Selasa, 26 Juni 2012

Analisis Peristiwa Pembunuhan Raja Faisal dari Arab Saudi pada 1975




Beberapa waktu yang lalu kami membaca sebuah artikel berjudul “The Assassination of RFK: A Time for Justice! (Pembunuhan RFK: Waktunya bagi Keadilan!)” oleh Frank Morales muncul pada situs Global Research, 16 Juni 2012. Morales menuturkan kisah pembunuhan bernuansa politik Senator Amerika Serikat Robert F. Kennedy (RFK) oleh Sirhan Bishara Sirhan, seorang Kristen Yordania pada 5 Juni 1968. Robert F. Kennedy adalah adik mendiang Presiden John F. Kennedy yang juga tewas dibunuh beberapa tahun sebelumnya semasa masih menjabat sebagai Presiden AS. Setelah berlalu waktu sedemikian lama, setelah terdakwa divonis bersalah oleh pengadilan dan telah menjalani hukumannya di penjara selama 44 tahun, kasus ini hendak dibuka kembali kerena pengacaranya menemukan bukti-bukti baru berdasarkan keterangan para saksi di bawah sumpah serta penjelasan para ahli bahwa secara teknis autopsi dan psikologis Sirhan tidak mungkin membunuh RFK.

Hal yang ingin digarisbawahi di sini, dengan tidak mengesampingkan keterangan para saksi yang juga menyanggah versi resmi dari peristiwa pembunuhan itu, adalah bahwa saksi-saksi ahli dapat menunjukkan bahwa Sirhan memang telah melepaskan tembakan yang sebenarnya tidak mematikan, akan tetapi itu dilakukannya di bawah sadar,  di bawah pengaruh kekuatan hipnotis. Kemampuan melakukan cuci otak dan pengendalian manusia melalui hipnotis adalah di antara spesialisasi dari CIA, Badan Intelejen Pusat AS.

Cerita ini pada akhirnya mengingatkan kami pada peristiwa pembunuhan Raja Faisal dari Arab Saudi pada 1975, yang memunculkan pertanyaan: Apakah Raja Faisal juga dibunuh dengan modus yang sama? Lalu kami membuka berita-berita yang berhubungan dengan peristiwa tersebut melalui google serta melakukan analisis hingga akhirnya kami sampai pada kesimpulan, bahwa metode pada kedua pembunuhan tersebut adalah identik.

Untuk sampai pada kesimpulan ini, pada posting kali ini pertama-tama kami memperkenalkan Project MKULTRA, sebuah proyek pengendalian pikiran manusia oleh CIA. Kemudian kami menunjukkan aplikasi dari hasil-hasil eksperimen Project MKULTRA tersebut pada proses pembunuhan RFK. Pada bagian ini kami hanya mengutip bagian-bagian yang berhubungan dengan Project MKULTRA dari peristiwa pembunuhan RFK. Selanjutnya kami menggunakan kasus pembunuhan RFK sebagai framework guna menganalisis peristiwa pembunuhan Raja Faisal. 


Proyek  MKULTRA (Wikipedia)

Proyek MKULTRA, atau MK-ULTRA , adalah nama kode untuk sebuah eksperimen rahasia dan  ilegal oleh Badan Intelejen AS, CIA,  terhadap manusia. Program resmi pemerintah AS ini dimulai pada awal 1950-an, terus berlanjut setidaknya sampai akhir 1960-an, dengan menggunakan warga Amerika Serikat dan Kanada sebagai subyek pengujian-eksperimennya.

Bukti yang dipublikasikan menunjukkan bahwa Proyek MKULTRA melibatkan penggunaan berbagai metodologi untuk memanipulasi keadaan mental seseorang  dan mengubah fungsi-fungsi otak, termasuk penanganan  secara diam-diam terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia lainnya, hipnotis,  penghilangan kepekaan, pengisolasian, pelecehan secara verbal dan seksual, serta  berbagai bentuk penyiksaan.

Proyek MKULTRA pertama kali dibuka ke masyarakat luas pada tahun 1975 oleh DPR AS, melalui investigasi oleh Komite Gereja, dan oleh suatu komisi kepresidenan yang dikenal sebagai Komisi Rockefeller. Upaya-upaya investigasi terhambat oleh kenyataan bahwa Direktur CIA Richard Helms memerintahkan semua dokumen MKULTRA untuk dihancurkan pada tahun 1973; penyelidikan oleh Komite Gereja dan Komisi Rockefeller mengandalkan pada kesaksian di bawah sumpah dari peserta yang terlibat langsung serta dari dokumen yang berjumlah relatif sedikit yang selamat dari penghancuran oleh perintah Helms tersebut.

Pada tahun 1977, sebuah Undang-undang Kebebasan Informasi memerintahkan dibukanya timbunan dari 20.000 dokumen yang berkaitan dengan proyek MKULTRA, yang kemudian menyebabkan dilakukannya dengar pendapat oleh Senat pada tahun yang sama. Pada Juli 2001 kebanyakan  informasi tentang MKULTRA resmi dinyatakan bukan lagi rahasia.

Meskipun CIA menegaskan bahwa eksperimen-eksperimen semacam MKULTRA telah ditinggalkan, seorang veteran CIA yang telah bertugas selama 14 tahun, Victor Marchetti, menyatakan dalam berbagai wawancaranya bahwa CIA secara rutin melakukan kampanye  disinformasi  dan bahwa penelitian pengendalian pikiran CIA masih terus berlanjut. Dalam wawancara pada 1977, Marchetti secara khusus menyebut bahwa  klaim CIA bahwa MKULTRA telah ditinggalkan adalah sebuah "cerita bohong."

Pada sidang  Senat  pada 1977, Senator Ted Kennedy  mengatakan:

Deputi Direktur CIA mengungkapkan bahwa lebih dari tiga puluh universitas dan lembaga terlibat dalam program "pengujian dan eksperimen yang luas" termasuk pengujian narkoba secara terselubung pada sejumlah warga tanpa mereka sadari" pada semua tingkatan sosial, baik  kelas atas maupun bawah, warga Amerika asli maupun asing." Beberapa dari pengujian ini melibatkan pemberian LSD  untuk "subyek-subyek secara diam-diam dalam berbagai situasi sosial." Setidaknya satu kematian, yaitu Dr Olson, terjadi dari kegiatan-kegiatan ini. Badan Intelejen sendiri mengakui bahwa pengujian-pengujian ini kurang terkategori ilmiah. Para agen yang melakukan pemantauan bukanlah pengamat ilmiah yang berkualitas....

Dipimpin oleh Sidney Gottlieb, proyek MKULTRA dimulai atas perintah Direktur CIA Allen Dulles Welsh  pada 13 April 1953, terutama sebagai tanggapan atas dugaan bahwa SovietCina, dan Korea Utara  menggunakan teknik pengendalian pikiran pada tawanan perang AS di Korea. CIA ingin menggunakan metode yang serupa pada tawanan mereka sendiri. CIA juga tertarik agar dapat memanipulasi para pemimpin asing dengan teknik-teknik seperti itu,  dan kemudian berharap dapat menemukan beberapa program untuk meracuni Fidel Castro …

Salah satu dari dokumen MKULTRA 1955 memberikan indikasi ukuran dan berbagai macam percobaan; dokumen ini mengacu pada studi-tudi dari berbagai macam zat pengubah pikiran yang digambarkan sebagai berikut:
  1. Zat-zat yang akan merangsang pemikiran tidak logis dan impulsif sampai titik di mana pemakainya akan tercemar nama baiknya di depan umum.
  2.  Zat-zat yang dapat meningkatkan efisiensi dari pemikiran dan persepsi.
  3. Bahan-bahan yang akan menyebabkan korban mencapai kedewasaan dengan  lebih cepat / lebih lambat.
  4. Bahan yang akan meningkatkan efek memabukkan dari alkohol.
  5. Bahan yang akan menghasilkan tanda-tanda dan gejala-gejala penyakit untuk sementara sehingga dapat digunakan untuk berpura-pura sakit, dll.
  6. Bahan-bahan yang akan menyebabkan kerusakan otak dan kehilangan memori secara sementara / permanen.
  7. Zat-zat yang akan meningkatkan kemampuan individu dalam menahan penderitaan, penyiksaan dan pemaksaan selama interogasi serta apa yang disebut "cuci otak".
  8. Bahan-bahan dan metode-metode fisik yang akan menghasilkan amnesia terhadap peristiwa-peristiwa sebelum dan selama penggunaannya.
  9. Metoda-metoda fisik yang dapat menghasilkan rasa kaget dan kebingungan  untuk waktu yang lama dan digunakan secara diam-diam. 
  10. Zat-zat yang dapat menghasilkan cacat fisik seperti kelumpuhan kaki, anemia akut, dll.
  11. Zat-zat yang akan menghasilkan zat kimia yang dapat menyebabkan luka lecet.
  12. Zat-zat yang dapat mengubah struktur kepribadian seseorang sedemikian rupa sehingga meningkatkan kecenderungan untuk bergantung pada orang lain.
  13. Suatu bahan yang akan menyebabkan kebingungan mental sedemikian rupa sehingga seseorang yang berada di bawah pengaruhnya akan merasa sulit untuk berbohong selama interogasi.
  14. Bahan-bahan yang akan menurunkan ambisi dan efisiensi kerja orang secara umum bila diberikan dalam jumlah yang tidak terdeteksi.
  15. Bahan-bahan yang dapat meningkatkan kelemahan atau kekacauan penglihatan atau pendengaran, tidak secara permanen.
  16. Pil yang dapat membuat pingsan yang dapat dicampur secara diam-diam ke dalam minuman, makanan, rokok, aerosol, dll, yang akan aman untuk digunakan, membuat amnesia secara maksimum, dan cocok untuk digunakan oleh agen-agen untuk sementara waktu.
  17. Sebuah bahan yang dapat dimasukkan secara diam-diam melalui cara-cara di atas dan dalam jumlah yang sangat kecil yang membuat seseorang tidak mungkin untuk melakukan aktivitas fisik.

