekonomi, politik, bahkan spiritual
- dirasakan di setiap kota, setiap kantor Negara bagian, setiap kantor
pemerintah Federal. Kami menyadari kebutuhan penting bagi kemajuan ini. Namun
kita tidak boleh gagal untuk memahami implikasinya yang sangat penting. Kerja
keras kita, sumber daya dan mata pencaharian semuanya terlibat, jadi merupakan masalah
yang bersifat struktural dari masyarakat kita.
Dalam
dewan-dewan pemerintahan, kita harus waspada terhadap pengambilalihan
pengaruh yang tidak benar, baik disengaja
maupun tidak, oleh kompleks industri militer. Potensi bagi munculnya
bencana dari kekuasaan yang keliru ini jelas ada dan akan berlanjut.
Kita
tidak boleh membiarkan kombinasi kekuatan ini membahayakan kebebasan kita atau
proses demokrasi kita. Kita tidak boleh menerima begitu saja. Hanya warga
negara yang waspada dan berpengetahuanlah yang dapat memaksa agar mesin
industri pertahanan dan militer yang besar ini berjalan selaras dengan
cara-cara damai dan tujuan-tujuan kita, sehingga keamanan dan kebebasan bisa
makmur secara bersama…”
Firasat
Eisenhower terbukti benar!
Pemilihan
aktor dan metode pengubahan kepribadian
Sirhan telah diamati
dan akhirnya dipilih dari sejumlah orang dengan kepribadian yang cocok untuk disetel
sebagai “robot.” Kepribadiannya kemudian diubah
sedemikian rupa, melalui metoda obat-obatan dan hipnotis, sehingga ia memiliki
obsesi kepada lapangan latihan menembak; ia secara otomatis selalu siap
menembak ketika sebuah rangsangan khusus diberikan kepadanya.
Agen-agen
di lapangan
Kepribadian
Sirhan telah dikenali sebagai pria yang mudah tertarik kepada lawan jenisnya.
Gadis bergaun bintik-bintik yang telah menimbulkan gairah pada Sirhan, adalah
agen yang bertindak sebagai daya tarik bagi Sirhan sekaligus pembimbingnya menuju
sasaran dan pemberi isyarat khusus guna menghasilkan respon perilaku seperti
yang “diharapkan” dalam operasi ini.
Bartender adalah
agen lain yang bertugas mempersiapkan racikan terakhir untuk diberikan kepada
Sirhan.
Seorang agen
lain bertugas melakukan observasi keadaan yang akan memberikan isyarat bahwa
Sirhan sudah dapat dibawa pada tempat yang telah direncanakan.
Para agen
pengawal RFK mengarahkan dan membawa calon presiden ini melalui lokasi yang
telah “ditentukan.” Salah seorang di
antara agen-agen pengawal RFK itu bertindak sebagai penembak kedua, yang berada
dalam rombongan RFK, berada di belakangnya agak ke kanan, yang menjadi penyebab
sebenarnya terbunuhnya RFK.
Diskusi
Jika seorang
pengawal dapat disusupkan untuk langsung membunuh RFK, mengapa harus
menggunakan penembak samaran, dalam hal ini Sirhan? Hal ini karena sudah
menjadi pengetahuan umum bahwa para pengawal itu, baik dari biro-biro swasta
maupun pemerintah, berada dalam kendali CIA dan Departemen Pertahanan AS. Pada
umumnya para pengawal itu pernah berdinas di atau dilatih oleh badan intelejen
maupun militer. Jika pengawal itu tertangkap tangan melakukan pembunuhan, maka
warga AS pada semua tingkatan akan mengetahui secara pasti bahwa CIA dan/Dephan
AS terlibat di dalamnya. Hal ini tentu akan menjadi persoalan politik yang
sangat berbahaya dan ruwet.
Kesimpulan
Dalang dalam
pembunuhan RFK, tidak bisa lain, adalah suatu kelompok di dalam komunitas
intelejen, militer dan industri persenjataan AS.
Bagaimana dengan
kasus pembunuhan Raja Faisal?
Motivasi
pembunuhan
Motivasi dari
pembunuhan ini juga sangat jelas. Raja Faisal telah menunjukkan jati dirinya
yang sangat patriotik, independen, dan tegas dalam Perang Arab-Israel dalam
wujud penghentian suplai minyak ke pasar dunia yang membuat harga minyak
melambung tinggi dan negara-negara Barat
tenggelam ke dalam resesi ekonomi. Kelompok intelejen-militer-industri
pertahanan AS segera menyadari bahwa Raja Faisal adalah sebuah “wild card,”
sebuah faktor yang tidak mungkin bisa mereka kendalikan, yang akan membahayakan
misi-misi global mereka sehingga harus segera disingkirkan. Dengan latar
belakang visi Raja Faisal tentang dunia Islam yang berupaya diwujudkannya
melalui Liga Dunia Muslim, pembunuhannya menjadi prioritas utama.
