Dalam sebuah diskusi di salah satu televisi swasta, seorang petinggi KPK mengatakan," ... karakter
integritas bangsa ini sangat rapuh. Orang yang baik di negara ini jadi jahat
ketika dia sudah menjabat. Lihat saja tokoh-tokoh politik, itu orang-orang
pintar, orang-orang cerdas..."
"Saya selalu bilang, kalau di HMI dia minimal ikut LK1. Lulus
itu dia anak2 mahasiswa, pintar. Tapi begitu jadi menjabat, dia jadi jahat,
curang, ini karena apa? Karena saya bilang sistem belum jalan. Artinya apa?
Adapun peraturan-peraturan itu tidak pernah kita jalankan....," tambah
dia.
Karuan saja pernyataannya itu menyengat para anggota
HMI, pengurus dan para alumninya. Berikut di antara pernyataan mereka.
"Pernyataannya ini tidak
seharusnya dilontarkan oleh pejabat negara seperti itu. Karena pernyataan itu,
seolah menegaskan bahkan LK-1 HMI untuk mencetak kader koruptor," ujar
Ketua Bidang Pembinaan Aparatur Organisasi (Kabid PAO) PB HMI Sabtu 7 Mei 2016
malam seperti dikutip Antara.
Pernyataan petinggi KPK ini juga membuat seorang
mantan Ketua PB HMI terheran-heran. Ia menyatakan,
“Terus terang, saya kaget juga. Soalnya dia menyebut sistem pendidikannya bagus, LK
(Latihan Kader) I, II, dan LK 3. Bahkan
saya surprise juga dia tahu betul mengenai sistem perkaderan
di HMI."
Bukan hanya kalangan HMI saja yang
terheran-heran dengan pengetahuan sang petinggi KPK ini tentang sistem
pengaderan di internal HMI, melainkan sang petinggi KPK itu sendiri juga
bingung, bagaimana ia bisa mengucapkan hal-hal yang berada di luar pengetahuannya
itu. Dalam proses perdamaian dengan HMI ia mengatakan, "Harapan
besar saya ada pernyataan saya itu, bahwa HMI sebagai lembaga besar yang harus
terus berkembang. Itu pernyataan saya keluar dari alam bawah sadar saya,"
ujarnya di Gedung KPK Jakarta, Senin
(9/5/2016).
Di tengah kebingungan masyarakat dan juga
sang petinggi KPK itu sendiri, sesungguhnya penjelasan dari keganjilan ini ada
pada firman Allah Subhanahu wa Ta'ala berikut ini (artinya),
“Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat
itu.” (QS. Ash- Shaaffaat: 96)
Sesungguhnya Malaikat telah memasukkan
pernyataan yang tidak dipahaminya itu ke dalam pikirannya untuk ia ucapkan. Ini
adalah satu dari sekian banyaknya kejadian serupa yang telah kita saksikan
tetapi tidak dapat dibedakan oleh kebanyakan orang, bahkan oleh yang
mengucapkannya sendiri, bahwa ucapan itu bukan murni dari dirinya. Jika Anda
minta kepada seorang psikolog sekuler untuk menjelaskan fenomena psikologis ini, sudah dapat dipastikan bahwa ia akan
memberikan jawaban yang sangat ngawur.
Tentu saja perbuatan Malaikat itu mempunyai
hikmah karena dilakukan sesuai dengan ketetapan Allah. Terkadang kita dapat
memahami hikmah itu, terkadang tidak.
Sekarang Anda dapat membayangkan betapa
lemahnya manusia di hadapan Allah Yang Maha Kuasa. Lalu bagaimana sampai ada orang-orang seperti kaum
komunis yang berani mengingkari
eksistensi Tuhan, lalu membuat berbagai macam tipu daya untuk menyesatkan
manusia? Mereka bahkan tidak mengetahui, bahwa di antara perbuatan-perbuatan
dan ucapan-ucapan mereka itu terdapat perbuatan-perbuatan dan ucapan-ucapan
yang disisipkan Malaikat untuk menghancurkan diri mereka sendiri, sebagai
balasan atas makar mereka yang sangat jahat itu.
Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala
berfirman (artinya),
“Dan merekapun
merencanakan makar dengan sungguh-sungguh dan Kami pun merencanakan
makar (pula), sedang
mereka tidak menyadari.” (QS. An-Naml: 50)
Sekarang marilah kita gunakan pengetahuan kita di atas
untuk menganalisis pernyataan yang menggambarkan fenomena terjadinya penyusupan
kaum komunis ke partai-partai, khususnya partai-partai yang berpotensi menjadi
pemenang pemilu, partai-partai besar.