Eksperimen-eksperimen

Dokumen-dokumen CIA menunjukkan bahwa cara-cara "kimiawi, biologis dan radiologis" diselidiki untuk tujuan pengendalian pikiran sebagai bagian dari Proyek MKULTRA.

Obat-obatan

LSD

Awal upaya CIA difokuskan pada LSD, yang selanjutnya mendominasi banyak program MKULTRA.

Setelah Proyek MKULTRA resmi berlangsung pada April 1953, eksperimen-eksperimen termasuk pemberian LSD untuk karyawan-karyawan CIA, personil militer, para dokter, agen-agen pemerintah lainnya, para pelacur, para pasien penyakit mental, dan anggota-anggota masyarakat umum dilakukan guna mempelajari reaksi mereka. LSD dan obat-obatan lain yang biasanya diberikan tanpa sepengetahuan subyek atau pemberitahuan, merupakan pelanggaran terhadap Kode Nuremberg  karena AS telah setuju untuk mengikutinya setelah  Perang Dunia II . Tujuannya adalah untuk menemukan obat-obatan ampuh yang dapat menghapus sama sekali pikiran subyek dan memrogramnya sebagai "agen robot." 

Upaya untuk “merekrut” sasaran seringkali ilegal, meskipun penggunaan LSD adalah legal di Amerika Serikat hingga 6 Oktober 1966. Dalam Operasi Midnight Climax, CIA menentukan beberapa rumah pelacuran di San Francisco, California, guna memilih pria-pria yang akan dibuat sangat malu untuk berbicara tentang perbuatan mereka. Orang-orang itu diberi LSD, rumah pelacuran dilengkapi dengan cermin dua arah, dan sesi-sesi (persetubuhan) difilmkan untuk dilihat dan dipelajari.  Dalam percobaan-percobaan lainnya di mana orang-orang diberi LSD tanpa sepengetahuan mereka, mereka diinterogasi di bawah lampu terang dengan para dokter di bagian belakang membuat catatan. Subyek diberitahu bahwa penderitaan mereka akan diperpanjang tanpa batas waktu jika mereka menolak untuk mengungkapkan rahasia mereka. Orang-orang yang diinterogasi dengan cara ini adalah karyawan CIA, personel militer AS dan agen-agen yang dicurigai bekerja untuk pihak lain dalam Perang Dingin. Dari sini muncul kelemahan jangka panjang dan sejumlah kematian.

Kantor Keamanan menggunakan LSD dalam proses interogasi, tapi Dr Sidney Gottlieb, ahli kimia yang memimpin MK-ULTRA, memiliki ide-ide lain: dia mengira itu bisa digunakan dalam operasi-operasi rahasia. Karena efeknya bersifat sementara, ia percaya hal itu bisa diberikan kepada para pejabat tinggi dan ini akan berdampak pada jalannya pertemuan-pertemuan penting, pidato-pidato, dll. Sejak ia menyadari bahwa ada perbedaan dalam pengujian obat-obatan di laboratorium dan menggunakannya dalam operasi-operasi rahasia, dia memulai serangkaian eksperimen di mana LSD diberikan kepada orang-orang secara "normal" tanpa peringatan. Pada awalnya, semua orang di Layanan Teknis mencobanya; sebuah eksperimen khusus melibatkan dua orang di sebuah ruangan di mana mereka saling mengamati satu sama lain selama berjam-jam dan membuat catatan. Ketika eksperimen berlanjut, tercapai suatu titik di mana agen-agen dirangsang tanpa penjelasan apapun dan kejutan-kejutan yang terjadi menjadi semacam risiko pekerjaan di antara para agen CIA. Efek samping sering terjadi, misalnya seorang petugas  yang telah menerima suatu obat  dalam minuman kopinya, menjadi psikotik dan berlari-lari di Washington, melihat sosok rakasa di setiap mobil yang melewatinya. Insiden seperti itu menegaskan kembali bahwa LSD adalah senjata yang berbahaya tetapi itu justru membuat mereka semakin antusias. Percobaan-percobaan terus berlanjut bahkan setelah Dr Frank Olson, seorang ilmuwan militer yang belum pernah menggunakan LSD sebelumnya, mengalami depresi berat setelah sebuah perjalanan yang tiba-tiba  dan kemudian bunuh diri.

Beberapa orang berpartisipasi berdasarkan kesepakatan, dan dalam kasus-kasus ini mereka nampaknya dipilih bahkan untuk eksperimen-eksperimen yang lebih ekstrim. Dalam satu kasus, relawan diberi LSD selama 77 hari berturut-turut. 

Pada akhirnya LSD dihentikan oleh para peneliti MKULTRA karena hasilnya terlalu tidak dapat diduga.  Mereka telah menyerah pada gagasan bahwa LSD adalah "rahasia yang akan membuka kunci alam semesta" tetapi ia masih memiliki tempat di dalam arsenal pelaku operasi terselubung, tetapi sebelum 1962, CIA dan tentara telah mengembangkan serangkaian superhalusinogen seperti BZ yang sangat dipuji itu, yang dianggap sangat menjanjikan sebagai senjata pengendali pikiran. Hal ini mengakibatkan penarikan dukungan dari para akademisi dan peneliti swasta dan penelitian LSD menjadi semakin tidak mendapat prioritas.

Obat-obatan lain

Teknik-teknik lain yang diteliti adalah memberikan barbiturat IV  ke salah satu lengan dan amfetamin IV ke lengan yang lain. Barbiturat ini  pertama-tama diberikan kepada seseorang, dan segera setelah orang itu mulai tertidur, diberikan amfetamin. Orang tersebut kemudian akan mulai mengoceh tak jelas, dan kadang-kadang memungkinkan untuk mengajukan pertanyaan dan mendapatkan jawaban yang bermanfaat.

Percobaan-percobaan yang lain melibatkan obat-obatan seperti temazepam (digunakan di bawah nama kode  MKSEARCH), heroinmorfinMDMAmeskalinepsilosibinskopolamin,  ganja, alkoholsodium pentotal , dan ergine  (dalam Subproyek 22 ).

Hipnotis

Dokumen-dokumen MKULTRA yang telah dinyatakan terbuka menunjukkan bahwa hipnotis dipelajari pada awal 1950-an. Tujuan-tujuan eksperimennya termasuk: penciptaan  "rasa cemas melalui hipnotis," "meningkatkan kemampuan belajar dan mengingat materi tertulis kompleks melalui hipnotis," mempelajari hipnotis dan pengujian poligrafi,  "meningkatkan kemampuan untuk mengamati dan mengingat pengaturan kompleks objek fisik melalui hipnotis," dan mempelajari  "hubungan antara kepribadian dan kerentanan terhadap hipnotis."   Percobaan-percobaan dilakukan dengan hipnotis melalui obat dan dengan amnesia anterograde dan retrograde selagi di bawah pengaruh obat-obatan tersebut.

Eksperimen-eksperimen Kanada

Percobaan-percobaan dilakukan di Kanada ketika CIA merekrut psikiater Skotlandia Donald Ewen Cameron, pencipta konsep "mengemudi psikis," yang ole CIA dianggap sangat menarik. Cameron telah berharap dapat memperbaiki penyakit skizofrenia dengan menghapus ingatan yang ada dan memrogram ulang jiwa. Dia bolak-balik dari  Albany, New York ke Montreal setiap minggu untuk bekerja di Allan Memorial Institute di Universitas McGill dan dibayar $69.000 dari 1957-1964 untuk melaksanakan eksperimen MKULTRA di sana. Selain LSD, Cameron juga bereksperimen dengan berbagai obat lumpuh serta terapi elektrokonvulsif pada 30-40 kali kekuatan normal. Percobaan-percobaannya dalam "mengemudi" terdiri dari membuat subyek dalam keadaan koma dengan obat selama berminggu-minggu pada sekali waktu (sampai tiga bulan dalam satu kasus) sambil memainkan  rekaman suara yang terus diputar atau pernyataan sederhana yang diulang-ulang. Eksperimen-eksperimennya biasanya dilakukan pada pasien-pasien yang masuk ke Allan Memorial Institute untuk masalah-masalah kecil seperti gangguan kecemasan dan depresi pasca-melahirkan, yang banyak dari mereka akhirnya menderita secara permanen akibat percobaannya itu. Pengobatan yang dilakukannya mengakibatkan korban mengalami inkontinensiaamnesia, lupa bagaimana berbicara, lupa pada orang tua mereka, dan mengira  interogator mereka adalah orang tuanya. Karyanya diilhami  oleh dan disejajarkan dengan psikiater Inggris William Sargant di Rumah Sakit St Thomas, London, dan Rumah Sakit Belmont, Surrey, yang juga terlibat dalam Dinas Intelijen dan bereksperimen secara luas pada pasien-pasiennya tanpa persetujuan mereka, yang menyebabkan kerusakan serupa dalam jangka panjang…

Selanjutnya kita akan melihat bagaimana sejumlah metode hasil Proyek MKULTRA di atas diterapkan pada pembunuhan RFK.