Sudah menjadi
pengetahuan umum kini, bahwa para pemimpin di negara-negara berkembang di
Amerika Selatan, Asia, dan Afrika akan menjadi sasaran pembunuhan CIA jika mereka
tidak bersedia menuruti perintah dan pengarahannya. Jika pembunuhan tidak dapat
menghentikan mereka, maka peperangan akan dikobarkan. Kami mengungkapkan banyak
cerita ini dalam buku “Peringatan Terakhir…” yang dituturkan sendiri oleh
mantan agen CIA serta orang-orang yang pernah bertugas di dalam misi-misi penghancuran
suatu negara berselubung misi ekonomi. Hanya bedanya, jika di negara-negara
dunia ketiga lainnya pembunuhan para kepala negara nyaris dilakukan secara
terang-terangan, seakan-akan sebagai bentuk pelecehan dan upaya menakut-nakuti
agar menjadi pelajaran bagi presiden sesudahnya, pada pembunuhan Raja Faisal
perlu dilakukan secara lebih berhati-hati mengingat pengaruh Raja tersebut di
dunia Islam serta senjata minyak yang dimiliki Arab Saudi yang sudah terbukti
keampuhannya dalam membuat perekonomian negara-negara Barat nyaris lumpuh.
Pemilihan
aktor dan metode pengubahan kepribadian
Sebuah
“berkah” bagi para pencari “bakat” dari dunia intelejen AS adalah banyaknya pemuda
Saudi yang melanjutkan pendidikan tinggi di universitas-universitas di Amerika,
terlebih lagi di antara calon-calon tersebut terdapat para pangeran yang segera
saja tergagap-gagap menghadapi kejutan budaya dalam dunia bebas yang nyaris
tanpa batas itu. Akhirnya pilihan pun jatuh pada Pangeran Faisal.
Seorang
pembangkang Arab Saudi yang berdomisili di Amerika, Ali Alyami, telah “diatur” akan
memperkenalkan Faisal pada Christine Surma, perempuan yang disebut sebagai
aktris kelas tiga dan petugas balai lelang. Semuanya diupayakan supaya terlihat
sealamiah mungkin. Maka Faisal pun dibawa kepada kehidupan bebas dan dunia narkoba,
dan proses penanaman kepribadian barunya pun dimulai, barangkali dengan secara
sistematis menanamkan kebencian kepada Raja Faisal serta respon yang harus
dilakukannya secara otomatis jika ia bertemu “sasaran” tersebut.
Cobalah
renungkan, bagaimana mungkin seorang pangeran dengan latar belakang Wahhabi
dapat menganggap bahwa pamannya, Raja Faisal, bertanggung jawab atas kematian
saudaranya, sedangkan pada kenyataannya saudaranya itu mati terbunuh oleh
polisi dalam kerusuhan di sebuah stasiun televisi. Raja Faisal tidak pernah
memerintahkan penembakan itu, sehingga aturan “nyawa dibayar nyawa,” jika itu
yang ia inginkan, tidak dapat diterima. Maka “bid’ah” itu sebenarnya muncul
dari proses cuci otak melalui narkoba dan hipnotis.
Dengan
pikirannya yang telah rusak seperti itu, tidak heran jika kapasitas otaknya
menjadi sangat berkurang sehingga salah satu profesor pembimbingnya mengganggap
sang Pangeran hanya masuk dalam kategori mahasiswa dengan nilai D dan C.
Dalam
satu kesempatan ia tertangkap oleh polisi di Amerika ketika tengah menjual
narkoba. Ini adalah di antara jebakan-jebakan yang sengaja diciptakan untuk memberikan
gambaran, bahwa kehidupannya yang rusak itu terjadi atas inisiatifnya sendiri,
bukan karena upaya sistematis pihak lain.
Demikian
pula perjalanannya ke Beirut dan Jerman Timur sebelum peristiwa pembunuhan itu
terjadi, dirancang sebagai penyesat. Di kota yang sangat bebas seperti Beirut, tempat
berkumpul agen-agen rahasia dari banyak negara, orang-orang tidak dapat menebak
dengan pihak mana ia bertemu. Ketika setelah dari Beirut ia pergi ke Jerman
Timur, barulah orang-orang dapat sampai pada kesimpulan yang keliru, bahwa ia menerima
perintah dari blok Komunis. Bukankah Raja Faisal seorang yang sangat anti
Komunis sehingga membunuhnya merupakan hal yang logis bagi kubu Komunis?
Ketika
diajukan ke pengadilan, sebagaimana Sirhan, ia tentu mengatakan tidak memahami
atas tuduhan pembunuhan itu serta berbagai pernyataan kontradiktif lainnya,
yang membuat tim ahli psikiatris Arab Saudi sempat memvonisnya tidak waras.