Petugas partai
Istilah “petugas partai” pertama kali kita dengar dari
seorang fungsionaris teras partai penguasa merujuk pada petinggi negara.
Orang-orang terperangah mendengar istilah ini, karena terdengar sangat tidak
biasa. Bukan saja istilah ini telah merendahkan petinggi negara, tetapi juga
mencitrakan warna komunis yang kental, karena istilah ini memang tipikal
istilah dalam partai komunis.
Lalu orang-orang mulai ramai mengolok-olok bahwa partai
tersebut seperti partai komunis saja. Tentu saja kebanyakan orang memandang
penggunaan istilah ini hanya sebagai sekedar sebuah penyimpangan dari norma
yang biasa berlaku; mereka mengira orang-orang yang menggunakan istilah itu
sekedar kurang wawasan saja. Menyatakan partai tersebut sebagai partai komunis
tentu menjadi sebuah kesalahan fatal.
Pada tahap ini, analisis seperti ini dapat diterima.
Tetapi kita lalu mendengar adanya rencana dari petinggi negara hendak melakukan
rekonsiliasi dengan masa lalu dengan meminta maaf kepada kaum komunis yang
telah menjadi korban pembantaian oleh rezim Orde Baru, juga rencana penggalian
sejumlah kuburan korban pembantaian massal itu. Rencana ini sungguh aneh,
karena bergerak ke satu arah saja, dari pemerintah kepada kaum komunis. Lalu
bagaimana dengan korban dari kaum Muslimin yang menjadi korban pembantaian kaum
komunis?
Lebih dari itu, apakah tidak ada yang mampu memahami
bahwa sesungguhnya Allah-lah yang membantai kaum komunis melalui tangan rezim
Orde Baru sebagaimana telah kami jelaskan pada naskah “Hanya Islam Yang
Dapat Mengungkap Misteri Flaperon dan Lainnya”? Sedangkan pada naskah,
“Indonesia Lebih Berkasih Sayang,” kami telah menunjukkan bahwa pembantaian
enam juta kaum Yahudi dan 26 juta kaum komunis Uni Soviet oleh
Jerman Nazi adalah sebuah rancangan dari langit!!!
Pertanyaan selanjutnya adalah: bagaimana ide ini bisa
muncul dari pemerintah?
Tentu saja ide ini muncul dari partai, partai penguasa,
karena sang petinggi istana ini hanyalah pekerja partai dengan ide-ide yang berkelebatan
di kepalanya melulu tentang apa yang dapat mengangkat citra dirinya saja,
sehingga ide-ide yang bersifat ideologis mestilah datang dari partai. Karena partai tersebut bukan partai komunis,
niscaya ide tersebut datang dari “oknum” komunis yang bercokol di partai
tersebut. Tetapi kalau hanya sekeder beberapa orang saja, apakah bisa mengubah
haluan partai? Tentu tidak bisa. Lalu bagaimana bisa keluar ide tersebut dari
partai?
Anda ingat analisis pada naskah kami “Indonesia Lebih
Berkasih Sayang,” di mana kami menjelaskan bagaimana kaum Yahudi yang hanya berjumlah
sekitar tiga persen dari populasi warga negara Amerika dapat menguasai negara
itu? Kemampuan itu datang dari keunggulan akalnya, yang tak lain adalah istidraj
dari langit, yang justru akan membawa kaum Yahudi pada akhir dari
petualangannya di dunia ini.
Demikian pula dengan mantan fungsionaris teras partai
komunis ini, yang telah mengasah kemampuan beretorikanya dengan menggeluti
buku-buku komunisme selama memimpin partai komunis, mendalami dan merenunginya
di dalam penjara, telah semakin matang untuk mengadu argumentasi dengan segala
trik dan tak-tiknya dengan old cracks di partai tersebut. Dari sisi ini, pernyataan sebagian orang
bahwa ada “banyak” kaum komunis di partai tersebut adalah benar. Tegasnya
ide/argumentasi “segelintir” orang-orang komunis di partai tersebut telah
mengalahkan ide/argumentasi kelompok lainnya yang jauh lebih besar, sehingga
jumlah orang komunis yang sebenarnya kecil itu menjadi terlihat/terasakan
sangat besar/mendominasi oleh orang yang melihatnya dari luar partai tersebut.
Akhirnya tak butuh waktu lama baginya untuk menjadi “nara
sumber” yang kredibel bagi partai tersebut dan merebut kepercayaan “pemilik
partai.” Ia berhasil mengajukan ide tersebut dengan mengalahkan argumentasi old
cracks di partai tersebut, dan akhirnya menjadi “program unggulan” partai. Tetapi
ide itu ditentang habis-habisan oleh kaum Muslimin dan TNI melalui para
purnawirawannya, sehingga gagal terlaksana.