The Assassination of RFK: A Time for Justice! (Pembunuhan RFK: Waktunya bagi Keadilan!) (Situs Global Research, 16 Juni 2012)

Kira-kira setahun yang lalu, pada 23 April 2011, pengacara Dr William Pepper dan rekannya, Laurie Dusek, mengajukan catatan tambahan 58 halaman kepada Andrew J. Wistrich, Hakim Magistrat Amerika Serikat, Pengadilan Distrik AS, Distrik Pusat California, berbunyi: "mengajukan permohonan pembebasan" atas nama Sirhan. Secara ringkas… mereka meminta sebuah tinjauan ulang dan menyeluruh dari semua bukti dalam kasus ini, termasuk kesaksian baru dan ekspositoris yang mengancam batalnya versi cerita resmi…

Untuk menyegarkan ingatan kita bersama: Robert Kennedy, beberapa saat setelah memenangkan tahap pendahuluan pemilihan presiden di Negara Bagian California 1968 pada malam 5 Juni 1968, menyampaikan pidato kemenangannya di panggung di Ruang Embassy Hotel  Ambassador di pusat kota Los Angeles. Sekitar tengah malam, ia dan rombongannya meninggalkan panggung diiringi tepuk tangan penuh kegembiraan pendukungnya dan dibimbing  menuju ke bagian pantry hotel di mana ia terus menyapa para pekerja staf dan lain-lainnya di sana.

Tiba-tiba terdengar tembakan di tengah kepadatan pengunjung, di daerah tertutup di sekitar Senator dan dalam sekejap mata orang yang dianggap sebagai pewaris kursi Kepresidenan, calon presiden yang berkomitmen bagi perdamaian, hak-hak sipil dan keadilan sosial, tengah terbaring terluka parah di lantai dapur. Dengan kekacauan dan kebingungan yang terjadi di sekitarnya, seorang pemuda, Sirhan Sirhan ditangkap, dengan pistol masih berasap di tangannya, kira-kira 3-7 meter di depan Senator yang terluka, dibanting ke tanah sementara Kennedy terbaring berlumuran darah. Bergegas keluar dari hotel untuk dibawa ke rumah sakit terdekat, RFK dinyatakan meninggal pada 1:44 AM hari berikutnya…

Untuk meringkas….dua dokter terpercaya, membenarkan otopsi bahwa Robert Kennedy dibunuh oleh seseorang yang berdiri di belakang Senator dan agak ke kanan, ditembak dari belakang, dari belakang dan dari dekat, fatal, di belakang telinga kanan.

Sekarang masalahnya dengan fakta ini adalah bahwa ia cenderung melemahkan versi resmi dari peristiwa tersebut, sebuah paradigma pembunuh tunggal. Kontradiksi yang menyeruak dari cerita resmi pembunuhan RFK adalah bahwa Pepper dan Dusek mengajukan kesaksian di bawah sumpah dari  "12 saksi penembakan RFK yang mendukung pernyataan bahwa Sirhan Sirhan berada di depan Senator AS Robert Kennedy ketika Sirhan melepaskan tembakannya di pantry," sehingga tidak mungkin bagi Sirhan untuk melepaskan tembakan fatal (di belakang telinga kanan)…

Jadi, sejumlah tembakan yang dilepaskan, orang-orang berteriak, massa yang histeris, dan Sirhan sendiri, dengan pistol di tangan, menembak dari posisi yang tidak konsisten dengan luka Kennedy, yang tidak begitu ingat berada di sana. Bagaimana hal ini mungkin terjadi? Apakah dapat dibayangkan bahwa ia dimanipulasi untuk melakukan tindakan seperti itu yang bertentangan dengan sifat alaminya yang ia tidak akan mampu, setelah bertahun-tahun, dengan jelas mengingat kembali? Apakah pengendalian pikiran semacam ini dimungkinkan?

"Apakah mungkin untuk menguasai pikiran seseorang sampai-sampai orang yang tidak sadar akan melakukan tindakan antisosial atau kriminal lain, dan kemudian mengalami amnesia untuk tindakan-tindakannya itu? Ini adalah topik yang saya (Alan W. Scheflin) akan membahas dalam Deklarasi saya."

"Bukti G. Deklarasi dari Alan W. Scheflin", sebuah Bukti untuk Permohonan Peninjauan Ulang diajukan ke Pengadilan pada 22 Februari 2012, menyimpulkan, "bahwa adalah mungkin, pada  kelompok kecil orang yang terpilih, untuk mempengaruhi pikiran dan perilaku di luar batas yang diperbolehkan secara legal dan etis." Dan meskipun "tidak nyaman untuk menerima gagasan bahwa pikiran manusia bisa begitu mudah dibentuk ... Saya sangat percaya,  lebih tidak nyaman lagi untuk menyangkalnya. Ide seorang agen yang diprogram melalui hipnotis mungkin terdengar 'fantastis' ... tetapi bukannya tidak benar. "

Alan Scheflin saat ini adalah seorang Profesor Hukum di Sekolah Hukum Universitas Santa Clara. Dia mencatat dalam “Deklarasi”nya bahwa, "spesialisasi saya adalah Hukum dan Psikiatri. Selain gelar sarjana hukum, saya juga memiliki gelar dalam bidang Psikologi Konseling." Scheflin telah menerima beberapa penghargaan dari Asosiasi Psikiatri Amerika,  Asosiasi Psikologi Amerika, Masyarakat Internasional untuk Studi Disosiasi, Masyarakat bagi Hipnotis Klinis dan Eksperimen, Dewan Hipnotis Psikologi Amerika, dan merupakan satu-satunya pengacara yang pernah dinamakan sebagai anggota dari Masyarakat Hipnotis Klinis Amerika. Sebagai Presiden terdahulu dan terus berlanjut sebagai anggota Dewan Eksekutif dari Asosiasi Studi-studi Kultis Internasional, "Saya telah selama tiga dekade berkomunikasi dengan para ahli terkemuka dari seluruh dunia dalam bidang pencucian otak dan pengaruh sosial yang ekstrem.”

"Penelitian saya sejak tahun 1960 telah difokuskan pada batas-batas ekstrem pengaruh manusia, dan khususnya pada penggunaan hipnotis dan teknik-teknik untuk mempengaruhi masyarakat guna mengubah cara orang berpikir dan bertindak. Sebagai bagian dari pekerjaan ini, saya telah membaca lebih dari 10.000 halaman dokumen CIA yang telah dinyatakan tidak lagi rahasia pada program pengendalian pikiran dan perilaku yang awalnya dijalankan oleh Badan tersebut pada akhir tahun 1940-an. Saya secara pribadi mengenal beberapa peneliti terkemuka yang berpartisipasi dalam program ini." "Saya memiliki kualifikasi sebagai seorang ahli untuk tampil di pengadilan mengenai konsep ‘Manchurian Candidate,‘ dan saya memiliki kualifikasi untuk tampil di pengadilan sebagai ahli dalam bidang pencucian otak, pengendalian pikiran menggunakan hipnotis guna mempengaruhi masyarakat."

"Para ilmuwan, setidaknya sejak 1880-an, telah menganggap pikiran sebagai wilayah untuk ditaklukkan. Militer Amerika dan Badan-badan intelijen telah menghabiskan jutaan dolar sejak paruh terakhir abad kedua puluh untuk melakukan eksperimen-eksperimen rahasia yang tujuannya adalah agar dapat mengendalikan pikiran manusia." "Seperti yang saya ketahui, para ahli hipnotis di Amerika Serikat dan juga dari seluruh dunia, menyimpulkan bahwa citra publik terhadap hipnotis sebagai tidak berbahaya merupakan posisi yang mengundang keprihatinan. Secara pribadi, banyak dari para ahli ini mengatakan cerita yang berbeda. Memang, banyak ahli, termasuk saya sendiri, telah muncul sebagai konsultan atau ahli dalam kasus-kasus di pengadilan yang melibatkan penggunaan hipnotis untuk tujuan perubahan perilaku masyarakat... Pada konferensi-konferensi hipnotis, topik mengenai sisi gelap hipnotis hampir tidak pernah dibahas dalam presentasi formal."

"Bagi para spesialis hipnotis yang percaya bahwa hipnotis hanya dapat digunakan untuk kebaikan, sebuah Laporan RAHASIA TINGKAT TINGGI CIA telah menyangkalnya: ‘Terus terang, saya sekarang tidak mempercayai banyak dari apa yang ditulis oleh para ahli akademis tentang hipnotisme. Sebagian karena banyak dari mereka nampaknya telah menggeneralisir dari kasus yang sangat sedikit; sebagian lagi karena banyak dari keragu-raguan mereka bertentangan dengan percobaan-percobaan yang dilakukan oleh Badan Intelejen; tetapi lebih terutama karena saya pribadi telah menyaksikan respon perilaku yang diharapkan muncul sebagaimana yang dinyatakan oleh para ahli yang terhormat itu tidak mungkin dapat diperoleh.’ [Laporan CIA, Hipnotisme dan Operasi Terselubung 1955]."