Akan tetapi jika dilakukan uji psikologis ia lolos dengan status “normal.” Demikianlah,
pada 1975, ketika cerita tentang teknik-teknik cuci otak dan hipnotis CIA belum
menjadi pengetahuan yang mendunia, tim psikiater dan psikolog Arab Saudi
dipastikan gagal dalam memahami dengan sempurna kasus yang ditanganinya itu.
Agen-agen
di lapangan
Mudah
sekali untuk menebak bahwa Christine Surma sebagai seorang agen intelejen. Di
dalam masyarakat yang sangat materialistik seperti di Amerika, adalah hal yang
sangat normal (baca: wajib) jika seseorang bercita-cita menjadi kaya dan
terkenal; justru tidak normal jika seseorang tidak mencari jalan untuk menjadi
kaya dan terkenal. Jadi bagaimana mungkin seorang Surma, yang disebut sebagai
aktris kelas tiga, tidak berupaya untuk mengeksploitasi hubungannya dengan sang
Pangeran sebagai jalan untuk mencari kekayaan dan ketenaran?
Segera
setelah pertistiwa pembunuhan itu ia sempat muncul di surat kabar lokal untuk
pernyataan-pernyataannya yang singkat tentang sang Pangeran, tetapi setelah itu
ia seperti menghilang ditelan bumi. Padahal normalnya, ia akan menerbitkan buku
yang berpotensi menjadi “best seller,” yang berisi kisah cintanya dengan sang
Pangeran; ia akan diundang dalam wawancara-wawancara di televisi; akan ada
produser film yang berniat untuk membuat film tentang tragedi tersebut yang akan
memberinya kesempatan untuk menjadi aktris kelas satu, dan lain sebagainya.
Tetapi semua itu tidak terjadi, karena ia memang bukan wanita Amerika normal,
ia adalah anggota dari komunitas gelap, agen rahasia, sehingga semua
aktivitasnya diekspos secukupnya saja, sejauh telah cukup untuk
menjustifikasi skenario yang telah
disusun, setelah itu lenyap….
Diskusi
Mungkinkah
personil Garda Nasional (National Guard) yang mengawal Kerajaan dan Raja Arab
Saudi disusupi/dipengaruhi agen asing? Dengan melihat bahwa anggota-anggotanya
dipilih dari suku Badui yang telah teruji kesetiaannya, kami tidak melihat ini
sebagai sebuah kemungkinan. Lolosnya sebuah pistol yang dibawa Pangeran Faisal
dari pengawasan lebih disebabkan karena tidak/belum adanya suatu sistem dan prosedur
yang baku dan modern dalam pengawalan Kerajaan dan Raja, yang justru sedang
ingin dibangun oleh Raja Faisal.
Di
sisi lain, adalah hal yang sangat krusial untuk menentukan waktu pelaksanaan pembunuhan
yang tepat. Tentu sangat riskan jika pembunuhan itu dilaksanakan tak lama
setelah terjadinya embargo minyak oleh Raja Faisal, karena hal ini akan dengan
mudah ditafsirkan oleh pemerintah Arab Saudi dan Dunia Islam pada umumnya
sebagai balas dendam Barat, khususnya AS, kepada Raja Faisal yang selanjutnya dapat
memicu balasan lebih lanjut dari pemerintah Arab Saudi berupa pemutusan
hubungan dengan AS.
Sebuah momen yang menentukan
terjadi ketika sebuah perusahaan keamanan AS, Vinnell Corporation, pada Februari 1975
memenangkan tender dari pemerintah Arab Saudi senilai $77 juta guna melatih
Garda Nasional. Para perencana pembunuhan itu menyadari, bahwa jika pembunuhan
dilakukan setelah kontrak pelatihan berjalan secara efektif, maka Vinnell Corp.
sebagai perusahaan yang melatih Garda Nasional mau tak mau akan terimplikasi,
bukan saja pada nasib kontrak-kontrak selanjutnya, tetapi juga pada hilangnya
kepercayaan Arab Saudi kepada AS sebagai sekutunya. Akan tetapi karena kontrak-kontrak
seperti itu baru dapat dilaksanakan secara efektif setelah semua prasarana dan
sarana pelatihan selesai dipersiapkan di Arab Saudi, barangkali akan memakan
waktu beberapa bulan, maka waktu pembunuhan itu harus ditentukan tidak lama
setelah kontrak ditandatangani namun sebelum pelatihan oleh Vinnell Corp., yang
beranggotakan para veteran CIA dan pensiunan personil militer AS, secara
efektif dimulai. Setelah mempelajari jadwal kegiatan Raja Faisal, waktunya pun
ditentukan, yaitu 25 Maret 1975.
Kesimpulan
Analisis ini
telah membenarkan dugaan sejumlah warga di dunia Arab dan Islam pada umumnya,
bahwa Pangeran Faisal telah menjadi alat dari suatu kelompok di dalam tubuh CIA-militer-industri
pertahanan AS dalam peristiwa pembunuhan ini.
Wallahua’lam