Jika Anda tidak lupa, terdapat seorang mantan
fungsionaris partai komunis lainnya yang pernah menduduki jabatan
strategis di pemerintahan sebelumnya,
sebagai penasihat presiden!!! Nampaknya karakter sang petinggi yang melankolik
dan banyak bersenandung itu mudah luruh oleh “jeritan hati” sang kamerad ini
agar pemerintah melakukan rekonsiliasi dengan masa lalunya sehingga pembangunan
dapat berjalan dengan lebih lancar lagi!!!
Dengan demikian kita dapat menduga, bahwa jika partai
Perwira Berwibawa berhasil mengantarkannya
menjadi RI 1, dan kamerad yang menyusup di partainya tidak tersandung kasus
korupsi, niscaya di antara “program unggulan” partai Perwira Berwibawa ini juga
akan mengusung tema rekonsiliasi dengan
masa lalu dengan bermaaf-maafan dengan kaum komunis, bahkan bersedia melakukan hara
kiri dengan mengakui dirinya sebagai jagal. Nampaknya ambisinya yang tak tertahankan
untuk menjadi RI 1 telah menjadi kelemahannya yang sangat mendasar untuk
menjadi seorang pemimpin yang handal.
Sekarang Anda lihat adanya kesamaan ide pada pemerintahan
yang berbeda: rekonsiliasi dengan masa lalu, bahkan lebih gila lagi, mengakui
kesalahan telah membantai kaum komunis di masa lalu. Anda lihat ide setan ini,
mengubah persepsi masyarakat dari penjahat berwatak setan menjadi bayi mungil
manis mulus tak punya dosa korban kebiadaban setan yang disebut TNI dan kaum
sarungan. Ini adalah tahap pertama sebelum mereka masuk ke tahap-tahap
berikutnya yang akhirnya tidak lagi mereka pedulikan apakah akan membuka kedok
mereka sebagai manusia berhati setan atau tidak.
Selanjutnya kami akan membuktikan bahwa terdapat hot-line
di antara orang-orang komunis yang berada pada pos-pos penyamaran yang berbeda.
Sebagaimana kita ketahui, pada 4 November 2016 telah
dilakukan Aksi Bela Al-Qur’an (Aksi 411). Berikut ini salah satu laporannya.
Soal Demo
411, Mantan Staf: Petinggi Terima Laporan Konsultan, Bukan BIN (Republika, 5/11/06)
“Mantan
Staf Khusus era Pemerintahan yang lalu mengungkap laporan konsultan yang diduga
dibayar mantan menteri keamanan ke petinggi Istana. Laporan itu terkait
demonstrasi 4 November lalu. Ia pun mengunggah ke Twitter, laporan
halaman depan konsultan tersebut. “Salah satu laporan
konsultan yang dibayar mantan menteri keamanan ke petinggi Istana, bukan
laporan intelejen #amburadul,” ujarnya, lewat
kicauannya di Twitter, kemarin. Menurutnya, laporan konsultan ke
presiden ditelan mentah-mentah seakan ada kepentingan salah satu pasangan
Cagub-wagub DKI Jakarta. “Laporan konsultan
juga menyebut akan ada penyusupan teroris,“ katanya.
Ia
pun memaklumi jika Presiden menganggap enteng aksi 411, karena saran konsultan
aksi itu berhubungan dengan pilkada.”
Terlepas bahwa cerita tentang laporan tersebut murni
rekayasa atau bukan, cerita di atas telah mengungkap adanya hot-line
antara dirinya dengan seorang kamerad lainnya yang berada di pos penyamarannya
di partai penguasa. Cerita di atas dibuat untuk melindungi kamerad di pos partai
penguasa tersebut dengan mengarahkan masyarakat agar tidak menunding badan
intelijen telah dikooptasi oleh partai, bahkan oleh sang kamerad itu sendiri.
Apa?
Well, sebagaimana kita
ketahui, sebelum menduduki posisinya kini, kepala badan intel telah dikenal
masyarakat sebagai orang yang terus menggendong “bebannya” kemana-mana. Hanya seorang komunis
sejati yang dapat mengendus peluang berharga yang sangat langka ini. Segera ia
memobilisasi dukungan partai agar si “calon korban” ini dapat diangkat menjadi
petinggi badan intelijen. Setelah menjadi “korban,” si kamerad segera
mengeluarkan jurus-jurus maut khas kaum komunis. Maka jadilah petinggi itu
“tawanan” sang kamerad yang secara terus-menerus mengeksploitasi secara
maksimal peluang ini
Tentu tidak mengherankan jika setelah itu terjadi
tukar-menukar informasi serta pemanfaatan aset-aset rahasia milik lembaga
negara tersebut. Sebagai implikasinya, sang kamerad pada pos penyamaran di
partai penguasa tersebut berada dalam tim di balik false flag operation pada
4 November 2016 yang lalu.
Dari sini mestinya Anda sudah dapat menduga siapa sutradara
yang berada di balik chatting palsu seorang petinggi ormas Islam? Tak
lain adalah kaum komunis! Demikian juga untuk setiap upaya adu domba,
pengrusakan citra tokoh-tokoh yang berpotensi menjadi lawan kaum komunis di
masa depan, dan bentuk-bentuk tipu daya lainnya, adalah perbuatan kaum komunis
ini, karena semua itu adalah bagian dari prosedur operasi standar mereka.