Akhirnya, Scheflin menyimpulkan dengan menyatakan bahwa, "penciptaan pembunuh yang diprogram melalui hipnotis atau kambing hitam (pengalih) adalah mungkin dengan persentase yang sangat kecil dari orang-orang yang masuk ke dalam kategori 'sangat mungkin dapat dihipnotis.' Sirhan Sirhan, berdasarkan pengujian ekstensif psikologis Dr. Daniel Brown dan wawancara dengannya, memenuhi persyaratan sebagai subyek yang ideal bagi bentuk ekstrim dari manipulasi mental ini".

“Deklarasi oleh Dr. Daniel Brown” yang juga diajukan sebagai bukti pada 22 Februari 2012, menyatakan bahwa, "Saya seorang Profesor Asosiasi dalam bidang Psikologi di Sekolah Kedokteran Harvard di Pusat Kedokteran Beth Israel Deaconess. Dalam perjalanan karir profesional saya, saya telah memenuhi syarat sebagai saksi ahli pada penilaian psikologis, memori, memori akibat trauma, dan efek-efek dari pengaruh sugestif di banyak wilayah hukum negara bagian dan federal di mana saya tidak pernah didiskualifikasi. Saya penulis senior dari sebuah buku teks ‘Memori, Pengobatan Trauma dan Hukum’ (Norton, 1999) dan  penerima penghargaan dari 7 masyarakat profesional termasuk penghargaan Manfred Guttmacher untuk 'kontribusi luar biasa bagi psikiatri forensik' diberikan secara bersama oleh Asosiasi Psikiatris Amerika dan Akademi Psikiatris dan Hukum Amerika. Saya juga menjabat sebagai saksi ahli dan konsultan pada tiga kesempatan penuntutan hukum di Pengadilan Kejahatan Perang Internasional, Den Haag, Belanda. "

"Saya telah menulis empat buku tentang hipnotis, termasuk buku teks baku, ‘Hipnotis, buku teks standar Hipnotis dan Hipnoterapi’  (Erlbaum, 1986, bersama Erika Fromm). Saya juga menulis panduan tentang wawancara forensik melalui hipnotis, yang saat ini merupakan edisi terbaru dari Buku teks ‘Komprehensif Psikiatris.’ Dengan kualifikasi inilah saya menyetujui untuk mewawancarai Tuan Sirhan B. Sirhan mengenai ingatannya atas kejadian-kejadian menjelang dan pada malam pembunuhan Senator Robert F. Kennedy."

"Pada bulan Mei 2008, saya diperintahkan oleh pengacara Tuan Sirhan B. Sirhan, William F. Pepper, untuk memulai serangkaian wawancara dengan Tuan Sirhan. Salah satu tujuan dari wawancara ini adalah untuk melakukan penilaian psikologis forensik yang terperinci terhadap Tuan Sirhan mengenai status mentalnya. Tujuan kedua dari wawancara ini adalah untuk memberikan kesempatan kepada Tuan Sirhan mengembangkan ingatan yang lebih lengkap, dalam suasana non-sugestif, atas kejadian-kejadian menjelang dan pada malam pembunuhan itu. Pertanyaan penting yang diminta oleh Pengacara Pepper untuk saya jawab sebagai sebuah pendapat ahli adalah: Apakah Tuan Sirhan merupakan subyek pengaruh sugestif koersif yang membentuk perilakunya pada saat pembunuhan Senator Robert F. Kennedy dan juga yang membuatnya amnesia terhadap perilaku dan perannya dalam pembunuhan itu."

"Eksplorasi ingatan terdiri dari pendekatan langkah-langkah wajar sistematis berdasarkan pedoman yang berlaku saat ini bagi wawancara non-sugestif. Langkah-langkah ini termasuk mengingat kembali secara bebas secara berulang-ulang, diikuti dengan mengingat kembali secara bebas ditambah pemulihan suasana (sebuah prosedur yang dikenal sebagai Wawancara Kognitif), diikuti dengan wawancara terfokus dengan pertanyaan-pertanyaan cepat terbuka non-sugestif, dan terakhir diikuti dengan mengingat kembali secara bebas di bawah hipnotis."

Setelah mengerjakan “lebih dari 60 jam wawancara dan pengujian terhadap Tuan Sirhan,” membaca segala sesuatunya tentang kasus ini, termasuk file-file FBI, mewawancarai saksi-saksi, menyelenggarakan banyak tes psikologi, kuesioner, skala-skala, dll, Dr. Brown  “di bawah sumpah” tiba pada kesimpulan yang mengejutkan: bahwa “Tuan Sirhan tidak bertindak berdasarkan kemauannya sendiri dan pengetahuan atau niat pada saat pembunuhan itu dan tidak bertanggung jawab atas tindakan yang dipaksakan dan / atau dilakukan oleh orang lain, dan lebih jauh lagi bahwa sistem pengendalian pikiran yang ditimpakan kepadanya juga membuatnya tidak mungkin untuk mengingat di bawah pengaruh hipnotis atau sadar, banyak rincian penting dari tindakan-tindakan dan peristiwa-peristiwa menjelang dan pada saat penembakan di dapur Hotel Ambassador.”

"Adalah fakta yang tak terbantahkan bahwa Tuan Sirhan menembakkan pistolnya di pantry Hotel Ambassador pada malam pembunuhan," Dr Brown menyatakan. "Bukti yang diungkapkan oleh wawancara ekstensif saya membenarkan tuduhan yang lebih ringan, bahwa ia terlibat dalam kegiatan ini sebagai respon terhadap isyarat yang diberikan oleh pihak lain, dan dengan demikian mendesakkan pada  kesimpulan bahwa penembakan dari pistolnya itu tidak berada di bawah pengendalian dirinya secara bebas, tidak juga dilakukan secara sadar, tapi kemungkinan merupakan hasil dari perilaku hipnotis otomatis dan pengendalian paksa. Saya yakin bahwa Tuan Sirhan secara sah mengingat kilas balik menembak pada lingkaran-lingkaran sasaran pada lapangan tembak sebagai respon dari isyarat sentuhan port-hipnotik dan tidak memiliki pengetahuan, atau niat, untuk menembak seorang manusia, apalagi Senator Kennedy. Bahkan setelah 40 tahun berlalu Tuan Sirhan masih bingung ketika diberitahu oleh orang lain bahwa dia menembak Senator Kennedy. "

Pada siang dan malam dari hari pembunuhan, "Kepergian Tuan Sirhan ke Hotel Ambassador pada malam pembunuhan itu tidak secara sadar direncanakan. Tuan Sirhan tidak mengetahui dan tidak mungkin tahu bahwa Senator Kennedy akan melewati bagian dapur. Tuan Sirhan dibimbing  untuk pergi ke bagian dapur oleh seorang wanita setelah wanita yang sama tersebut menerima pengarahan dari seorang petugas di acara tersebut.  Tuan Sirhan tidak pergi dengan maksud untuk menembak Senator Kennedy, melainkan merespon isyarat hipnotis khusus yang diberikan kepadanya oleh wanita itu untuk masuk ke  'moda lapangan tembak,' di mana Tuan Sirhan secara otomatis dan tanpa sadar merespon dengan 'kilas balik' mengira dia menembak lingkaran-lingkaran sasaran di lapangan tembak. Pada saat itu Tuan Sirhan tidak tahu bahwa dia menembaki orang-orang, juga tidak tahu bahwa ia menembaki Senator Kennedy. "

"Tuan Sirhan dengan mudah mengingat pergi ke lapangan tembak selama hari pembunuhan tersebut." Sesampainya di Hotel Ambassador agak kebetulan malam itu, mencari sebuah pesta, menurut Brown, Mr Sirhan bercerita: 'Sekarang aku akan ke bagian lain ... Saya tidak tahu namanya ... Kemudian saya mendengar bahwa itu adalah Ruang Embassy ...itu seperti sebuah lorong besar ... lampu-lampu yang luar biasa ...tidak  ada meja ... terang benderang ... banyak orang ... Aku mulai lelah ... saya tidak mengharapkan ini ... Sudah mulai terasa panas ... sangat panas ... Saya ingin minum. Sebuah tempat bar sementara... Saya melihat seorang bartender ... berbaju putih ... dia tampaknya berdarah Latin ... kami hanya mengangguk ... Saya mengatakan kepadanya apa yang saya inginkan ... rasanya saya memiliki hubungan dengan orang ini ... Tom Collins ... Aku meminumnya, sementara aku berjalan-jalan ... bartender ini ... dia tidak seperti sedang berjualan ... dia tidak banyak bicara ... rasanya dia berkomunikasi dengan gerakan-gerakan ... mengangguk setelah saya membayar minumannya. "

"Aku masih tengah melihat-lihat ... ia tidak membuat (minuman) persis di depan saya ... ia membuatnya (dari tempat lain) lalu membawanya... setelah itu saya kembali lagi ... itu seperti hal yang rutin di  antara kami ... sepertinya aku lebih akrab ... seakan-akan saya adalah pelanggan tetapnya... Saya tidak ingat apakah pernah melihatnya sebelumnya ...sepertinya dia adalah seorang profesional ... ia tidak pernah memulai percakapan tapi setelah kali kedua seperti ada komunikasi di antara kami ... ia tahu apa yang saya inginkan ... sulit untuk mencari tahu apakah dia mengincar saya atau saya yang mengincarnya ... Saya tidak ingat apakah dia mengatakan sesuatu seperti 'tembak Kennedy' atau sesuatu yang seperti itu ... dia hanya sangat pendiam ... Aku mulai lelah ... Aku ingin pulang ... Saya telah melihat pestanya. "

Dr. Brown:
"Terlihat jelas bahwa pada saat tertentu Tuan Sirhan hanya dapat berpikir tentang pulang ke rumah. Sekali lagi, menyatakan keinginannya untuk meninggalkan pesta dan pulang ke rumah tidak menggambarkan motivasi seorang pembunuh yang siap membunuh seorang calon presiden segera sesudahnya. "

Dan Sirhan mencoba untuk pulang. "Saya masuk ke mobil ... Saya tidak bisa berpikir tentang mengendarai mobil ...itu sudah larut malam ... Aku duduk di dalam mobil ... Saya tidak bisa mengendarainya ... Tidak mungkin saya bisa mengendarainya ... Saya tidak menginginkannya ... Aku ingin tidur ... Aku ingin tidur ... tidur ...tidur ... tidur. Lalu aku kembali ke hotel untuk minum kopi. "

Menurut Brown, "Tuan Sirhan ingat menelusuri kembali langkah-langkahnya ke bar yang sama. Ketika Tuan Sirhan tiba di bar tersebut ia meminta secangkir kopi kepada bartender yang sama. Bartender mengatakan kepadanya bahwa tidak ada kopi ada di bar. Seorang wanita yang menarik dengan gaun bintik-bintik sedang duduk di bar berbicara dengan bartender. Dia mendengar Sirhan meminta kopi dan dia mengatakan bahwa dia tahu di mana tersedia kopi. Wanita bergaun bintik-bintik itu kemudian menggamit Sirhan dengan tangannya dan menuntunnya ke ruang depan di balik panggung di mana Senator Kennedy sedang berbicara." Di sana mereka menemukan minuman kopi pada saat mana, Sirhan mulai merasa tertarik padanya ("adalah pekerjaan saya untuk merayu dia ") ketika tiba-tiba, menurut Brown, “mereka diinterupsi oleh seorang petugas berjas dan membawa papan tulis. Petugas tersebut mengatakan kepada mereka bahwa mereka tidak bisa tinggal di ruang depan karena alasan keamanan, dan petugas itu kemudian memberitahu gadis bergaun bintik-bintik itu untuk pergi ke dapur. "

"Tiba-tiba mereka memberitahu kami, kami harus pindah. Orang ini datang dengan mengenakan setelan jas .. rambut berwarna gelap ... wajah besar ... sepertinya dia yang memimpin ... ia tidak mengenakan seragam apa pun ... mengenakan jas ... wanita itu menuruti perintahnya ... ia mengarahkan menuju pantry. Pria itu berkata, 'kalian bisa kembali ke ruangan ini.’  Aku mengikuti wanita bergaun bintik-bintik itu. Dia yang memimpin ... Saya agak seperti anjing yang mengikutinya. Saya ingin kembali ke band mariache ... tapi dia langsung pergi ke bagian pantry ... dengan saya yang sedemikian tertarik padanya, saya hanya menempel saja padanya. "

Sirhan tidak mengerti, mungkin dibius. "Gadis itu" dan "petugas" membawanya ke tempat persis terjadinya pembunuhan itu. Sirhan, yang telah terpikat dengannya, bercerita: "Saya mencoba untuk memikirkan bagaimana agar aku dapat memiliki gadis itu ... Tiba-tiba gadis itu melihat dari atas kepalaku menuju suatu tempat ... Lalu dia menepuk saya atau mencubit saya ... Hal ini mengejutkan ...Saya pikir dia melakukannya dengan kukunya ... seperti membangunkan ... serta merta membangunkanku dari rasa lesu... namun, aku masih mengantuk ... Dia menunjukkan kembali dari atas kepalaku ... Dia berkata, 'Lihat, lihat, lihat.' Aku berbalik ... Saya tidak tahu apa yang terjadi setelah itu ... Dia memalingkanku dan membalikkan badanku ... Dia mengarahkan perhatian saya ke belakang ... Jalan belakang ... Ada orang-orang berdatangan melalui pintu itu... Saya bingung ia hendak mengarahkan saya kemana... Nampaknya tidak ada hubungannya dengan saya ... Beberapa orang mulai mengalir masuk ... Dia terus menunjuk ke arah belakang ... kemudian tiba-tiba dia menjadi lebih bersemangat ... Dia melingkarkan lengannya di bahu saya."

"Saya pikir tangannya mengenai saya ... Kemudian aku berada di lapangan tembak ... kilas balik ke lapangan tembak ... Saya tidak tahu bahwa aku punya pistol ... ada sasaran seperti kilas balik ke lapangan tembak ... Saya mengira bahwa saya merasa berada di lapangan tembak lebih daripada perasaan aku benar-benar tengah menembaki seseorang, lebih lagi Bobby Kennedy ... [Brown: Ingat kembali keadaan pikiran Anda] Kondisi mental saya seperti aku tengah mabuk dan mengantuk ... mungkin gadis itu yang membuatku menjadi begini ... Aku seperti berada di lapangan tembak lagi ...[Sasaran terlihat seperti apa?] Lingkaran. Lingkaran ... Rasanya seperti aku berada di lapangan tembak  lagi ... saya pikir saya menembak satu atau dua tembakan ... Lalu aku tersentak dan berpikir 'aku tidak berada di lapangan tembak' ... [Lalu, Apa yang terjadi?] 'Kemudian mereka mulai menyergap saya ... Aku berpikir, 'lapangan tembak, lapangan tembak, lapangan tembak.' Lalu semuanya akan kabur ... setelah itu tembakan pertama atau kedua ... itulah akhir dari kejadian itu ... Itu adalah tempat yang salah untuk keberadaan pistol tersebut... Saya pikir itu adalah lapangan tembak... mereka mematahkan jari saya ... [Apa yang terjadi selanjutnya?] Hal berikutnya yang aku ingat, aku sedang dibekap dan ditangani orang-orang, saya tidak tahu apa yang terjadi ... kemudian ketika saya melihat hakim perempuan (di pengadilan) saya tahu bahwa Bobby Kennedy tertembak dan saya penembaknya, tetapi itu tidak muncul dari ingatan saya. "

Itu karena dia berada di “moda lapangan tembak.” Menurut Dr Brown, "Ketika mewawancarai Tuan Sirhan saya, bersama dengan pengacara Dusek, secara langsung mengamati Tuan Sirhan secara spontan beralih ke 'moda lapangan tembak' pada beberapa kesempatan, di mana Tuan Sirhan secara otomatis mengambil sikap menembak, dan dengan suara seperti robot menjelaskan tengah menembak pada organ-organ vital. Setelah pulih dari  munculnya respon 'moda lapangan tembak' yang singkat, Tuan Sirhan tetap sepenuhnya lupa dengan perilaku tersebut. "

Akhirnya, pada dugaan "buku catatan Sirhan,” yang muncul setelah penembakan itu, kata-kata berikut muncul: "Alkohol akan cinta cinta cinta cinta cinta cinta." Menyimpulkan kasus ini, Dr Brown menyatakan bahwa, "Dalam bagian ini Tuan Sirhan telah membuat hubungan dalam ingatannya antara alkohol pada malam pembunuhan itu dan 'cinta'-nya untuk gadis bergaun bintik-bintik. Dengan menyentuh Tuan Sirhan di bahunya dan/atau memutar tubuhnya menunjukkan isyarat hipnotis untuk masuk 'moda lapangan tembak,' secara hipnotis agar berhalusinasi tengah berada di lapangan tembak, dan menembak secara otomatis kepada sasaran. Ulasan saya dari saksi mata yang berada di dapur pada saat pembunuhan itu menunjukkan bahwa dengan memberikan Tuan Sirhan isyarat untuk menembak mungkin telah disinkronkan dengan penembak kedua dan bahwa suara senjata kedua mungkin juga digunakan sebagai isyarat tambahan bagi Tuan Sirhan untuk tetap menembak. "

"Mungkin gadis itu memiliki semacam isyarat," kata Sirhan pada tahun 1997. "Saya tidak tahu. Ketika dia membalikkan badan saya, rombongan pendukung Kennedy terus mengalir masuk dan gadis itu berusaha untuk menarik perhatian saya. Ketika saya berbalik, itu terakhir kali aku melihatnya. Saya tidak ingat penembakan. Saya tidak ingat mengarahkan pada Bobby Kennedy."

Para pengacara Sirhan tidak meragukan bahwa klien mereka telah digunakan sebagai kambing hitam untuk pembunuhan politik yang mengubah sejarah ini, direncanakan dan dilakukan oleh kekuatan yang bertekad untuk mencegah Robert Kennedy dari menjadi Presiden. Pepper menegaskan bahwa bukti bahwa kliennya tidak bersalah, yang akan ditetapkan secara rinci jika dibukanya sidang pembuktian yang diberikan oleh Pengadilan, akan menunjukkan tanpa keraguan akan tidak bersalahnya Sirhan, dan tuduhan yang salah dan palsu, yang telah ditutupi sekian lama, akan gugur.

Selanjutnya kita beralih kepada Raja Faisal dan keponakannya yang juga bernama Faisal. Berikut adalah profil keduanya masing-masing.