Setelah kami menerbitkan naskah berjudul “Hanya
Islam Yang Dapat Mengungap Misteri Flaperon dan
Lainnya,” mereka mulai berpikir bahwa ada kemungkinan
seseorang dapat mengendus permainan setan ini. Lalu mereka memainkan jurus tipu
daya lainnya, yaitu twit-war pada periode 24-25 Juni 2017. Tujuan twit-war
palsu ini adalah untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa di antara keduanya
sudah tidak lagi memiliki hubungan yang baik, sehingga menutup kecurigaan masih
adanya hot-line di antara para kamerad partai komunis; mereka ingin
menunjukkan bahwa para kamerad itu telah memilih jalan damainya
sendiri-sendiri.
Munculnya naskah kami tersebut telah menyadarkan mereka
bahwa TNI mempunyai peluang untuk kembali ke panggung politik, maka mereka pun
buru-buru memosting tulisan seorang jurnalis Amerika di situs berita provokator
garis depan mereka guna merusak citra Pangima TNI.
Mereka semakin terkentut-kentut ketika membaca naskah
terakhir kami yang menunjukkan, bahwa ada kemungkinan mereka harus kembali
menjadi tikus got dan bersembunyi di gorong-gorong, menghindari kejaran pasukan
khusus TNI. Maka mereka pun berusaha menutup peluang ini dengan kembali merusak
citra Panglima TNI dengan menghubungkannya dengan lenyapnya peredaran sebuah majalah
dalam edisi yang membahas kasus korupsi proyek pengadaan helikopter Agusta
untuk TNI AU. Jika majalah itu benar-benar lenyap dari peredaran karena habis
diborong, tentu merekalah pemborongnya.
Akhirnya mereka sampai pada kesimpulan, bahwa nampaknya
mereka perlu segera melakukan pre-emptive strike, segera melakukan
operasi caesar tanpa perlu menunggu sampai Ibu Pertiwi hamil tua.
Lalu mereka menekan petinggi intel untuk membuat pesanan senjata ke Pindad
dengan samaran sebagai pemenuhan kebutuhan Sekolah Intelijen.
Kini cobalah pikir, sekolah tersebut sudah berdiri sejak
2003, kok baru sekarang memesan senjata buat latihan siswa. Hal ini
menunjukkan bahwa sebenarnya sekolah kedinasan itu tidak memerlukan senjata
tersebut. Coba Anda cermati pidato sambutannya pada wisuda sarjana angkatan ke-X
Sekolah Tinggi Intelijen Negara tahun akademik 2016/2017, Senin, 24 Juli 2017,
di Sentul, Bogor, Jawa Barat:
"Dalam
kurun waktu mulai dari September 2016 sampai dengan saat ini berbagai
pembenahan dan penguatan telah dilakukan untuk mewujudkan STIN menuju lembaga
pendidikan intelijen berkelas dunia, meliputi aspek tampilan artefak maupun
perubahan sistem dan metodologi serta perubahan mindset dan
culture," terangnya.
Ia menambahkan perubahan mindset dan culture set terdiri dari
revisi statuta, struktur organisasi dan tata kerja (SOTK), peraturan kehidupan
taruna (Perduptar), pedoman akademik, kurikulum S1, kurikulum S2 dan penyusunan
penilaian sikap perilaku, penilaian kesamaptaan jasmani, pedoman tradisi,
pedoman pembelajaran dan hasil belajar, pedoman akademik, peningkatan
keprofesian intelijen dan penilaian pendidikan taruna STIN serta pemenuhan
sarana dan prasarana seperti bus, kendaran dinas, renovasi, gedung dan
lain-lain...”
Seandainya 500 buah senjata laras pendek itu memang menjadi
kebutuhan sekolah tersebut, tidakkah ia layak menjadi prioritas sehingga layak
disebutkan mendahului kata-kata benda seperti bus, kendaraan dinas, renovasi,
gedung, dan bukan sekedar masuk ke dalam kategori kebutuhan “dan lain-lainnya”?