Raja Faisal dari Arab Saudi (Wikipedia)


Faisal bin Abdulaziz Al Saud (1906-1975) adalah Raja dari Arab Saudi pada periode 1964-1975. Sebagai raja, ia dikenang karena berhasil menyelamatkan negara dari krisis keuangan dan menerapkan kebijakan modernisasi dan reformasi, sementara untuk  kebijakan luar negerinya ia mempromosikan pan-Islamisme, anti-komunisme, dan pro-berdirinya negara Palestina.  Ia berhasil memapankan  birokrasi kerajaan dan pemerintahannya memiliki popularitas yang baik di antara rakyat Saudi.  

Pada 1963, Faisal mendirikan stasiun televisi pertama di negara itu, meskipun siaran yang sebenarnya baru dimulai dua tahun kemudian. Kebijakannya ini menuai tentangan yang sangat kuat dari kalangan ulama dan kelompok konservatif di negara itu. Akan tetapi Faisal meyakinkan mereka, bahwa prinsip-prinsip Islam tetap akan diberlakukan dengan ketat, dan memastikan bahwa siarannya akan mengandung sejumlah besar program keagamaan.

Ketika masih menjadi Putera Mahkota, Pangeran Faisal membantu mendirikan Universitas Islam Madinah pada tahun 1961. Pada tahun 1962, Faisal membantu mendirikan Liga Dunia Muslim, sebuah badan amal berskala dunia di mana keluarga kerajaan Saudi dilaporkan telah menumbang lebih dari satu miliar dolar. 

Sebagai raja, Faisal melanjutkan aliansi dekat dengan Amerika Serikat yang telah dimulai oleh ayahnya, dan banyak bergantung pada AS dalam melengkapi persenjataan dan melatih angkatan bersenjata kerajaan. Raja Faisal juga sangat anti-Komunis. Dia menolak setiap hubungan politik dengan Uni Soviet dan negara-negara blok komunis, karena ia melihat ketidakcocokan total antara Komunisme dan Islam,  dan menganggap komunisme  mempunyai hubungan dengan Zionisme .

Faisal juga mendukung monarki dan gerakan konservatif di dunia Arab, dan berusaha untuk melawan pengaruh sosialisme dan Nasionalisme Arab di wilayah ini dengan mempromosikan pan-Islamisme sebagai alternatif. Untuk itu, ia menyerukan pembentukan Liga Dunia Muslim, mengunjungi beberapa negara Islam guna mendukung gagasannya itu. Dia menunjukkan ketidakcocokannya dengan Presiden Mesir  Gamal Abdel Nasser. Sebenarnya Faisal tidak pernah secara eksplisit menolak pan-Arabisme, dan terus menyerukan solidaritas antar-Arab dalam arti luas.

Setelah kematian Nasser pada tahun 1970, Faisal mendekat ke  presiden baru Mesir, Anwar Sadat,  yang memang bermaksud hendak menghentikan hubungan Mesir dengan Uni Soviet dan bergerak ke arah kubu pro-Amerika. 

Selama Perang Arab-Israel 1973, yang dilancarkan oleh Sadat, Faisal menghentikan suplai minyak Saudi ke pasar dunia, sebagai protes kepada  Barat atas dukungan mereka kepada Israel selama konflik tersebut. Tindakannya itu menyebabkan harga minyak melonjak empat kali lipat dan merupakan faktor utama di balik krisis energi 1973. Tindakannya ini telah mengokohkan kedudukan Faisal di antara banyak warga Arab dan Muslim di seluruh dunia. Pada tahun 1974, ia digelari majalah Time sebagai  Man of the Year, dan limpahan uang yang dihasilkan oleh krisis energi menghasilkan lonjakan ekonomi di Arab Saudi pada tahun-tahun setelah kematiannya. Tambahan pendapatan minyak tersebut juga memungkinkan Faisal untuk lebih meningkatkan bantuan dan subsidi mulai setelah Perang Arab-Israel 1967 kepada Mesir, Suriah, dan Organisasi Pembebasan Palestina.  

 

Pembunuhan

 

Pada 25 Maret 1975 Raja Faisal ditembak dan dibunuh oleh keponakannya sendiri, Faisal bin Musaid, yang baru saja kembali dari Amerika Serikat. Pembunuhan itu terjadi di sebuah majelis, sebuah acara di mana Raja biasa menerima warga untuk mengajukan masukan dan petisi kepada  Raja.

Di ruang tunggu, Pangeran Faisal berbicara dengan perwakilan Kuwait yang juga tengah menunggu untuk bertemu dengan Raja Faisal.  Ketika Pangeran bergerak untuk memeluknya, Raja Faisal membungkukkan kepalanya agar dicium oleh keponakannya sesuai dengan budaya Saudi. Saat itulah, Pangeran Faisal mengeluarkan pistol dan menembaknya. Tembakan pertama mengenai dagu Raja Faisal dan yang kedua masuk melalui telinga Raja Faisal.  Seorang pengawal memukul Pangeran Faisal dengan pedang yang masih berselubung. Menteri Perminyakan Sheikh Yamani berteriak berulang kali untuk tidak membunuh Pangeran Faisal. 

Raja Faisal segera dibawa ke rumah sakit.  Ia masih hidup ketika dokter berupaya memacu jantungnya dan memberinya transfusi darah, akan tetapi tidak berhasil dan Raja Faisal wafat tak lama sesudahnya.  Baik sebelum dan sesudah pembunuhan Pangeran Faisal dilaporkan bersikap tenang. Setelah pembunuhan itu, Riyadh berkabung selama tiga hari dan semua kegiatan pemerintah berhenti.

Salah satu dari teori pembunuhan itu adalah bentuk balas dendam Pangeran Faisal atas kematian saudaranya, Pangeran Khalid bin Musa'id, yang mati ditembak polisi ketika melakukan aksi protes ke sebuah stasiun televisi. Raja Faisal dianggapnya ikut bertanggung jawab karena menginisiasi proyek tersebut.

Pangeran Faisal, yang ditangkap sesaat setelah serangan, secara resmi dinyatakan gila. Tetapi dalam persidangan, sebuah panel ahli medis Saudi menyatakan bahwa Faisal dalam keadaan  waras ketika ia menembak Raja. Pengadilan tinggi agama menghukumnya karena pembunuhan raja dan menjatuhkan hukuman mati. Meskipun ketika dalam keadaan sekarat Raja Faisal meminta agar pembunuhnya tidak dihukum mati, ia tetap dipenggal di lapangan umum di RiyadhEksekusi berlangsung pada 18 Juni 1975 pada pukul 4:30 sore-tiga jam sebelum matahari terbenam - di hadapan kerumunan ribuan orang di lapangan umum di depan Masjid Agung Riyadh..

Raja Faisal dimakamkan di Riyadh. Penggantinya, Khalid, menangisinya pada saat pemakamannya.
  

Pangeran Faisal bin Musaid (Wikipedia)

 

Faisal bin Musaid bin Abdul-Aziz (4 April 1944 – 18 Juli 1975) adalah pembunuh dan keponakan Raja Faisal.

Pendidikan

 

Pangeran Faisal belajar di Amerika Serikat. Ia kuliah di San Fransisco State College dan University of Colorado. Rekan-rekannya menggambarkannya sebagai  pria yang "tenang, menyenangkan, muda, dan terutama malas belajar".   Profesor Edward Rozek di Univeritas Colorado, yang telah mengajarinya dalam tiga mata kuliah pemerintahan komparatif, menggambarkannya sebagai "mahasiswa yang secara akademis nilainya D dan C" dan motivasinya untuk pembunuhan "pastilah obat-obatan".

Pada tahun 1970, ia ditangkap di Boulder, Colorado karena menjual LSD dan ganja. Pada bulan Mei 1970, jaksa wilayah membatalkan tuduhan. Setelah itu, Faisal mengambil program sarjana dalam bidang  ilmu politik di Berkeley . Dia tidak menyelesaikan gelar sarjananya dan ia meninggalkan Amerika Serikat setelah mendapatkan kekebalan diplomatik .

 Christine Surma


Pacarnya bernama  Christine Surma, aktris film paruh waktu berambut pirang yang pindah kerja menjadi petugas lelang. Ia bermain dalam film Bites of Cobra (Gigitan Cobra). Dia berumur 26 tahun pada saat pembunuhan itu.  Surma melihat keinginan Pangeran Saudi itu "dalam mencapai perdamaian dengan Israel" sebagai hasil positif "yang tidak terjadi  semasa pemerintahan Raja Faisal". Dia menyatakan pacarnya adalah seorang "pria sempurna yang bangga dengan keluarga dan negaranya". 
  
Setelah Amerika Serikat


Setelah meninggalkan Amerika Serikat, ia pergi ke Beirut . Untuk alasan yang tidak diketahui, ia juga pergi ke Jerman Timur . Ketika ia kembali ke Arab Saudi, pemerintah Saudi menyita paspornya karena sering membuat masalah di luar negeri. Ia mulai mengajar di Universitas Riyadh dan terus berhubungan dengan Christine Surma.

 Pembunuhan dan pengadilan

 

Penembakan di Istana Kerajaan


Pada tanggal 25 Maret 1975 ia pergi ke Istana Kerajaan di Riyadh , di mana Raja Faisal tengah menyelenggarakan majlis . Dia bergabung dengan delegasi  Kuwait dan berbaris untuk bertemu raja. Raja mengenali keponakannya dan menunduk kepalanya ke depan, dengan maksud agar Faisal muda bisa mencium kepala raja sebagai tanda penghormatan. Pangeran lalu mengeluarkan pistol dari jubahnya dan menembak Raja dua kali di kepalanya. Tembakan ketiga meleset  dan ia melemparkan senjatanya ke lantai. Raja Faisal jatuh ke lantai. Pengawal dengan pedang dan senapan mesin ringan menangkap sang pangeran. Raja segera dilarikan ke rumah sakit tetapi dokter gagal menyelamatkannya. Sebelum meninggal, Raja Faisal memerintahkan agar si pembunuh tidak dieksekusi.  kru televisi Saudi merekam seluruh peristiwa pembunuhan itu.

Penahanan dan eksekusi


Laporan awal menjelaskan Faisal bin Musaid sebagai "secara mental gila." Dia dipindahkan ke penjara Riyadh.  Dia dianggap waras untuk diadili. Ia terbukti bersalah karena membunuh. Beberapa jam setelah putusan itu, kepalanya dipenggal di depan umum di Riyadh. Saudaranya Bandar juga dipenjara selama satu tahun dan kemudian dibebaskan. 

Motif


Ia telah menjalani pengobatan kejiwaan di Beirut, di mana ia menyalahkan pamannya atas kematian saudaranya. Keterlibatannya dengan obat-obatan dikutip sebagai salah satu motivasi dalam pembunuhan itu. Pejabat Saudi mulai menyatakan bahwa tindakan sang pangeran sebagai disengaja dan direncanakan. Desas-desus menyatakan bahwa sang pangeran telah mengatakan kepada ibunya tentang rencana pembunuhan yang pada gilirannya ibunya menyampaikan kepada Raja Faisal. Raja Faisal telah menjawab bahwa "jika itu kehendak  Allah, maka pasti akan terjadi". Media Arab secara tersirat menyatakan bahwa pangeran telah menjadi alat dari Badan Intelijen Pusat AS.


Analisis

Kasus RFK pada 1968:

Motivasi pembunuhan

Motif dari pembunuhan ini sangat jelas, yaitu menghalangi RFK dari menggapai posisi Presiden AS. Sebagaimana kakaknya, JFK (lihat posting kami, “Situs Internet 11/9 Disusupi Agen-agen AS,” khususnya pada paruh kedua dari artikel tersebut), RFK adalah politikus dari Partai Demokrat yang sangat humanis. Ia mewaspadai dan menentang penggunaan kekuatan militer yang berlebihan dalam penyelesaian konflik-konflik di seluruh dunia, yang sangat bertentangan dengan kelompok intelejen dan militer yang justru bersatu-padu bersama industri militer guna meningkatkan suhu setiap konflik agar dapat dieksploitasi secara maksimal bagi keuntungan mereka sendiri dalam bentuk penjualan senjata, perlengkapan militer, konsesi-konsesi khusus, dan lain sebagainya.

Dalam kesempatan ini kita patut memperhatikan peringatan mendiang Presiden Eishenhower, seorang pahlawan AS yang sangat dihormati dunia, panglima tertinggi pasukan Sekutu dalam PD II, kepada bangsa Amerika dalam pidato perpisahannya sebagai Presiden AS pada 17 Januari 1961:

“Saudaraku sesama warga Amerika:
Tiga hari mulai dari sekarang, setelah menjalani pengabdian kepada bangsa kita selama setengah abad, saya akan melepaskan kewenangan Kepresidenan, dalam upacara tradisional dan khidmat, kepada  penggantiku.
Malam ini saya datang kepada Anda dengan pesan perpisahan, dan untuk berbagi beberapa pemikiran akhirku bersama Anda, saudaraku  sebangsa …

Unsur penting dalam menjaga perdamaian adalah kekuatan  militer kita.  Persenjataan kita harus kuat, siap digunakan secara cepat, sehingga tidak ada calon agresor yang mungkin tergoda untuk mengambil risiko bagi kehancuran dirinya sendiri…

Hingga konflik-konflik dunia kita yang paling akhir, Amerika Serikat tidak memiliki industri persenjataan. Pembuat mata bajak Amerika bisa juga, sesuai waktu dan kebutuhan, membuat pedang. Tetapi kini kita tidak bisa lagi membahayakan pertahanan nasional kita dengan improvisasi darurat seperti itu; kita telah dipaksa untuk menciptakan industri persenjataan yang permanen dalam proporsi yang luas. Perlu ditambahkan di sini, tiga setengah juta pria dan wanita terlibat secara langsung dalam sistem pertahanan kita. Kami setiap tahun membelanjakan bagi  keamanan militer lebih dari pendapatan bersih dari semua perusahaan Amerika Serikat.

Persekutuan dari kekuatan militer yang sangat besar dan industri persenjataan yang besar merupakan hal baru bagi Amerika. Pengaruh total - ekonomi, politik, bahkan spiritual - dirasakan di setiap kota, setiap kantor Negara bagian, setiap kantor pemerintah Federal. Kami menyadari kebutuhan penting bagi kemajuan ini. Namun kita tidak boleh gagal untuk memahami implikasinya yang sangat penting. Kerja keras kita, sumber daya dan mata pencaharian semuanya terlibat, jadi merupakan masalah yang bersifat struktural dari masyarakat kita.

Dalam dewan-dewan pemerintahan, kita harus waspada terhadap pengambilalihan pengaruh  yang tidak benar, baik disengaja maupun tidak, oleh kompleks industri militer. Potensi bagi munculnya bencana dari kekuasaan yang keliru ini jelas ada dan akan berlanjut.

Kita tidak boleh membiarkan kombinasi kekuatan ini membahayakan kebebasan kita atau proses demokrasi kita. Kita tidak boleh menerima begitu saja. Hanya warga negara yang waspada dan berpengetahuanlah yang dapat memaksa agar mesin industri pertahanan dan militer yang besar ini berjalan selaras dengan cara-cara damai dan tujuan-tujuan kita, sehingga keamanan dan kebebasan bisa makmur secara bersama…”

Firasat Eisenhower terbukti benar!

Pemilihan aktor dan metode pengubahan kepribadian

Sirhan telah diamati dan akhirnya dipilih dari sejumlah orang dengan kepribadian yang cocok untuk disetel sebagai “robot.” Kepribadiannya kemudian diubah sedemikian rupa, melalui metoda obat-obatan dan hipnotis, sehingga ia memiliki obsesi kepada lapangan latihan menembak; ia secara otomatis selalu siap menembak ketika sebuah rangsangan khusus diberikan kepadanya.

Agen-agen di lapangan

Kepribadian Sirhan telah dikenali sebagai pria yang mudah tertarik kepada lawan jenisnya. Gadis bergaun bintik-bintik yang telah menimbulkan gairah pada Sirhan, adalah agen yang bertindak sebagai daya tarik bagi Sirhan sekaligus pembimbingnya menuju sasaran dan pemberi isyarat khusus guna menghasilkan respon perilaku seperti yang “diharapkan” dalam operasi ini.

Bartender adalah agen lain yang bertugas mempersiapkan racikan terakhir untuk diberikan kepada Sirhan.

Seorang agen lain bertugas melakukan observasi keadaan yang akan memberikan isyarat bahwa Sirhan sudah dapat dibawa pada tempat yang telah direncanakan.

Para agen pengawal RFK mengarahkan dan membawa calon presiden ini melalui lokasi yang telah “ditentukan.”  Salah seorang di antara agen-agen pengawal RFK itu bertindak sebagai penembak kedua, yang berada dalam rombongan RFK, berada di belakangnya agak ke kanan, yang menjadi penyebab sebenarnya terbunuhnya RFK.

Diskusi

Jika seorang pengawal dapat disusupkan untuk langsung membunuh RFK, mengapa harus menggunakan penembak samaran, dalam hal ini Sirhan? Hal ini karena sudah menjadi pengetahuan umum bahwa para pengawal itu, baik dari biro-biro swasta maupun pemerintah, berada dalam kendali CIA dan Departemen Pertahanan AS. Pada umumnya para pengawal itu pernah berdinas di atau dilatih oleh badan intelejen maupun militer. Jika pengawal itu tertangkap tangan melakukan pembunuhan, maka warga AS pada semua tingkatan akan mengetahui secara pasti bahwa CIA dan/Dephan AS terlibat di dalamnya. Hal ini tentu akan menjadi persoalan politik yang sangat berbahaya dan ruwet.

Kesimpulan

Dalang dalam pembunuhan RFK, tidak bisa lain, adalah suatu kelompok di dalam komunitas intelejen, militer dan industri persenjataan AS.


Bagaimana dengan kasus pembunuhan Raja Faisal?

Motivasi pembunuhan

Motivasi dari pembunuhan ini juga sangat jelas. Raja Faisal telah menunjukkan jati dirinya yang sangat patriotik, independen, dan tegas dalam Perang Arab-Israel dalam wujud penghentian suplai minyak ke pasar dunia yang membuat harga minyak melambung  tinggi dan negara-negara Barat tenggelam ke dalam resesi ekonomi. Kelompok intelejen-militer-industri pertahanan AS segera menyadari bahwa Raja Faisal adalah sebuah “wild card,” sebuah faktor yang tidak mungkin bisa mereka kendalikan, yang akan membahayakan misi-misi global mereka sehingga harus segera disingkirkan. Dengan latar belakang visi Raja Faisal tentang dunia Islam yang berupaya diwujudkannya melalui Liga Dunia Muslim, pembunuhannya menjadi prioritas utama.