Seandainya 500
buah senjata itu adalah kebutuhan sekolah tersebut, apakah mungkin
menggunakannya tanpa lapangan tembak? Lalu dimana kita dapatkan istilah “lapangan
tembak” pada kata sambutan di atas?
Sekolah tersebut mempunyai empat ratus siswa lebih,
dengan setiap tahun merekrut kira-kira 130 orang siswa baru. Dengan demikian jika
memang terdapat kebutuhan senjata untuk latihan menembak, maka angka 500 buah itu
jelas sangat jauh melebihi kebutuhan. Bukankah untuk latihan menembak per
angkatan hanya dibutuhkan sekitar 150 buah senjata sudah termasuk cadangannya?
Dan bukankah sangat tidak logis membuat jadwal latihan menembak di mana seluruh
siswa, empat ratus orang lebih, masing-masing memegang sebuah senjata berada di
lapangan tembak yang terbatas kapasitasnya?
Nampaknya spesifikasinya juga telah dibuat sedemikian
rupa sehingga dapat menghindari dari permintaan persetujuan oleh TNI.
Hal yang sama terjadi pada Kepolisian. Petinggi di
lembaga negara ini harus dapat menjelaskan secara jernih mengapa mereka
membutuhkan tambahan lima ribu pucuk senapan baru? Untuk Angkatan ke-5?
Masyarakat berhak tahu karena berita ini telah menjadi konsumsi publik.
Demikian pula dalam kasus pengadaan helikopter Agusta
untuk TNI AU, nampaknya telah terjadi rekayasa agar helikopter tersebut dipaksa
untuk tetap diadakan. Mengingat besarnya nilai mark up dari harga beli heli
tersebut, perlu dilakukan investigasi yang mendalam kemana larinya uang korupsi
yang sedemikian besar itu? Untuk membiayai Angkatan ke-5?
Setelah Anda membaca analisis ini apakah Anda masih
berpikir bahwa istilah petugas partai
yang digunakan petinggi partai penguasa
itu hanya sekedar ketidaktepatan dalam memilih istilah? Bagi kami ini adalah
isyarat yang disisipkan Malaikat guna membuka tabir penyusupan para kamerad militan
partai komunis ke partai-partai dan
lembaga-lembaga negara. Wallahua’lam.
Isyarat itu telah muncul
Isyarat segera datangnya keadaan super darurat seperti
yang telah kami bahas pada naskah terdahulu kini telah muncul dari Benua Amerika, tepatnya di Meksiko. Telah terjadi gempabumi
besar (8,1 SR) pada 7 September 2017 (8 September 2017 waktu Indonesia). Para
ahli geologi telah menjelaskan, bahwa gempa tersebut disebabkan oleh friksi
yang terjadi antara lempeng Bumi Cocos di Meksiko dengan lempeng Bumi Amerika
Utara, sehingga terjadi gempabumi.
Penjelasan di atas adalah semata-mata untuk memuaskan
naluri ilmiah para ilmuwan yang selalu berusaha mencari hubungan sebab-akibat
secara logis atas suatu peristiwa, walaupun ia sebatas perkiraan belaka, tetapi
sebenarnya bukan sebagai sebuah hakekat. Hakekatnya hanya dapat dibaca dengan
mata hati, yaitu pada beberapa berita lainnya berikut ini:
· Bahwa pada saat yang
bersamaan dengan gempa tersebut, gunung berapi Popocatepetl juga meletus meski kecil. Waktu kejadian yang bersamaan ini
menunjukkan bahwa kedua kejadian ini bersifat independen, karena jika letusan
itu sebuah kejadian yang terkait dengan gempa tersebut, niscaya akan dibutuhkan
selang waktu antara waktu terjadinya gempabumi hingga munculnya letusan
kecil tersebut.
· Pada 19 September terjadi gempa sebesar 7,1 SR. Mengingat
jauhnya jarak antara gempa kedua ini dari gempa pertama (650 km), dapat
disimpulkan bahwa kedua gempa tersebut bersifat independen.
· Gempa kedua ini (19 September) terjadi tepat ketika Meksiko
memperingati hari terjadinya gempa besar 32 tahun yang lalu.
Berita-berita itu lalu disusun dalam tabel sederhana
berikut ini.
Terjadi bersamaan dengan
|
|
Gempa I: 8,1 SR
|
|
Gempa II: 7,1 SR
|
Gunung berapi meletus kecil
|
Hari peringatan gempa besar 35 tahun yang lalu
|
Maka kami pun segera sadar, bahwa ini lagi-lagi adalah
sebuah permainan puzzle, mungkin yang terakhir bagi kami. Tabel di atas
harus dikembangkan agar ia memberikan sebuah makna yang mendalam.
Untuk itu diperlukan pemahaman tambahan sebagai berikut:
· Kita sedang menunggu meletusnya supervolcano
Yellowstone
· Amerika Serikat adalah imperium terakhir di Dunia Barat;
meletusnya Yellowstone adalah akhir dari Imperium Amerika Serikat, akhir
dari imperium di Dunia Barat
· Imperium besar terakhir yang runtuh di Dunia Barat sebelum
Amerika Serikat adalah Imperium Britania Raya
· Pada puncak masa kejayaannya Imperium Amerika Serikat
adalah jauh lebih besar dan lebih kuat daripada Imperium Britania Raya.
· Di negara kita, perlawanan terhadap Imperium Barat
mencapai puncaknya pada 10 November 1945 ketika seorang santri membunuh Brigjen
Mallaby, pemimpin pasukan Inggris. Santri tersebut adalah lambang dari kaum
nasionalis-religius, yang mewariskan semangat perjuangan di negeri kita, sedangkan
Brigjen Mallaby melambangkan imperium Dunia Barat. Ini adalah isyarat dari
perlawanan Muslim-nasionalis melawan demokrasi-imperium. Islam adalah selalu
dan selamanya menjadi musuh demokrasi, sebagaimana nasionalisme adalah selalu
dan selamanya menjadi musuh imperialisme.
Maka secara perlahan-lahan, dengan metoda trial and error,
kami dapat melengkapi tabel di atas dengan kolom-kolom tambahan dan isinya sebagai
berikut:
Meksiko
|
Terjadi bersamaan dengan:
|
Tipe letusan gunung berapi serta maknanya
|
Peringatan hari nasional dalam konteks Indonesia
|
Gempa I: 8,1 SR
|
Supervolcano Yellowstone akan meletus
dengan sangat dahsyat;
Melambangkan penghancuran terhadap Imperialisme Amerika
Serikat
|
Peringatan ketika seorang santri membunuh Brigjen Mallaby
|
|
Gempa II:7,1 SR
|
Gunung berapi meletus
|
Kecil;
Melambangkan
penghancuran terhadap Imperialisme Britania Raya
|
|
Peringatan
gempa besar 35 tahun yang lalu
|
Peringatan ketika seorang santri membunuh Brigjen
Mallaby
|
Nah sekarang Anda sudah dapat memperkirakan, sekali lagi,
sekedar memperkirakan, kapan supervolcano Yellostone akan meletus,
bukan? Yaitu pada tanggal ketika seorang
santri dengan gagah berani membunuh Brigjen Mallaby. Wallahua’lam.
Sesungguhnya Allah Subhanahu wata’ala berfirman (artinya),
“Tiap-tiap umat mempunyai batas
waktu (ajal); maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat
mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (QS. Al-A‘raaf: 34)
“Dan Kami tiada membinasakan sesuatu negeri pun, melainkan ada baginya
ketentuan masa yang telah ditetapkan. Tidak ada suatu umat pun yang dapat
mendahului ajalnya, dan tidak (pula) dapat mengundurkan(nya).” (QS. Al-Hijr: 4-5)
Meletusnya Yellowstone akan melengkapi
hantaman bertubi-tubi oleh angin topan
di sisi selatan/tenggara Amerika Serikat. Menyaksikan hancurnya prospek
perekonomian Amerika, Bursa Saham New
York pun, tak terelakkan, runtuh, demikian pula pemerintahan federal AS dan
segenap negara bagiannya yang telah tenggelam ke dalam utang yang menggunung.
Lalu bangsa Amerika akan sibuk
saling baku-bantai antara
kelompok-kelompok yang bermusuhan. Lalu
huru hara yang sangat dahsyat ini menyebar ke seluruh dunia. wallahua’lam.
Bagi kita di Indonesia, jika kejadiannya seperti yang
kami perkirakan, maka nampaknya ini memberi
sebuah isyarat penting: Jarak
waktu antara gempabumi pertama dengan meletusnya supervolcano Yellowstone kelak
tak lama lagi di Amerika akan menjadi isyarat
bagi jarak waktu, kurang-lebih, antara gempabumi besar pertama di negeri
kita dengan meletusnya supervolcano Broken Ridge di Samudera Hindia
Selatan. Itulah kesempatan terakhir untuk mempersiapkan diri secara
rohani. wallahua’lam.
Sungguh Allah Yang Maha Penyayang telah menjadikan
musibah di negeri kaum kafir sebagai isyarat
bagi kaum yang beriman untuk melakukan persiapan dengan sebaik-baiknya.
wallahua’lam.
Lha kalo ternyata tidak
meletus pada tanggal yang diperkirakan? Emang gua pikirin!