Sudah menjadi pengetahuan umum kini, bahwa para pemimpin di negara-negara berkembang di Amerika Selatan, Asia, dan Afrika akan menjadi sasaran pembunuhan CIA jika mereka tidak bersedia menuruti perintah dan pengarahannya. Jika pembunuhan tidak dapat menghentikan mereka, maka peperangan akan dikobarkan. Kami mengungkapkan banyak cerita ini dalam buku “Peringatan Terakhir…” yang dituturkan sendiri oleh mantan agen CIA serta orang-orang yang pernah bertugas di dalam misi-misi penghancuran suatu negara berselubung misi ekonomi. Hanya bedanya, jika di negara-negara dunia ketiga lainnya pembunuhan para kepala negara nyaris dilakukan secara terang-terangan, seakan-akan sebagai bentuk pelecehan dan upaya menakut-nakuti agar menjadi pelajaran bagi presiden sesudahnya, pada pembunuhan Raja Faisal perlu dilakukan secara lebih berhati-hati mengingat pengaruh Raja tersebut di dunia Islam serta senjata minyak yang dimiliki Arab Saudi yang sudah terbukti keampuhannya dalam membuat perekonomian negara-negara Barat nyaris lumpuh.

Pemilihan aktor dan metode pengubahan kepribadian

Sebuah “berkah” bagi para pencari “bakat” dari dunia intelejen AS adalah banyaknya pemuda Saudi yang melanjutkan pendidikan tinggi di universitas-universitas di Amerika, terlebih lagi di antara calon-calon tersebut terdapat para pangeran yang segera saja tergagap-gagap menghadapi kejutan budaya dalam dunia bebas yang nyaris tanpa batas itu. Akhirnya pilihan pun jatuh pada Pangeran Faisal.

Seorang pembangkang Arab Saudi yang berdomisili di Amerika, Ali Alyami, telah “diatur” akan memperkenalkan Faisal pada Christine Surma, perempuan yang disebut sebagai aktris kelas tiga dan petugas balai lelang. Semuanya diupayakan supaya terlihat sealamiah mungkin. Maka Faisal pun dibawa kepada kehidupan bebas dan dunia narkoba, dan proses penanaman kepribadian barunya pun dimulai, barangkali dengan secara sistematis menanamkan kebencian kepada Raja Faisal serta respon yang harus dilakukannya secara otomatis jika ia bertemu “sasaran” tersebut.

Cobalah renungkan, bagaimana mungkin seorang pangeran dengan latar belakang Wahhabi dapat menganggap bahwa pamannya, Raja Faisal, bertanggung jawab atas kematian saudaranya, sedangkan pada kenyataannya saudaranya itu mati terbunuh oleh polisi dalam kerusuhan di sebuah stasiun televisi. Raja Faisal tidak pernah memerintahkan penembakan itu, sehingga aturan “nyawa dibayar nyawa,” jika itu yang ia inginkan, tidak dapat diterima. Maka “bid’ah” itu sebenarnya muncul dari proses cuci otak melalui narkoba dan hipnotis.

Dengan pikirannya yang telah rusak seperti itu, tidak heran jika kapasitas otaknya menjadi sangat berkurang sehingga salah satu profesor pembimbingnya mengganggap sang Pangeran hanya masuk dalam kategori mahasiswa dengan nilai D dan C.

Dalam satu kesempatan ia tertangkap oleh polisi di Amerika ketika tengah menjual narkoba. Ini adalah di antara jebakan-jebakan yang sengaja diciptakan untuk memberikan gambaran, bahwa kehidupannya yang rusak itu terjadi atas inisiatifnya sendiri, bukan karena upaya sistematis pihak lain.

Demikian pula perjalanannya ke Beirut dan Jerman Timur sebelum peristiwa pembunuhan itu terjadi, dirancang sebagai penyesat. Di kota yang sangat bebas seperti Beirut, tempat berkumpul agen-agen rahasia dari banyak negara, orang-orang tidak dapat menebak dengan pihak mana ia bertemu. Ketika setelah dari Beirut ia pergi ke Jerman Timur, barulah orang-orang dapat sampai pada kesimpulan yang keliru, bahwa ia menerima perintah dari blok Komunis. Bukankah Raja Faisal seorang yang sangat anti Komunis sehingga membunuhnya merupakan hal yang logis bagi kubu Komunis?

Ketika diajukan ke pengadilan, sebagaimana Sirhan, ia tentu mengatakan tidak memahami atas tuduhan pembunuhan itu serta berbagai pernyataan kontradiktif lainnya, yang membuat tim ahli psikiatris Arab Saudi sempat memvonisnya tidak waras. Akan tetapi jika dilakukan uji psikologis ia lolos dengan status “normal.” Demikianlah, pada 1975, ketika cerita tentang teknik-teknik cuci otak dan hipnotis CIA belum menjadi pengetahuan yang mendunia, tim psikiater dan psikolog Arab Saudi dipastikan gagal dalam memahami dengan sempurna kasus yang ditanganinya itu.

Agen-agen di lapangan

Mudah sekali untuk menebak bahwa Christine Surma sebagai seorang agen intelejen. Di dalam masyarakat yang sangat materialistik seperti di Amerika, adalah hal yang sangat normal (baca: wajib) jika seseorang bercita-cita menjadi kaya dan terkenal; justru tidak normal jika seseorang tidak mencari jalan untuk menjadi kaya dan terkenal. Jadi bagaimana mungkin seorang Surma, yang disebut sebagai aktris kelas tiga, tidak berupaya untuk mengeksploitasi hubungannya dengan sang Pangeran sebagai jalan untuk mencari kekayaan dan ketenaran? 

Segera setelah pertistiwa pembunuhan itu ia sempat muncul di surat kabar lokal untuk pernyataan-pernyataannya yang singkat tentang sang Pangeran, tetapi setelah itu ia seperti menghilang ditelan bumi. Padahal normalnya, ia akan menerbitkan buku yang berpotensi menjadi “best seller,” yang berisi kisah cintanya dengan sang Pangeran; ia akan diundang dalam wawancara-wawancara di televisi; akan ada produser film yang berniat untuk membuat film tentang tragedi tersebut yang akan memberinya kesempatan untuk menjadi aktris kelas satu, dan lain sebagainya. Tetapi semua itu tidak terjadi, karena ia memang bukan wanita Amerika normal, ia adalah anggota dari komunitas gelap, agen rahasia, sehingga semua aktivitasnya diekspos secukupnya saja, sejauh telah cukup untuk menjustifikasi  skenario yang telah disusun, setelah itu lenyap….

Diskusi

Mungkinkah personil Garda Nasional (National Guard) yang mengawal Kerajaan dan Raja Arab Saudi disusupi/dipengaruhi agen asing? Dengan melihat bahwa anggota-anggotanya dipilih dari suku Badui yang telah teruji kesetiaannya, kami tidak melihat ini sebagai sebuah kemungkinan. Lolosnya sebuah pistol yang dibawa Pangeran Faisal dari pengawasan lebih disebabkan karena tidak/belum adanya suatu sistem dan prosedur yang baku dan modern dalam pengawalan Kerajaan dan Raja, yang justru sedang ingin dibangun oleh Raja Faisal.

Di sisi lain, adalah hal yang sangat krusial untuk menentukan waktu pelaksanaan pembunuhan yang tepat. Tentu sangat riskan jika pembunuhan itu dilaksanakan tak lama setelah terjadinya embargo minyak oleh Raja Faisal, karena hal ini akan dengan mudah ditafsirkan oleh pemerintah Arab Saudi dan Dunia Islam pada umumnya sebagai balas dendam Barat, khususnya AS, kepada Raja Faisal yang selanjutnya dapat memicu balasan lebih lanjut dari pemerintah Arab Saudi berupa pemutusan hubungan dengan AS.

Sebuah momen yang menentukan terjadi ketika sebuah perusahaan keamanan AS, Vinnell Corporation, pada Februari 1975 memenangkan tender dari pemerintah Arab Saudi senilai $77 juta guna melatih Garda Nasional. Para perencana pembunuhan itu menyadari, bahwa jika pembunuhan dilakukan setelah kontrak pelatihan berjalan secara efektif, maka Vinnell Corp. sebagai perusahaan yang melatih Garda Nasional mau tak mau akan terimplikasi, bukan saja pada nasib kontrak-kontrak selanjutnya, tetapi juga pada hilangnya kepercayaan Arab Saudi kepada AS sebagai sekutunya. Akan tetapi karena kontrak-kontrak seperti itu baru dapat dilaksanakan secara efektif setelah semua prasarana dan sarana pelatihan selesai dipersiapkan di Arab Saudi, barangkali akan memakan waktu beberapa bulan, maka waktu pembunuhan itu harus ditentukan tidak lama setelah kontrak ditandatangani namun sebelum pelatihan oleh Vinnell Corp., yang beranggotakan para veteran CIA dan pensiunan personil militer AS, secara efektif dimulai. Setelah mempelajari jadwal kegiatan Raja Faisal, waktunya pun ditentukan, yaitu 25 Maret 1975.


Kesimpulan

Analisis ini telah membenarkan dugaan sejumlah warga di dunia Arab dan Islam pada umumnya, bahwa Pangeran Faisal telah menjadi alat dari suatu kelompok di dalam tubuh CIA-militer-industri pertahanan AS dalam peristiwa pembunuhan ini.


Wallahua’lam