Kesimpulan
- Komunisme akan tetap menjadi bahaya laten bagi masyarakat kita. Meremehkan bahaya komunisme, apalagi mengingkarinya, benar-benar sebuah kesalahan yang dapat berakibat fatal.
- Jika saat ini, dalam keadaan aman dan damai, kita menyaksikan mereka dengan damai menyusupi partai-partai dan lembaga-lembaga negara dengan leluasa untuk ditunggangi guna menjalankan visi dan misi mereka, maka bagaimana jika keadaan telah super darurat? Mereka akan main kasar, sangat kasar! Sekali komunis selamanya mereka komunis, menghalalkan segala cara, seperti bapak ideologisnya, Karl Marx yang Yahudi, pelanggar segala peraturan dari langit. Kini kita telah melihat bahwa mereka tengah mempersiapkan diri untuk melakukan pre-emptive strike.
- Partai-partai
dengan segala perangkat sistem dan prosedur mereka terbukti mudah ditembus
kaum komunis. Hal ini karena partai-partai itu berorientasi pada upaya
menarik simpati masyarakat, sehingga mereka berkepentingan merekrut
orang-orang yang sudah dikenal di masyarakat, orang-orang yang bercitra berani,
revolusioner dan berbagai citra yang menarik lainnya bagi masyarakat,
disesuaikan dengan segemen pemilih yang hendak mereka bidik. Panggung
politik telah berubah menjadi panggung opera sabun. Akhirnya peluang untuk
salah pilih menjadi sangat besar.
- Partai-partai yang
“dimiliki” mantan petinggi militer, bukan jaminan bahwa mereka imun dari
penetrasi kaum komunis. Setidak-tidaknya sudah ada bukti. Demikian pula
dengan institusi-institusi negara yang memiliki fleksibilitas dalam
merekrut para staf. Maka konon lagi partai-partai yang “dimiliki” ibu
rumah tangga, pebisnis, selebritis, pembual, dan lain-lainnya. Maka sistem
kepartaian layak dihapus.
- Ketika keadaan darurat telah menjelang, di
tengah lembaga-lembaga vital negara yang mengalami pembusukan sangat
parah, maka pilihan untuk menjadikan TNI yang lebih berpengalaman dalam
menangani keadaan darurat sebagai bagian utama, tulang punggung, dari
sistem politik negeri ini menjadi suatu keniscayaan. Terlebih lagi, TNI
berorientasi pada tugas negara, bukan pada pencitraan dan jajak pendapat.
- Bagi TNI tidak boleh
ada sikap ragu untuk bertindak. Jika telah nampak tanda-tanda bahwa akan
terjadi gerakan, makar, musuh harus segera disikat tanpa ampun. Insya
Allah segenap kaum Muslimin akan bersama TNI seperti pada 1966.
- Bagi para pemimpin
di Dunia Islam yang tak pernah lelah memainkan sandiwara babak demi babak,
tak ada lagi yang dapat mereka mainkan kecuali mengintip kemajuan
pekerjaan para ilmuwan Amerika dalam mengebor supervolcano Yellowstone
dan menyemprotkan air ke dalam ruang magmanya, guna mencegah meletusnya
gunung berapi raksasa itu.
Saran
Kami menyarankan kepada segenap kaum Muslimin untuk
melakukan “Operasi Pagar Betis.” Tepatnya, terus mengarahkan lampu sorot guna
memantau posisi dan aktivitas kaum komunis itu dengan tepat dan cermat, serta
melakukan analisis yang mendalam. Sebagai sebuah latihan, cobalah para jurnalis
Muslim membuat analisis yang mendalam tentang penyimpangan penyaluran dana
desa. Pilihlah beberapa kasus kebocoran dana desa, lalu lakukan investigasi
pada para pendampingnya, sebab kebocoran, serta kemana dana yang bocor itu
mengalir.
Wallahua’lam bishawwab
Catatan:
Kami tahu, bahwa ketika kami menulis kalimat “seorang
santri membunuh Brigjen Mallaby” atau “Emang gue pikirin,” sebagian orang
seketika akan mengatakan, “Lihat orang ini menerima kode dari Panglima TNI.”
Iya, kan? Karena kalimat itu pernah diucapkan Panglima TNI. Lalu sebagian orang
mengira-ngira bahwa ternyata orang ini penulis bayaran untuk memromosikan
Panglima TNI sebagai presiden. Iya, kan? Maka kami katakan, kerahkan segenap
perkakas penyelidikan yang mereka miliki untuk
memeriksa apakah ada hubungan di antara kami, niscaya mereka akan kecewa.
Kami berharap orang-orang yang berburuk sangka kepada
Panglima TNI merenungkan kembali naskah kami terdahulu dan naskah ini.
Seandainya tebakan kami tentang Yellowstone benar, maka boleh jadi
mereka akan menjadi orang-orang pertama yang merengek-rengek, meminta Panglima
untuk menjadi pemimpin. Bukankah kita telah melihat baru mengalami krisis skala
ecek-ecek pada 2016 akibat kasus Ahox saja, sebagian orang sudah menulis
di situs-situs berita, “Pak Panglima, kami menunggu perintah Bapak,” atau,
“Bangsa ini hampir pecah, Bapak harus memimpin bangsa ini,” dan lain-lainnya
yang senada. Mereka sudah lupa rupanya. Maka tulisan kami adalah tulisan yang
sangat wajar dari seorang warga negara biasa yang menginginkan kebaikan
terhadap negaranya.
Lalu muncul rekaman ceramah Panglima TNI dalam pertemuan
para purnawirawan. Apakah mereka tidak melihat bahwa rekaman tersebut telah
dipotong-potong, dihapus di sana-sini,
lalu disambung kembali sehingga terbaca sangat ganjil. Apakah mereka
sedemikian naifnya sehingga mudah ditipu, bahwa tujuan dari pelepasan rekaman
yang dicacah-cacah itu adalah untuk menghancurkan kredibilitas Panglima TNI?
Kasus ini mirip dengan kasus bocornya rekaman pembicaraan antara Presiden dan
Jaksa Agung pada masa reformasi. Masih ingat?
Sungguh kami merasa sedih terhadap sangkaan-sangkaan yang
tidak jujur yang menimpa Panglima TNI. Tetapi kami berharap beliau menerima
semua yang menimpanya dengan santai saja, seperti ucapannya, “Emang gue
pikirin.”
Sesungguhnya sebagian dari analisis kami didasarkan pada
analisis terhadap ucapan orang-orang terkemuka yang terasa ganjil. Karena
terbiasa, kami sedikit banyak dapat membedakan apakah ucapan itu benar-benar
datang dari dirinya atau bukan. Kalau bukan, sedangkan ia dalam keadaan sadar,
maka niscaya ucapan itu datang dari Malaikat. Jika ia datang dari Malaikat,
maka niscaya ia mengandung hikmah. Jika seseorang mengetahui hikmah dari sebuah
ucapan yang datang dari Malaikat, maka sebuah tabir rahasia akan terkuak.
Terkadang kami dapat merasakan pada diri kami sendiri, bahwa ada ucapan yang
keluar bukan datang dari diri kami. Anda perlu memiliki perasaan yang sangat
tajam untuk mendeteksi hal ini.
Satu hal yang perlu kami sampaikan. Kami hanya menulis
jika ada hal yang sangat penting untuk diketahui kaum Muslimin, yang kami kira
belum mereka ketahui, bukan untuk mencari sensasi. Kami tidak mulai menulis
kecuali memulai dengan sholat istikharah. Kebenaran dari keputusan untuk
menulis itu akan terlihat ketika data-data dan informasi yang dibutuhkan
seakan-akan datang sendiri ke hadapan kami karena sedemikian mudahnya kami
peroleh, seakan-akan sengaja dipersiapkan untuk kami.
Ketika dalam proses penulisan, terkadang kami mengalami
hal-hal yang luar biasa. Sebagai contoh, ketika tengah menulis tentang Ikhwanul
Muslimin, layar komputer kami tiba-tiba berubah menjadi merah. Kami mencoba
memahami arti dari kejadian ini, lalu menafsirkan bahwa tulisan kami perlu
lebih bernada “marah” lagi kepada IM,
jadi nada tulisan kami pun lebih kami keraskan, lebih kasar. Tetapi kami tidak
bisa terlalu kasar, karena bagaimanapun kami tetap mengganggap mereka adalah saudara
di dalam agama Islam. Keesokan harinya kami mengalami kejadian yang tak enak,
seperti biasa jika ada bagian dari tulisan kami kurang pas, yaitu kami
terbangun dalam keadaan adzan subuh sudah terdengar. Kami menjadi sangat
terburu-buru ke masjid, ada rasa kesal. Rupanya kami masih harus “mengejek” IM
dengan lebih keras lagi. Jadi respek apa
lagi yang tersisa bagi harakah Ikhwanul Muslimin?
Ketika naskah telah selesai ditulis, sebelum diposting,
kami kembali melakukan sholat istikharah. Hal ini karena terkadang muatan dalam
tulisan itu sangat berat, beresiko tinggi, dapat membawa kepada kematian,
sehingga jika hal itu terjadi, kami berharap ia terjadi di atas keridhaan
Allah.
Mudah-mudahan Allah tidak menilai pernyataan ini sebagai
perbuatan riya’.
Abu Laila Abdurrahman